27. ILHAE ANAK PERUSAHAAN 2 (6)

596 73 1
                                    

Tatapan kosong mengarah pada kumpulan manusia-manusia yang paling dia cintai. Rasa sakit menjalar begitu tajam dalam bentuk fisik dan mental. Emosinya telah hilang seiring berjalannya waktu. Semuanya terpendam dalam hatinya, membuat dia membenci dirinya sendiri lagi dan lagi.

"Oka-san! Jangan tinggalkan aku! Hicc," tangan kecil itu terhempas begitu keras membuat tubuhnya membentur lantai.
Sang ibu menatapnya tajam sangat buru-buru pergi dari tempat yang dia anggap sebagai rumah. "Kau anak sialan! Andai saja tidak ada kau tidak pernah lahir, andai saja aku tidak menikah dengan orang gila sepertinya! Pasti hidupku lebih baik!"

"O-oka─ " plak! Rasa panas menjalar di pipinya tapi tak ada air mata sedikitnya yang menetes dari manik merahnya. "Jangan pernah mengikutiku! Mati saja kau sialan! Mati!"

Aku menghela nafas dan memegangi kepalaku menggunakan tangan kananku. Aku mengusap air mata yang entah sejak kapan sudah terjun ke pipiku. "Ha-ha, kenapa aku mengingat masa lalu itu?" suaraku terdengar putus asa. Setelah menenangkan diri sejenak, manikku menatap sekeliling. Ah, aku tak lagi berada di ruang mengerikan bersama dengan Ryuhei. Malahan saat ini ruangan ini seperti ruang rawat rumah sakit.

"Dimana ini? Sudah berapa lama aku tidak sadarkan diri? Ahh, sialan," tubuhku masih lemas. Tangan kiriku yang patah sudah sepenuhnya tidak sakit tetapi aku tahu bahwa dia tidak bisa ku gunakan untuk bertarung bahkan untuk sekedar bergerak. Sedangkan tangan kananku terdapat infus di sana. Apa aku berada di luar Ilhae ataukah masih di dalamnya? Aku sungguh bingung. Semakin ku paksakan diri berpikir diriku semakin pusing, astaga.

Siapapun, datanglah. Aku sungguh lemas. Lapar dan haus! Fuck!

Clack!

Seseorang memasuki ruangan ini. Aku masih berbaring dan tak berniat untuk menyapa orang itu. Dia mendekat lali menarik sebuah kursi mendekat di ranjangku. "Masih sakit?" "Sudah berapa jam aku berada di sini?" aku menghiraukan pertanyaannya dan langsung bertanya.

Dia tampak tertawa kecil lalu mengelus surai merahku. "Bodoh, kau tertidur tiga hari," senyuman konyol itu membuatku tidak ingin menatapnya lama-lama. Aku tangkis tangannya yang berada di kepalaku lalu menegakkan tubuh. Surai pirang itu membantuku untuk duduk di ranjang. Manikku menatapnya bingung, seseorang yang membuatku seperti ini kini telah berubah seakan mengkhawatirkanku, bodoh sekali.

"Ryuhei," panggilku pada Ryuhei. Dia tampak masih tersenyum padaku. "Haa lupakan," aku menggaruk tengkukku kikuk. Wajahnya yang seakan tidak salah membuatku tidak enak untuk menegurnya. "Ah, omong-omong ayo makan dulu, kau sudah berhari-hari tidak makan," oh? Lihatlah, dia membawa bubur hangat ternyata di tangannya. Aku mengangguk dan mengulurkan tangan tetapi malah Ryuhei mengambil sendok untukku.

"Ah- " ucapnya membuatku terlihat seperti anak kecil yang sedang disuapi. Karena refleks aku juga membuka mulutku. Shit, bagaimana jika aku memakan racun?! Sontak aku berhenti mengunyah dan Ryuhei memperhatikanku.
"Kenapa? Tidak ada racun kok," Ryuhei memakan sedikit buburnya dan menelannya. Oke, sekarang aku percaya dengannya. Ini... sedikit memalukan, ahh wajahku memerah. Aku malu! Seakan-akan aku tidak bisa makan sendiri saja!

"Diam jangan berkomentar," potongku saat Ryuhei hendak membuka mulutnya karena ingin mengejekku. Dan benar saja, setelahnya dia tertawa hingga hampir membuatnya terjatuh dari kursinya. "Kau lucu, Zero─ " "Kunio (M/n)."

Ryuhei menaikkan satu alisnya lalu berkedip. "Apa? Itu nama asliku," ujarku dengan wajah datar. Ryuhei baru saja tahu namaku, ah aku tidak peduli toh aku bukan orang penting seakan aku main character atau sebagainya. Ryuhei tidak memberikan komentar apapun hingga satu mangkok bubur tadi sudah habis aku diberikannya air putih.
"Hei, (m/n)," panggil Ryuhei. Aku hanya berdehem menanggapinya. Ryuhei tersenyum hingga wajahnya memerah. "Aku boleh memanggilmu seperti itu?" huh? Apa ini? Kenapa dia terlihat seperti sosok yang berbeda. Wajahnya yang cantik tersenyum lembut padaku. Senyuman hangat yang bisa membuat luluh hati seseorang.

𝐍𝐎𝐈𝐒𝐄 lookism male reader.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang