Sebetulnya, ia sudah tak ingin lagi berurusan dengan si pria galak bermarga Uzumaki. Tapi dunia seakan tak ingin membuat mereka saling berjauhan satu sama lain. Buktinya, beragam komentar atau direct massage yang masuk melalui akun YT atau ig foodie_honey miliknya terus berdatangan, mengajukan sebuah permohonan. Mereka meninggalkan jejak di kolom komentar terakhir di video review Hinata kemarin, saat berada di boot cemilan tradisional Jepang, di daerah Akibahara.
"@Foodie_honey, bisa tidak kamu review restoran yang bernama Habbanero itu. Tempatnya ramai terus, ingin ke sana tapi masih ragu soal rasa."
"Ayo @Foodie_honey review salah satu restoran dengan rating terbaik. Sesekali boleh kan ya."
"Katanya Habbanero Resto yang berada di kawasan Chiyoda itu enak ya @Foodie_honey? Tolong review."
"Habbanero Resto katanya enak, tempatnya juga instragammabel. Tapi apakah makanan di sana harganya mahal-mahal ya? Ayo, review donk @foodie_honey!"
Hinata mengembus napas dengan wajah mengerut jengkel."Huh! dia lagi, dia lagi!"
Jemari kanan Hinata bergerak untuk mengusap lembut keningnya. Netra perak itu masih fokus di layar laptop. Ia melirik ke sudut kanan bawah, tempat waktu berada dan sekarang, tepat pukul 9 malam. Tiba-tiba saja, bayangan wajah tampan Naruto yang mengetat tanpa senyum, bola mata safir yang berkilau nan tajam seperti mata pisau yang siap membabat aneka bumbu di dapur, menyambangi ingatan. Aroma tubuhnya yang seperti campuran cinnamon rolls dengan tambahan ekstrak vanilla, terasa sangat akrab di ujung indra penciuman. Beberapa kali mereka terlibat interaksi menyebalkan, membuat Hinata sulit melupakan.
"Kenapa mikirin dia?!" keluhnya. Decakkan lidah menyapa keheningan di ruang tengah yang senyap. Ia berusaha sekuat tenaga untuk membuang pesona pria itu dalam ingatan, namun ternyata tak semudah membalik telapak tangan. Terutama saat benda tak bertulang yang ada di dalam mulutnya bergerak-gerak, mengecap aneka hidangan yang pernah pria berparas menawan itu buat untuknya, ada setitik perasaan ingin mengulangnya lagi.
Hinata memejamkan kelopak putihnya erat-erat, hembusan berat itu terbuang kasar di udara."Ihh!"decihnya gemas. Seraya mengibas-ngibaskan tangannya di muka, berharap kepulan gambaran ingatan mengenai Naruto Uzumaki sirna. Nyatanya, tetap tak bisa. Apa bisa dibilang Hinata sedang jatuh cinta?
*
*
*Seperti biasa, tepat pukul 10 pagi. Kaki-kakinya menapak di atas lantai dasar. Safir birunya menatap sekeliling suasana resto kesayangan. Rutinitas yang dilakukan sebenarnya membuat ia sedikit jenuh. Ada rasa ketidakpuasan dalam dirinya dan ia tak tahu itu apa. Ia masih memikirkan, mencari-cari apa yang tersangkut di benak.
Dan ketika sampai di lantai 3. Naruto sedikit terkejut, setelah membuka pintu ruangannya. Ada sesosok wanita paruh baya yang telah duduk cantik di kursinya.
Hatinya diliputi rasa penasaran, sepasang alis berikut keningnya berkerut. Sekian detik menelaah, akhirnya terlontar lah pertanyaan dari Naruto untuk wanita tersebut."Ma? Sejak kapan ada di sini?"tanya Naruto halus, jika berinteraksi dengan wanita yang telah melahirkannya, intonasi suara baritone itu akan berubah otomatis. Kaki-kakinya berjalan pelan, menuju ke mejanya.
Sosok yang disebut 'ma' itu menoleh dari layar laptop yang ia pandang. Satu kata bagi wanita paruh baya, yang belum mengenalnya dengan baik yaitu galak. Iris obsidiannya menunjukkan sorot tajam, beliau juga kadang-kadang ketus dan tanpa jeda jika berbicara. Walau tampilannya seperti itu, ia memiliki hati yang lembut lagi baik. Buktinya, banyak para karyawan yang betah bekerja bersamanya di restoran selama belasan tahun. Ialah Kushina Uzumaki.
![](https://img.wattpad.com/cover/363638480-288-k715318.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Foodie, Tasty, Honey (End) ✔️
FanfictionSeorang Chef yang sedang kehilangan gairah memasak karena ditinggal nikah. Bertemu dengan seorang food vlogger ceria yang doyan makan. Ya, cocokkkk!! "Siapa yang berani memberi respon buruk untuk restoranku, hah?!!" "Dia seorang food vlogger ternam...