Prolog

26 6 0
                                    

"dasar kamu anak sialan, tidak tahu diri"

plak.

plak.

plak.

ucap seorang ayah sembari menampar kedua pipi anak bungsu nya itu hingga hidung anak itu mulai mengeluarkan cairan berwarna merah kental dari hidungnya.

ia adalah Geraldo Derovano.

seorang pria bertubuh tinggi dan urat urat di tangannya yang nampak bermunculan karna menahan emosi yang harus ia kendalikan.

sedangkan anak yang barusan ia pukuli itu diam menundukkan kepalanya sembari menahan rasa sakit yang ada pada kedua pipinya dan cairan merah yang keluar dari hidungnya.

ia adalah Arkana Dylan Mahardika.

seorang pria kelahiran 2007 itu harus merasakan rasa sakit yang ia alami sedari kecil, untung nya ia memiliki seorang kakak laki-laki dan seorang ibu yang berani melindungi dirinya ketika sang ayah melakukan kekerasan kepada dirinya.

"sekali lagi kamu nampar arka, aku ngga akan maafin kamu mas" ucap seorang wanita dan seorang laki-laki yang jalan menuruni tangga dan melangkah kearahnya.

Messya Ambara, wanita berparas cantik serta tubuhnya yang masih dibilang seusia ABG itu melangkahkan kaki nya bersamaan dengan Elang Algerian, anak sulung mereka kearah dirinya dan Arka berdiri.

"dek, sini ikut abang ke kamar biar abang obatin luka nya" Ucap Elang sambil menggenggam tangan adik kecilnya itu untuk membawa adik nya kearah kamar, dahi nya berkerut melihat adiknya yang tak mau melangkahkan kakinya dan beranjak dari situ.

"kamu kenapa diam aja?" diam, Arka tidak menjawab perkataan abangnya itu.

Elang menghela nafasnya pelan lalu menatap kearah sang ibunda sesaat.

"adek kekamar aja ya sama abang, bunda mau bicara dulu sama ayah sebentar" kini giliran sang ibu yang mulai bersuara sembari mengelus surai hitam Arka lembut.

Arka mulai mengangguk kecil, darah yang keluar dari hidung nya sudah berhenti mengalir dan mulai mengering, Elang menggenggam jari jemari lentik adiknya itu lalu menuntun nya kearah kamar dirinya.




























































Kini terlihat dua kakak beradik tersebut diam tanpa mengatakan sepatah kata apapun, Sang adik hanya diam menatap lurus kearah depan sementara sang kakak tersenyum tipis sembari mengusap punggung adiknya lembut.

"um.. bang, kenapa sikap ayah ke adek beda ya? padahal kalau ke abang ayah keliatan seneng kalau interaksi sama abang..." tanya Arka sembari menatap mata kakaknya polos.

Elang diam seribu bahasa, ia tak tahu harus menjawab apa karna pasalnya dirinya pun tak tahu kenapa ayahnya begitu tidak suka pada adiknya, secara fisik Arka memiliki fisik yang lengkap tanpa ada yang hilang satupun, ia juga sangat mematuhi apa yang orangtua nya katakan padanya, IA TAK PERNAH MEMBANTAH!!

"kalau soalnya itu, abang juga ngga tau..." Jawab Elang jujur. Akhirnya mereka sama-sama diam beradu dengan fikiran mereka masing-masing.

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 20.00 wib. Mereka menyantap makanan yang bunda nya masak itu secara lahap tanpa mengeluarkan suara apapun, sebab jika makan sambil mengobrol itu sangat tidak sopan kata Geral ayahnya.

"adek udah kenyang bun" ucapnya sambil mengelus perutnya yang terasa akan meledak itu karna kebanyakan makan.

"abang juga, bun" ucap Elang sambil meminum segelas air mineral nya.

"yasudah kalian langsung kekamar aja, bunda mau bersihkan ini dulu" Ucap Messya sembari tersenyum lembut kearah anak-anaknya.

"adek bantu ya bun?" Arka mulai mengambil piring kotor yang sehabis mereka pakai untuk dicuci oleh dirinya dan Messya bundanya, sementara Elang langsung pergi kearah kamarnya entah ingin melakukan apa.



























































TBC.



#target 99 vote.

kaga vote kaga lanjut wkwk.

Basundara NirankaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang