Freya membeku ditempat, tidak tahu harus melakukan apa. Siapa juga yang gak takut ada yang membisikkan kayak gitu? Kalau boleh jujur, dia sempat tidak percaya dengan perkataan Marsha. Tapi gadis itu mengatakannya dengan nada serius, kalau Marsha udah serius ngeri.
"Kamu jangan bohong, Sha. Aku gak suka."
Netra gelap Marsha sontak mengarah ke Freya, mencoba untuk menyakinkan jika ia tidak berbohong. Emang beneran ada orang kok. Hantu penunggu disekolah ini sedang berdiri tepat di belakang Freya.
"Lo punya aura yang bagus, Fre. Mereka banyak yang jahat jadi hati-hati."
Bulu kuduk Freya berdiri tegak, hawa dingin terasa disekitarnya. Jantungnya berdetak kencang, tangannya agak tremor. Marsha mengendikkan bahu santai. Dia sudah terbiasa dengan penampakan hantu, jadinya ini bukan masalah besar.
"Ini siang, Sha. Emang ada hantu yang muncul di siang bolong gini?"
Marsha yang tadinya hendak mengambil ponselnya, tertegun. Lalu tersenyum simpul. Senyuman itu tidak membuat Freya merasa tenang, tapi panik dan takut.
"Ada, contohnya dia yang berdiri dibelakang lo."
Flora dan teman-temannya pergi ke kantin untuk makan, meski dia sendiri gak bawa uang jajan. Oniel yang menyadari Flora hanya diam saja dan tidak mengatakan apa yang ia inginkan, memutuskan untuk bertanya.
"Lo mau apa, Flo? Diem-diem bae, emang gak laper atau aus gitu?"
Flora yang ditanya menggelengkan kepala, dia sebenarnya lapar dan haus banget tapi keadaan memaksanya.
Olla melirik gadis bunga itu, karena merasa kasian. Ia memberitahu Oniel jika Flora lupa membawa uang jajan.
"Oh, gitu? Santai aja, gue traktir hari ini."
Yang lain segera menoleh, mengira kalau Oniel akan mentraktir mereka juga. Nyatanya gadis yang pintar jokes bapak-bapak itu hanya ingin mentraktir Flora.
"Flora aja, yang lain bayar sendiri. Ada duit kan lu pada?"
"Jahat banget sih lo, Niel. Gue kira hubungan kita spesial."
"Kalo mau hubungan spesial sama Jessi aja, Lla." celetuk Lulu. Memutar bola matanya malas.
"Bacot."
Oniel memutar bola matanya malas, sudah biasa mendengar pertengkaran antara Olla dan Lulu. Dia beranjak pergi untuk memesan makanan dan minuman, bersama dengan Zee.
"Eh, kalian tau gak?"
Yang lain langsung menatap Olla, menunggu gadis yang sering menjadi bandar gosip itu berbicara lagi.
"Gua denger-denger nih ye, si kathrin itu loh. Dia ternyata pacaran sama si itu."
"Itu saha teh?" tanya Lulu, tidak tahu siapa orang yang dimaksud Olla.
"Ya siapa lagi kalau bukan Ashel jir,"
"Lah? Udah pacaran? Gua kira masih di sisterzone sama Ashel." tanya Adel, terkejut mendengarnya.
"Ye gue kagak tau sih,"
"Yaelah, kalau masih rumor mah berarti gak beneran," celetuk Lulu, "Lu kayaknya kemakan hoaks deh Lla."
Marsha tertawa melihat wajah ketakutan Freya. "Gue bercanda fre, di belakang lo emang ada orang sih sebenernya."
Freya menatapnya tajam, "Pembohong!"
"Emang ada, ce fio tuh," tunjuk Marsha kepada gadis yang berdiri tepat di belakang Freya.
Freya menoleh dan benar saja, Fiony tengah berdiri di belakangnya. Gadis itu memakai riasan badut. "Dih, ngape lu?"
Fiony merengut, bahunya merosot ke bawah. "Biasa, pak andre tuh. Dandanin gue jadi badut sebagai hukuman karena gak ngerjain pr. Namanya juga lupa,"
Gita dan Indah memandang Fiony aneh, lantas tertawa. Masalahnya, wajah gadis itu benar-benar lucu. Wajahnya putih bersinar, entah berapa tebal itu bedak, terus di bagian matanya berwarna biru dan merah, di sekitar bibirnya juga lipstick merah. Hidungnya di pakaikan semacam bola.
Dan ini bukan pertama kalinya mereka melihat Fiony seperti ini. Malah cukup sering.
"Lucu banget," Indah cekikikan.
Fiony melirik mereka, dengan kesal menarik kursi dan duduk. "Berisik, padahal ini juga salah kepsek. Tiap bulan ada event, disuruh ini itu, dikira kita kagak capek apa?"
"Namanya juga babu," sahut Marsha, mengendikkan bahu.
"Harusnya gue kagak daftar jadi anggota osis jir," sesal Fiony, mengistirahatkan kepalanya di meja.
"Aduh, mau ngeluh lagi ni anak," gumam Marsha, memalingkan wajahnya dan mengabaikan Fiony yang mengeluh untuk kesekian kalinya. Gadis itu sudah sering mengeluhkan hal yang sama, jadi dia ingat apa yang biasanya ia keluhkan.
Fiony mendongak. "Eh, tapi lo pada tahu kagak kalau ada murid baru?"
"Flora?" tanya Freya, yang lain memutar bola matanya malas, mereka sudah membicarakan tentang si murid baru itu.
"Katanya bokapnya om Sean, ya?" Ya, kembali pada topik mereka sebelumnya.
"Aduh, kalian ini..." hela Gita, "Kan masih rumor, jangan menyimpulkan dulu dong."
"Aku nanya kak," balas Fiony.
"Sebentar lagi masuk nih, kembali ke kelas sana." sela Indah, menyudahi topik tentang rumor ayah Flora.
"Iya kak," Marsha, Freya, dan Fiony menurut, lantas keluar dari ruangan osis, kembali ke kelas masing-masing.
"Kebiasaan banget," ucap Gita, geleng-geleng kepala.
"Yakan namanya juga bocil, Git. Mereka lebih tertarik sama gosip daripada belajar." canda Indah, meski apa yang dia katakan memang ada benarnya.
"Kan kamu yang mulai duluan, berarti kamu juga bocil." timpal Gita, melirik Indah yang termangu karena perkataan nya. Kena counter dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semanis Karamel
Teen Fiction[Ongoing] Kisah tentang seorang siswa pindahan yang berharap kehidupannya di sekolah berjalan lancar tanpa ada rintangan apapun itu. Eits, bukan namanya hidup kalau tidak ada rintangan. Gadis itu akan mendapatkan rintangan seiring waktu, dimulai dar...