***
Calvin langsung mengenali Irene ketika dilihatnya perempuan itu memakai kemeja putih bermotif dan celana panjang hitam disertai sandal flat, duduk di barisan kedua paling depan. Memperhatikan dengan baik seorang pengrajin yang sedang menjelaskan berbagai macam tipe keramik yang diolah dengan teknik tradisional yang dipelajari secara turun temurun.
Pengrajin tersebut dipanggil langsung oleh oma Irene, Nai Jianying. Seorang pemilik kebun tembakau berhektar-hektar yang nyaris tidak terhitung di kepulauan Jawa. Umur oma Irene itu sudah nyaris tiga perempat abad, tapi tubuhnya tetap bugar dalam menjalankan aktivitas bahkan berpergian antar negara. Calvin mengakui hal itu ketika dia ditelpon oleh Irene untuk menghadiri acara yang dibuat oma hari ini. Katanya, acara ini khusus dibuat agar para anggota keluarganya berkumpul. Calvin akan menjadi anggota keluarga mereka juga, jadi kehadiran Calvin tetap dinanti oleh oma.
Kalau dari Calvin mencuri dengar, pertunangan mereka sudah disetujui oma sejak awal. Bahkan beliau ingin mereka segera melangsungkan pernikahan.
Makin kegirangan lah Calvin ketika mendengar.
Tapi ketika dia ingat masalah tempo hari, rasanya ingin Calvin mengadu ke oma kalau cucu perempuannya itu tidak menaruh hati padanya.
Karena tidak mau dibilang tukang adu seperti waktu mereka masih di taman kanak-kanak, Calvin hanya diam dan mendumel dalam hati saja.
Calvin mengambil duduk jauh dari Irene, dekat salah satu om yang mengenali Calvin dan sempat berbincang sebentar dengannya sebelum kembali sibuk dengan adonan tanah liat yang akan dibentuk menjadi sebuah pot oleh Calvin.
Dibalik telinga yang mendengarkan dengan seksama instruksi, Calvin menjelajah kenangannya semasa kecil bersama Irene.
Keduanya masuk ke SBBS (Sekolah Bunga Bangsa Surabaya), dan duduk di kelas kindergarten yang sama. Karena masing-masing orang tua mereka sedang merintis karir, tak jarang juga Irene dititipkan ke Mami Calvin ketika pulang dan perempuan itu akan ikut satu mobil dengannya sampai salah satu asisten rumah tangga Irene menjemput.
Pertama kali bertemu, Calvin jelas tidak suka Irene. Perempuan kecil itu tidak banyak bicara, tidak mau diajak main kejar-kejaran dan sibuk dengan buku mewarnai atau menekan tuts piano saja, seperti di dunianya sendiri. Mami sendiri meminta Calvin untuk mengajak Irene bermain bersama, kalau saja mami Calvin tahu perempuan kecil itu sangat sombong.
Pernah suatu waktu, Calvin memang keterlaluan kalau dia ingat saat itu, Calvin merenggut paksa buku bergambar perempuan kecil itu sampai sobek secara tidak sengaja. Calvin ingat wajah Irene yang memerah, namun perempuan kecil itu tidak menangis, mengeluarkan sepatah katapun tidak. Yang dia ingat, perempuan itu langsung meraih buku bergambar yang sudah robek itu dia ambil dan lemparkan tepat di wajah Calvin. Belum sepat Calvin menjerit karena kaget, perempuan kecil itu lebih dulu menarik paksa kerah Calvin dan memegang erat rambutnya dengan kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Were Good To Me
Teen FictionKarena liburan musim panas sudah resmi dimulai, Calvin memutuskan untuk pulang ke Indonesia atas paksaan kedua orang tuanya yang menginginkan laki-laki tersebut menghabiskan liburan bersama keluarga. Hal itu disambut Calvin ogah-ogahan, tetapi dia s...