02. HEPTA : Sekolah.
"Hepta!" panggil seseorang dari belakang, suaranya terdengar cukup jauh.
Hepta yang sedang berjalan santai di koridor sekolah membalikkan badannya kebelakang untuk melihat siapa yang memanggilnya.
Ternyata itu adalah Sadam Arkana Irawan, teman sekelas Hepta yang cukup dekat dengannya.
"Selamat pagi, Sadam." sapa Hepta saat Sadam sudah ada didepannya.
"Pagi juga, Hepta."
"Ta, kamu sudah mengerjakan pr?" tanya Sadam pada Hepta. Keduanya melangkah bersama menuju kelas.
Hepta mengangguk sebagai jawaban. Tentu saja ia sudah mengerjakan pr matematika yang dimaksud Sadam, karena kalau tidak, ia akan dimarahi guru. Lalu guru tersebut pasti akan melaporkannya pada Bunda Senja, dan pastinya sang Bunda akan ikut menceramahi Hepta selama berjam-jam.
Lagipula Hepta tak merasa kesulitan dengan pr tersebut, karena ia dibantu oleh kakak sulungnya, Mahadewa.
"Hehehe, aku juga sudah." ujar Sadam memberitahu.
Tak terasa kedua anak laki-laki itu sudah berada didalam kelas mereka. Hepta menaruh tas cokelat miliknya diatas meja yang biasa ia duduki, begitu pula dengan Sadam.
Omong-omong, Hepta duduk dibarisan ketiga dekat jendela, sedangkan Sadam duduk dibelakang Hepta.
"Pagi Jian." sapa Sadam.
Sadam ini tipe orang yang suka tersenyum, humoris, banyak omong dan jahil, pokoknnya ia hiperaktif sama seperti Hepta, maka tak heran kenapa keduanya bisa berteman baik.
Siapa saja yang dikenal Sadam pasti akan dia sapa, padahal kenalan Sadam itu banyak sekali. Seluruh warga sekolah, bahkan sampai sekolah sebelah mengenal Sadam Arkana Irawan.
Sedangkan yang disapa Sadam tadi adalah, Jiandra Alvarez Renovan, teman sebangku Sadam yang juga lumayan dekat dengan keduanya.
"Pagi." balas Jiandra tersenyum.
"Fahri mana? Tumben gak keliatan, biasanya jam segini dia udah dikelas sambil makan bekal." tanya Hepta bingung.
"Gak tau." sahut Jiandra seadanya. Sebenarnya Jiandra ini juga sama aktifnya seperti Hepta dan Sadam, tapi mungkin pagi ini mood Jiandra sedang tidak bagus, makanya ia tidak banyak omong.
Tak lama, orang yang tadi ditanya Hepta muncul, laki-laki dengan rambut berwarna blonde itu adalah Fahrian Sagara Wiratama, teman sebangku Hepta.
"Baru datang, Ri?" tanya Hepta basa-basi.
Fahri mengangguk, lalu ikut duduk menghadap meja Sadam dan Jiandra seperti yang dilakukan Hepta.
"Aku telat bangun, gara-gara aku baru tidur jam 12 malam." kata Fahri.
"Kok bisa? Emang kamu ngapain sampai begadang?" ini Sadam yang bertanya.
Mengingat alasan ia datang sedikit terlambat ke sekolah, membuat Fahri mendengus kesal.
"Gara-gara pr Bu Nisa tuh! Susah banget sampai aku gak bisa ngerjain." ujar Fahri menggebu.
"Iya! Aku juga gak bisa tidur karena pr dari Bu Nisa! Tapi ujung-ujungnya juga gak selesai, aku harus lanjut ngerjain di sekolah deh." sahut Jiandra ikut kesal. Ternyata itulah alasan mengapa mood Jiandra pagi ini tidak bagus, karena pr matematika dari Bu Nisa.
"Terus, sekarang udah selesai belum?" tanya Hepta.
Jiandra mengangguk, "Udah selesai kok." katanya.
Hepta, Sadam dan Fahri mengangguk mengerti. Keempatnya kembali berbincang hingga bel masuk berbunyi.
Tak lama kemudian, seorang guru perempuan yang masih terlihat muda memasuki kelas tersebut, dia Bu Nisa, membuat Hepta dan kawan-kawan menghentikan pembicaraan mereka dan kembali ke tempat masing-masing.
"Selamat pagi anak-anak." sapa Bu Nisa tersenyum hangat.
"Pagi bu!" sahut para murid serentak.
"Beberapa hari yang lalu, Ibu ada ngasih kalian pr 'kan?" tanya Bu Nisa yang diangguki oleh semua murid dikelas itu.
Bu Nisa kembali tersenyum, "Kumpulkan pr kalian pada ketua kelas. Dan kamu Dio, tolong nanti antarkan ke ruangan Ibu." kata wanita itu pada Dio, si ketua kelas.
"Baik, Bu."
Secara teratur murid-murid dikelas Hepta mengumpulkan tugasnya pada Dio.
"Baiklah, sekarang buka buku paket kalian, halaman 175. Ibu kasih waktu 10 menit untuk membaca, setelah itu akan Ibu jelaskan."
Setelahnya, kelas itu hening, hanya ada terdengar detak jarum jam yang berbunyi.
Semuanya hanya fokus membaca buku paket matematika itu, begitu pula dengan Hepta. Ia tengah belajar sungguh-sungguh karena bocah laki-laki itu ingin membanggakan kedua orang tuanya dan juga para saudaranya.
Hepta tak ingin menjadi anak bodoh, Hepta ingin menjadi anak yang bisa diandalkan.
Hepta ingin pintar agar keluarganya bangga.
Dan Hepta ingin menjaga para saudaranya, karena ia sangat menyayangi mereka.
***
Sebenarnya bab sebelumnya belum sesuai target (bahkan belum sampe setengahnya.) tapi karena ada yg baca cerita ini, saya update lagi deh..
yuk bisa yuk divote dulu, gratis kok. cuma pencet bintang yg dibawah doang, selesai.
Selamat bertemu dibab selanjutnya, see you!
KAMU SEDANG MEMBACA
7 ; Januarta
RandomBumi Januarta dan Senja Arunika adalah sepasang suami istri yang saling mencintai, ditambah lagi dengan hadirnya 7 anak laki-laki dengan segala tingkah lakunya yang semakin membuat kediaman Januarta menjadi lebih berwarna. Hingga suatu hari, sebuah...