Empat

190 13 2
                                    

Sebuah Mobil Porsche silver terpakir rapi tak jauh dari spot utama pemandangan malam, bahkan Namsan tower terlihat jelas dari kejauhan.

"Sungguh indah, ini sungguh indah oppa," kagum Hyeseon mendapati pemandangan di depan matanya langsung, ia mengeluarkan ponselnya lalu mengabadikannya sebentar.

"Sekarang keputusanku untuk mengajakmu pergi memang ada benarnya kan," tutur Gwanhee dengan bangga.

Hyeseon mengangguk, ia memalingkan wajahnya ke arah Gwanhee yang menatapnya,
"Tapi aku yakin ini bukan tujuanmu sebenarnya," balas Hyeseon menyelidik.

Melihat ekspresi Hyeseon yang menggemaskan, Gwanhee melepaskan seatbeltnya, tanpa aba-aba ia langsung mencium bibir Hyeseon, memiringkan wajahnya untuk menjangkau bibir lembut miliknya, tangannya memanas saat merasakan pipi Hyeseon yang merona.

Di tengah pemandangan indahnya malam, emosi mereka tercurahkan lewat ciuman yang berangsur cukup lama, ciuman lembut tanpa kesan terburu-buru.

"Oppa," Hyeseon melepaskan tautan bibirnya,
"Apa terjadi sesuatu?" Tanyanya khawatir.

Gwanhee sedikit menjauhkan wajahnya, tangannya masih setia memegang pipi Hyeseon, dirinya menatap bola mata hitam milik kekasihnya, matanya sedikit berair,
"Berjanjilah di sana kau akan baik-baik saja," pintanya.

Hyeseon terdiam mendengar kalimat Gwanhee, di rengkuhnya tubuh Gwanhee, Hyeseon sadar lelaki itu mudah rapuh, dari balik pelukannya, ia bisa merasakan tubuh Gwanhee bergetar, lengan baju Hyeseon pun mulai basah akibatnya.

"Oppa, maafkan aku," Ucap Hyeseon setelah Gwanhee sedikit tenang,
"Maaf kau harus mengalami ini semua karna mimpiku." Sambung Hyeseon.

Gwanhee terdiam, ia lalu menggelengkan kepala, tanda tidak setuju akan ucapan Hyeseon,
"Jangan merasa bersalah, kau tidak membutuhkan ijinku untuk mimpimu, kau dan mimpimu sama pentingnya untukku," tukas Gwanhee.

Gwanhee memeluk Hyeseon semakin erat, melupakan posisi mereka yang terlihat tak nyaman, sedangkan Hyeseon membalasnya tak kalah erat.

Saat Gwanhee akhirnya melepaskan pelukannya, ia kembali menatap mata Hyeseon, meminta ijin Hyeseon untuk kembali menciumnya, Hyeseon mengangguk menyambut signal dari Gwanhee.

Mereka kembali berciuman, bedanya kali ini mereka sama-sama menangis, dilumatnya bibir Hyeseon lembut, wajahnya memanas kala tangan Hyeseon merengkuh lingkar lehernya, Gwanhee semakin memperdalam ciumannya, mereka melakukannya dengan intens.

Saat mereka menyudahi adegan cukup panas itu,mereka terlihat kelelahan dan saling menyandarkan tubuhnya ke posisi normal, cukup lama hingga tangan Hyeseon meraih tangan Gwanhee, menggenggamnya sambil tersenyum ke arah Gwanhee.

Gwanhee kemudian mengambil sesuatu dari kursi belakang, bingkisan lumayan besar ia serahkan ke Hyeseon.

"Ini apa Oppa ?" Tanya Hyeseon sambil terkejut.
"Ambilah, mungkin akan kau gunakan saat disana," titah Gwanhee.

Hyeseon membuka bingkisan itu, nampak satu set pocket camera dan perlengkapannya, Hyeseon bingung untuk apa ini semua, dia lalu menatap mata Gwanhee meminta penjelasan.

"Abadikan moment sebanyak mungkin saat disana, moment penting untuk di kenang saat kau pulang nanti, Ibuku memberi saran untuk ini," tutur Gwanhee menjelaskan.

"Apa kau berusaha menggiringku menjadi seorang vlogger ?"
"Tidak,tidak. Ibuku benar-benar memberi saran untuk ini, tapi jika itu yang kau tangkap aku sedikit mengharapkannya," balas Gwanhee cepat.

"Terima kasih Oppa, ini sungguh bagus sekali, aku akan menggunakannya dengan baik," pungkas Hyeseon sambil meneliti setiap benda asing di hadapannya.

Gwanhee tersenyum mendengar itu, matanya tak henti memperhatikan setiap inci kegiatan yang Hyeseon lakukan, wanita ini akan sangat ia rindukan kala jauh.

Setelah Hyeseon merapikan kembali hadiah dari Gwanhee, ia melihat Gwanhee diam melamun, dari samping wajahnya Hyeseon sudah bisa menebak kekasihnya saat ini sedang banyak pikiran,
"Oppa, ada apa?" Tanya Hyeseon lembut, sambil meraih telapak tangannya,lalu diremas singkat.

Gwanhee tersadar, ia menoleh ke arah Hyeseon lalu tersenyum,
"Tidak, tidak ada apa-apa."
"Jika itu jawaban jujurmu, aku tak melihatnya dari wajahmu," balas Hyeseon.

Gwanhee menghela nafas panjang, ia tak berani menatap wajah Hyeseon, mulutnya rapat tertutup.

Kedua tangan Hyeseon bergerak menyentuh pipi Gwanhee, menuntunnya agar melihat kedua mata Hyeseon,
"Apa kau takut tentang ini semua?" Tanya Hyeseon.

Gwanhee mengangguk singkat, dia mengalihkan tangan Hyeseon untuk menggenggam kedua tangannya, hangat.

"Ayo menjadi kuat Oppa," Kata Hyeseon menyakinkan.
"Aku akan berusaha, dan kita harus berhasil," balas Gwanhee.



To be continued ~

Us (Hyeseon X Gwanhee) fanfictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang