Hari ini kita benar benar hancur
Lebur bahkan
Semuanya terasa begitu memuakkan
Membuat kita kehilangan alasan
Untuk tetap berlariTapi, remuk hari ini bukan hal yang aneh untuk terjadi
Kita sudah lama memiliki luka
Namun,bukannya mencari obat
Kita memilih untuk.....
"gak apa apa kok"
"Semua akan baik baik saja"
"Semua akan lebih baik setelah ini"
berulang kali kita katakan pada masing masing diri
kaki ini tetap berlari
Meski terseok seok
dan kembali menghantam kerikil
bahkan bantuan tajamDan, meski melihat darah yang mengucur
kita tetap merapal mantra
"Semua akan baik baik saja"
Terus seperti itu....
Hingga kita benar benar hancur
bahkan setelah mencoba berlari tanpa kaki
Inilah saat kita menyadari
keadaaan memaksa untuk berhenti
Lalu, kita mulai berandai
tentang angan yang tak pernah terlaksanakan
tentang mimpi yang dibuang
agar kaki tetap menapak di tanah
tentang keinginan untuk berhenti sebentar saja
Dan yang paling sederhana.....
"Seandainya waktu itu tak mengatakan bahwa semua baik baik saja"
mungkin sekarang lukanya akan sembuhkarena secara sadar mengakui batasan dan kekurangan
karena sadar bahwa diri sudah cukup lelah dan ingin berhenti sejenak
karena dapat memaafkan bukan melupakan
Andai saja dulu lebih jujur pada diri sendiri
bukan ketika luka tercipta
dibiarkan menganga
lantas disiram cuka terkadang
Andai dulu punya sedikit keberanian
untuk menangis dan berkata bahwa semuanya sedang tak baik baik saja
karena memang semuanya mulai runtuh
bahkan setelah saat itu
karena dulu terlalu takut kalah dan menyerah
Padahal mengobati luka lebih baik
daripada membuatnya jadi borok
apalagi kudissekarang kita cuma bisa menangis
dan bertanya
"kapan kita cukup dewasa untuk jadi diri sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Bacotnya hidup
PoetryIni hanya bacotan tentang seberapa lucunya hidup. Yang tak melulu harus ditangisi, setidaknya masih bisa disyukuri