24. ILHAE ANAK PERUSAHAAN 2 (3)

531 84 4
                                    

Clang!

Sendokku terjatuh begitu saja saat banyak memori menabrak pikiranku bersamaan setelah Shiba Inu menyebutkan namaku. Pusing dan mual secara beruntun menyerangku. Rasa bersalahku kembali begitu pula dengan rasa sesak di hati terasa ingin meluapkan begitu saja saat melihat Shiba tersenyum.

"Kau bodoh~ (m/n)."

"Bukan seperti itu cara bermain poker yang benar."

"Jangan lupa bawa payung! Oi!!"

"Dasar orang Jepang, hahaha!"

"Jangan terluka lagi ya, (m/n)... adikku."

"Maafkan aku ya, (m/n)."

Wajahku lirih menatapnya, tubuhku secara naluri segera memeluknya seerat yang aku bisa. Aku tidak ingin melepaskannya lagi. Dia yang berkorban, dia yang tersakiti dan aku... aku malah terlena dengan kebebasan yang dia berikan.
"H-hyung," aku tidak kuat lagi. Tubuhku gemetaran memeluknya hingga tak ku sangka air mata deras mengalir. Lupakan soal makan, aku hanya ingin bersama dengannya saat ini.

"A-apa apaan ini?" Shiba Inu tidak mencoba menjauhkan ku dari tubuhnya tetapi juga tidak mencoba untuk memelukku kembali. Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya, kenapa dia tidak bisa mengenaliku.
"Sinwoo hyung," aku melepaskan pelukannya lalu membuka topengku. Aku ambil tangan kanannya lalu menuntunnya untuk menggapai pipiku. "Apa kau benar-benar tak mengingatku?" tanyaku sambil tersenyum lebar walaupun begitu hatiku terasa sangat sakit.

Brugh!

Tapi reaksinya membuatku semakin sesak. "Kau siapa, huh?!" Sinwoo hyung merobohkan tubuhku ke lantai dengan kedua tanganku di belakang punggungku di genggam erat olehnya. Aku memperhatikan wajah kesakitan dari Sinwoo hyung. "Hyung," lirihku saat Sinwoo hyung mulai memegangi kepalanya. Sepertinya yang aku bukan satu-satunya yang kehilangan ingatan di sini.

"Urghh," genggaman tangan Sinwoo hyung terlepas. Aku segera bangkit saat Sinwoo hyung menggeram meremas kepalanya dan bergumam tak jelas. Seperti (m/n) sudah mati dan semacamnya.
"H-hyung!" aku mencoba menenangkannya tapi tubuhku malah di dorong keras hingga menabrak meja makan. Ctar! Tak sengaja tanganku mengenai piring makanku dan akhirnya terjatuh. Shit, darah mengalir dari lengan kananku.

"Sinwoo hyung! Ini aku... Hwang (m/n)! Kau... K-kau ingatlah diriku, ku mohon," ujarku putus asa dan Sinwoo hyung semakin menolakku. Dia bahkan tak segan-segan memukulku, aku yang tidak bisa membalasnya hanya dapat mengigit bibir bawahku sambil menatapnya lirih. Sungguh aku yakin rasa sakit ini tidak ada apa-apanya dengan rasa sakit yang dirasakan Sinwoo hyung di dalam tempat ini.

"Sinwoo hyung!"
BRAK! Tubuhku ditendang oleh seseorang dari belakang. Sangat keras sampai-sampai membuatku tersungkur. Ini bukan ulah Sinwoo hyung. Aku berbalik badan menatap wajah marah dari ketua anak perusahaan ke dua ini dan di sampingnya terdapat eksekutif dengan topeng Daruma. Sial! Aku terlalu gegabah.
"Ringkus dia," satu perintah yang membuat Daruma itu menyerangku. Aku dalam kondisi shock tapi Sinwoo hyung sekarang berada di hadapanku, aku tidak ingin melepaskannya saat ini.

"Sebegitu percayanya kau dengan kekuatanmu?" ujar Daruma saat aku melontarkan tatapan tajam mengintimidasi padanya. Ingat, saat ini topengku sudah tergeletak di samping Sinwoo hyung jadi Daruma sialan itu bisa melihat ekspresiku saat bertarung. Ah, ini terasa bodoh.
"Kemarilah," aku membuka jas hitam dan menyisahkan kemeja putih. "Akan ku ajari puncak dari Jepang," diamond merah milikku terasa sangat marah saat ini. Seakan-akan aku bisa mencabik-cabik siapapun saat ini termasuk diriku sendiri.

"Puncak? Jangan sombong, puncak sesungguhnya hanyalah miliknya seorang─ " BRUGH! Tak diberikan kesempatan untuk berbicara lebih dari ini, Daruma langsung menabrak dinding dan membuat dinding itu jebol seketika. Karena pendaratan yang tak stabil Daruma mengeluarkan darah dari mulutnya. Aku yakin beberapa tulang rusuknya sudah ku patahkan saat ini. Lihatlah darah yang mengucur dari mulutnya, ah... sial.

𝐍𝐎𝐈𝐒𝐄 lookism male reader.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang