The mystery of the brown-eyed man

29 4 4
                                    

Cahaya matahari menerobos masuk ke penglihatanku, dengan wajah masih setengah ngantuk aku beranjak dari tidurku.
Kuamati sekitarku, rasa asing menyeruak ketika ku dapati aku berada di sebuah kamar mewah.
Masih dengan perasaan heran, aku memijat pelan pelipisku, seraya mengingat ingat kejadian sebelum aku berada di kamar mewah ini.
Sial aku baru ingat!!
Aku di sekap pria bermata iris coklat itu,,
Dan aku ingat pria itu juga yang membuatku sampai pingsan dengan tamparannya kemarin.

Belum sempat rasa pusingku hilang aku di kejutkan dengan pemandangan yang tidak biasa.
Di depan mata kepalaku sendiri, pria mata ber iris coklat itu bertelanjang dada dengan handuk putih yang melilit pinggangnya itu.
Melihat itu reflek aku memeriksa pakaianku, aku bernafas lega ketika menyadari pakainku masih utuh seperti kemarin.
Pria itu melirikku sekilas, aku langsung mundur darinya ketika ia berjalan ke tempat ranjangku, aku menahan nafasku ketika ia berhenti tepat di depan wajahku.
Karna terlalu dekatnya jarak kita, aku bisa melihat jelas wajah tegasnya, alis tebal, rambut basah yang masih meneteskan airnya, dan jangan lupa dengan dua manik mata ber iris coklatnya itu.
Sempurna...
Kata itu yang menjelaskan betapa tampangnya mampu membuat para wanita tergila gila kepadanya.

Pria itu menaikkan sebelah alisnya yang tebal itu. Lalu menurunkan pandangannya ke dua belah paha yang tidak tertutup selimut.
Menyadari pandangan anehnya, lekas lekas aku menutupi kedua pahaku dengan selimut.
Pria itu tersenyum menyepelekan,

"Aku tidak selera dengan tubuh kecilmu nona", ucapnya menyebalkan, dan beralih mengambil sebuah kaos hitam yang berada tepat di sebelahku.

Ia melangkah pergi dari hadapanku. sebelum pintu tertutup sempurna, ia masih mengatakan sesuatu,
"Cepat bangun dan bersiap ikut saya", perintahnya.

"Aku tidak mau", ucapku berteriak.

"Aku tidak meminta persetujuanmu", setelah mengatakan itu, pintu tertutup dengan sempurna.

Sialan.

♡♡♡

"Kamu mau membawaku kemana pria brengsek", kesalku setengah berteriak. Ketika ia mengajakku ke tengah hutan dengan bangunan tua di depan.

Dia menatap tajam ke arahku
"Diam atau kau akan di tembak mereka", perintahnya dengan wajah datarnya.

Aku bingung ketika dia mengajakku ketengah hutan dengan bangunan tua di depan. Di depan bangunan tua itu banyak laki laki asing yang menyeramkan dengan pistol ditangan masing masing, sedangkan aku dan pria ini masih setia berjongkok di tempat yang lumayan jauh dari gedung itu.

Di telinganya ada suatu alat, mungkin alat berkomunikasi dengan para pria pria brengsek itu.

Apa yang mau dilakukan pria ini, pikirku.

"Fuck" ia mengumpat,
"Kau tidak becus fran", ucapnya lagi. Aku ingat fran_laki laki yang membawaku ke hadapan pria yang bersamaku saat ini.
Ngomong ngomong tentang fran, aku masih belum mengetahui nama pria di sampingku ini.

Dengan langkah mengendap ngendap, seraya tangan yang mencekram erat tanganku, pria ini menjauh dari bangunan tua ini.

Setelah menjauh dari bangunan tua itu, Ia menghempaskan tanganku dengan keras, lalu menjauh dariku seraya mehampiri mobil sportnya.
Aku diam mematung melihatnya.
Kulihat rahang kokoh itu penuh dengan amarah, ia mengacak rambutnya frustasi, tak lupa meluapkan kekesalannya dengan menendang kuat ban mobilnya.
Masih dengan tatapn kesalnya akhirnya dia menoleh ke arahku yang masih melemparkan tatapn heran.

"Masuk", ucapnya memerintah, dan tanpa basa basi langsung masuk ke dalam mobilnya.

Aku yang melihat kesempatan emaspun langsung mencoba untuk kabur darinya, sebelum ia mengetahui niatku.

Dorr

Kuhentika langkahku ketika mendengar ledakan di samping kakiku berpijak, kulihat beling itu terpecah berai setelah terkena peluru yang kuyakini pelakunya pria aneh itu.
Aku masih terpaku di tempatku saat ini, masih dengan perasaan panik yang sesaat.
Kurasakan seseorang mendekat kearahku dan aku menahan nafas sesaat, ketika kurasakan pistol itu kembali menyentuh pelipisku.

"Jangan pernah mencoba kabur, atau kau akan merasakan akibatnya", aku merinding mendengar suaranya yang berat di samping telingaku, ia menurunkan pistolnya dari pelipisku, lalu menyimpannya.
Dengan tubuh yang seakan kaku, aku berucap,
"Kau mengancamku tuan,
Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku?", masih dengan hati hati aku bertanya.

"Sudah kubilang aku menginginkan nyawamu",
Aku melirik ke sampingku, bisa kulihat ia mengeluarkan pisau dalam sakunya.
Sialan, dia tidak main main dengan ucapannya.

"Kalau itu yang kau inginkan, cepat bunuh aku sekarang",ucapku terdengar lirih. Aku sebenarnya masih takut mati, mengingat adik adikku masih belum bisa kuselamatkan di tangan si bedebah itu. Tapi di sisi lain, aku juga tidak ingin berada di dekat laki laki aneh ini.

"Tidak semudah itu, nona..
"Aku masih belum bermain main denganmu", diakhiri kekehannya yang sangat menyebalkan di telingaku.
Ia beralih di hadapanku, menatap ujung kaki sampai ujung rambutku.
Setelah itu ia menyeringai aneh.
Bulu kudukku merinding, melihat tatapan nakalnya itu.
Aku sudah berpikir aneh aneh.

Bukankah tadi ia bilang tidak selera dengan tubuhku, tapi kenapa tatapannya seakan menginginkanku.
Kalau dia sampai berbuat yang macam macam kepadaku, aku lebih memilih kabur dan mati tertembak peluru pistolnya itu, racauku.

Pria di depanku ini mengangkat sebelah alisnya, yang sialnya membuatku mengakui ketampanannya semakin luar biasa.
Sial.

"Apa yang kau fikirkan nona?",

"Tidak ada", ucapku seraya memalingka pandanganku darinya.
Ia lalu tersenyum nakal kepadaku,
"Apakah kau berfikir bahwa aku akan berbuat yang macam macam kepadamu?", tanyanya masih dengan senyuman anehnya.

Aku langsung menggeleng dengan kencangnya. Mencoba meyakinkan perkataanku agar dia tidak tau bahwa ucapannya tepat mengenai sasaran. Apa dia bisa membaca pikiran?.
"Aku tidak pernah berfikiran seperti itu".


ia hanya mengangguk pura pura mengiyakan perkataanku. Ia memintaku untuk mengikutinya, tapi belum sempatku beranjak ia mengucapkan sesuatu yang membuatku kesal,

"Tapi tubuhmu tidak jelek juga"

Brengsek.

Dengan kesal aku mengikuti langkahnya memasuki mobil.
Setelah memasang sealbet, ia menghidupkan mesin dan akan pergi dari tempat itu.
Tapi sebelum mobil itu melaju, ada sebuah ledakan di samping kiriku.
Ia langsung menolehkan kepalanya melihat siapa yang berani melakukan tembakan itu barusan.
Sedangkan aku menutup kedua telingaku, antara rasa panik dan penasaran.

Fuck.
Ia mengumpat, dengan gesitnya langsung mengeluarkan pistolnya, dan menembak ke samping arah kiriku. Setelah dirasa aman,
Ia langsung melajukan mobilnya dengan cepat, sebelum mobil ini meninggalkan kawasannya, sempat ku dengar suara erangan di tempat ia menembak barusan.

Jangan lupa tinggalin vote, coment kalian di ceritaku ya temen temen.
Dan ikuti akunku.
Salam sayang, dari pria aneh bermata iris coklat ini 
untuk kalian🥰.

 enemy CIRCLE_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang