"Bisa nggak sih kata kapan itu di hilangkan dari dunia ini? benci banget!" -Elnora
Gerimis yang lembut membasahi jendela, menambah kesan dingin di dalam kamar apartemen Elnora yang ber-AC. Dia menatap keluar jendela yang kecil, mata memandang hujan yang menari di permukaan kaca. Cahaya senja yang redup menyelinap masuk, menyoroti wajahnya yang penuh kegelisahan.
Dalam keheningan itu, Elnora menghampiri meja dan meraih secangkir teh hangat. Aroma wangi teh itu memenuhi ruangan, memberikan sedikit kehangatan di tengah dinginnya suasana. Dengan gemetar, dia menggenggam cangkir itu erat-erat, mencoba meredakan kekacauan pikirannya yang melanda.
Kata-kata itu terus berputar-putar di benaknya, memenuhi ruangan kecil yang sepi. "Kalo orang-orang bilang start with why? Lain halnya dengan gue" lanjutnya sambil menghela nafas. Kalimat yang sering kali ada di pikiran Elnora adalah bisa nggak sih kata kapan dihilangkan di dunia? Ah, tapi bukankah memang selalu ada kata kapan?
Duduk di tengah ruangan yang penuh dengan pikiran kusut dan pertanyaan yang tak terjawab, Elnora merenung. Mungkin inilah dilema dari kehidupan modern, di mana tekanan dan harapan sosial selalu mengikat kita pada konsep waktu yang tak kenal ampun. Tetapi, apakah benar kita tidak bisa melepaskan diri dari belenggu tersebut? Bisakah kita hidup lebih bebas, tanpa terus-menerus terbelenggu oleh kata "kapan"?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan?
RomanceElnora, seorang wanita yang terjebak dalam rutinitas korporat, merasa hidupnya hanya berputar di sekitar satu pertanyaan: "Kapan?" Kapan dia akan menemukan cinta sejati? Kapan dia akan menikah? Kapan dia akan mencapai ambisi pendidikan lanjutnya? Da...