My girl or captive?

20 3 1
                                    

"Berhati hati!, banyak yang mengincar nyawamu", peringatnya.
Aku hanya mengangguk sekilas tanpa menoleh ke arahnya, yang saat ini menatap tajam diriku.
Aku memutar otak, mencoba  mencari cara untuk terlepas dari pria aneh ini.
Fikiranku melayang teringat adik adikku yang belum sempat ku selamatkan dari sekapan si bedebah itu. Entah apa yang akan mereka lakukan kepada adik adikku, yang pasti aku mencemaskan keadaannya sekarang.
Seharusnya aku tidak kabur dari mereka, pasti keduanya akan selamat. Karna aku yakin mereka hanya menjadikan pancingan keduanya, aku sangat tahu jelas si bedebah itu hanya ingin aku, menginginkan nyawa ini. Masih dengan lamunanku, tiba tiba suaranya membuyarkan semuanya.

"Kau dengar?!"
Aku menoleh ke arah sampingku, dan juga memberanikan menatap kedua mata beriris coklat itu, walau sebenarnya ada sedikt ketakutan ketika menatap kedunya secara  langsung. Tapi kucoba untuk menghalau ketakutan ini.

"Apa?"

Ia mendecak,
"Mereka semua menginginkan nyawamu", tekannya.

"Termasuk kau tuan", telakku.
Di dalam hati aku bersorak senang, karna bisa membalikkan ucapannya barusan. Kulihat ia tersenyum kecut, mendengar pernyataanku barusan, yang mungkin ia tak menyangka kata kata itu keluar dariku.
Lalu ku tolehkan wajahku seperti semula.

Hening.
Tak ada yang membuka suara.
Tapi tak berselang lama sayup kudengar kekehan kecilnya,
Aku mengkerut heran, apa yang lucu?, batinku.

"Ya, termasuk aku...
Tapi aku akan melindungimu dari mereka", ucapnya lalu keluar dari mobilnya dan kembali masuk ke tempat ia membawaku, lebih tepatnya tempat penyekapanku.
Masih belum turun dari mobil, aku heran dengan ucapannya.
Apa maksudnya? Kenapa ia malah mau melindungiku dari mereka yang  punya satu tujuannya yang sama dengannya, menginginkan nyawa ini!. Apa yang dia fikirkan?, Batinku bertanya tanya.
Tapi meskipun dia berkata ingin melindungiku, bukan malah merasa tenang alih alih perasaan ini menyuruhku untuk harus mewaspadainya. Satu satunya orang yang harus aku jauhi.
Aku bingung, bagaimana caranya terlepas darinya.
Aku mengacak rambut panjangku frustasi Akhhhh
Akhirnya kuputuskan untuk menyusul pria itu, masuk kedalam ruangan dimana ia menamparku.
Dengan wajah terkejut, malihat dengan kepala sendiri, pria itu sedang menghajar habis habisan seorang pria, yang kukenal dengan nama fran.

"Maaf aku tidak sengaja, Rev", ucapnya di sela sela rasa sakitnya.
Setelah menonjok dengan keras pipi fran, dan sukses membuat fran tersungkur tak berkutik. Akhirnya ia menghentikan aksinya.
Lalu setelahnya kulihat ia meninju tembok dengan keras.

Dasar pria aneh. Temperamental.
Tapi akhirnya setelah seharian bersamanya, aku mengetahui setengah dari namanya.
Rev? Revan kah? Revin? Atau siapa?
Aku bertanya.

Masih dengan wajah di penuhi amarah, ia menghampiriku.
Dan langsung menarik paksa diriku, membawaku ke suatu ruangan.
Tanpa menutup pintunya, ia langsung menghempaskan tanganku dengan kasar. Mencondongka tubuhnya, lalu menatap tajam wajahku yang tepat berada sangat dekat dengan wajahnya, bisa ku rasakan nafasnya yang berat menyapu wajahku. Aku menelan ludah kasar ketika ia semakin memajukan tubuhnya, refleks aku mundur menjauhi jangkauannya, tapi nahas tubuhku menabrak tembok di belakangku yang membuat aku berhenti seketika.
Dengan tatapannya yang aneh, ia menjatuhkan kedua tangannya di belakan tembok, yang sukses mengunci tubuh kecilku.
Ia semakin mendekatkan wajahnya, dengan wajah sedekat ini, kulihat kedua mata iris coklat itu melihat kebagian wajahku, dengan tatapan lapar ia membuka sedikit mulutnya hendak melumat bibirku. Tapi sebelum itu terjadi, sebuah tamparan melayang ke pipinya dengan keras membuat kepalanya tortoleh kesamping.

"Apa yang kau lakukan?", ucap seorang pria yang sudah berada satu ruangan dengan kami, dengan kacamata hitam yang masih melekat di wajahnya.
Rev, pria aneh yang hampir menciumku ini, menatap tajam pria yang menggagalkan aksinya.
Aku tak mengenal pria itu, tapi aku sangat bersyukur berkat kedatangannya yang membuat Rev menghentikan aksinya.

"Keluar!!", perintahnya, menggeram marah.

"Kau tak berniat...", ucapan pria itu terhenti ketika Rev kembali mengeluarkan perintah yang sama.
Pria itu terkekeh
"Ok,ok saya keluar. Tapi jangan lupa wanita ini yang membuat...", ucapannya kembali terhenti.

"Keluar!!!, ini bukan urasanmu",

Pria itu akhirnya mengalah, memilih keluar. Tapi sebelum pria itu beranjak keluar, tatapannya berhenti ke arahku. Dan tatapan itu menelisik dari ujung kaki sampai wajahnya menatap tepat ke wajahku. Ia menatap aneh ke arahku, lalu tertawa sinis.

"Apakah seleramu sudah memburuk?", ucapnya sebelum pergi meninnggalkan kami.

Rev berdecih. Lalu tatapan itu kembali mengarah ke arahku.
Perlahan ia menjauh dariku.

"Kenapa kau ingin melindungiku dari mereka?", pertanyaanku sukses membuatnya langkahnya terhenti.
Ia menagkat sebelah alisnya, bertanya.
" kenapa kau ingin melindungiku dari mereka?, mereka yang menginginkan nyawaku?, sedangkan kamu juga memiliki niatan yang sama seperti mereka?",
Ulangku, tapi lebih menegaskan partanyaanku.

Ia mengurungkan diri untuk keluar, dengan langkah ringan ia kembali menghampiriku.
Tatapan itu kembali jatuh kewajahku, tapi tatapan itu tak semengerikan tadi, yang sempat menginginkanku.
Ia kembali mencondongkan wajahnya, tapi kali ini tak sedekat tadi.

"Karna hanya aku...", ucapannya menggantung.
Bibir merah itu kembali mendekat, tapi bukan ke wajahku melainkan ke sisi telingaku. Sedangkan tangannya memegang erat kedua pundakku.
"Hanya aku....yang pantas membunuhmu", ucapnya berat.
Ketakutan itu kembali muncul.
Ia menjauh dari jangkauanku, kedua mata ber iris coklat itu kembali menerobos pandanganku.

"Aku kabulkan permintaanmu itu, cepat bunuh aku sekarang", ucapanku tertahan. Dengan setengah hati aku menawarkan diriku untuk memenuhi keinginannya itu. Toh lambat laun, nyawa ini pasti tiada. Entah ditangan si bedebah itu, atau malah di hadapan laki laki di depanku ini, yang tidak ku tau alasannya kenapa ia juga menginginkan nyawaku. Tapi jauh di lubuk hatiku batinku melarang mengatakannya, karna sebelum nyawa ini tiada aku harus menyelamatkan kedua adikku, dan masih berkewajiban untuk memberinya kebahagiaan yang sudah lama tak mereka rasakan.
Maafkan kakakmu ini...

Tangannya naik mengusap pelan rambutku. Sedangkan tangannya yang lain masih setia di pundakku.
Tangan itu kembali turun, dan berhenti di bibirku yang kecil.

"Bodoh", umpatnya.
Tangan besar itu mengusap pelan bibir kecilku. Lalu tangan itu kembali naik tapi kali ini berhenti di kedua pipiku. Kurasan ke dua tangan besar itu kembali mengusapnya.

"Jangan menangis,,, gadisku", ucapnya lembut. Perkataannya menyadarkanku bahwa aku menitikkan air mataku. Bodoh, kenapa air mata ini harus keluar di hadapan pria aneh ini.
Membuatku seakan menjadi wanita yang paling lemah, padahal selama ini tak pernah ada seorangpun yang melihat air mata ini.

Rev menarikku masuk kedalam pelukannya, ia mengusap punggungku dengan lembut.
Bukannya tenang, malah aku semakin membuatku menangis.
Aku bingung dengan semuanya.

Yeayyy...
Akhirnya part 3nya bisa aku sambung🥳.
Ini semua berkat kalian semua, terimakasih teman teman udah nyempetin baca karya abal abalku.
Jangan lupa ikuti akunku ya gesss.
Kalok ndak keberatan tolong vote, coment and sare yaaa😙.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 enemy CIRCLE_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang