11

82 3 4
                                    

Sebelum masuk ke dalam cerita alangkah baiknya kita bersholawat terlebih dahulu kepada Baginda alam yakni nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

-

"Jangan berhenti berdoa untuk yang terbaik bagi orang yang kau cintai"

-hafna Khoirun al-faqqi

Sumber : Ali bin Abi Thalib

-

Silahkan kritik jika ada kesalahan!
Happy reading!

***

ﺑِﺴْـــــــــــــــــــــــــﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْـــﻢ

***

Suara kicauan burung membisingi seluruh ruang tamu hingga Hafna sendiri menutup telinga karenanya, namun suara itu sama sekali tidak mengusik Ira, Ira asyik dengan lamunannya sendiri, pandangannya lurus pada burung itu namun sama sekali tidak melihatnya, ia akhirnya menghela nafas kemudian menyenderkan kepalanya pada pundak Hafna.

"Kenapa?"

"Takut." Satu kata yang berhasil Ira ucapkan setelah beberapa kali Hafna tanya

"Tenang ada aku, kamu aman di sini"

"Gimana bunda? Ayah? Kak Azam?"

Hafna terdiam, dia tidak bisa menjamin keselamatan bagi ketiga orang yang di sebutkan "in syaa allah mereka pasti baik-baik aja"

"Kalian sudah makan?" Kedua orang tersebut melirik sekilas seseorang yang menghampiri mereka

"Belum, pengen seblak" jawab Hafna

"Hafna, kamu sedang sakit! Yang lain saja"

Hafna mengerucutkan bibirnya "Ira mau apa?" Tanya Hafna, Ira mengangkat kepalanya dari bahu Hafna lalu menggeleng pelan

"Aku gak nafsu"

"Kok gitu? Ayo dong makan, kamu belum makan loh dari pagi" tapi Ira masih saja menggeleng, rasa khawatirnya begitu besar di bandingkan rasa laparnya.

"Cepatlah kakak akan pergi mengajar sebentar lagi"

"Gus Syafiq mengajar?"

Syafiq hanya mengangguk dengan pandangan lurusnya enggan untuk menatap ira yang bukan mahram.

"Kalo gitu gak usah bikinin kita makan aja"

"Loh! Terus yang masak siapa, Ira?" Kaget Hafna, jujur dia tidak terlalu bisa dalam hal memasak, lucu jika dia mengingatnya, kemampuan memasaknya lebih rendah di banding kakaknya, bahkan kakeknya mengira bahwa ruh mereka tertukar karna aneh jika seorang laki-laki handal dalam hal semacam ini.

"Aku"

"Kamu bisa masak?"

"Air"

"Ish, aku serius"

"Iya in syaa allah aku bisa"

Hafna diam beberapa detik "ya udah kak pergi aja, ada Ira yang mau masakin"

"Tidak, kalian sedang sakit, perbanyaklah istirahat"

"In syaa allah Ira bisa tenang aja"

"Bagaimana pun kamu tamu di sini saya tidak ingin kamu repot"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Syafiq Al-faqqiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang