Seorang gadis membuka kelopak matanya dan hal pertama yang ia lihat adalah atap kamarnya. Ia meraih ponselnya untuk melihat pukul berapa sekarang walaupun matanya masih sangat mengantuk.
Ia bangkit dari tempat tidur setelah melihat jam yang menunjukkan pukul delapan lewat lima belas menit. Toh, siapa peduli hari ini hari Sabtu. Tidak ada sekolah.
Ia berjalan menuju pintu dan membukanya. Seorang pemuda baru saja naik tangga untuk membangunnya, tapi ternyata gadis itu sudah bangun.
"Aku baru saja ingin membangunkan mu untuk sarapan." Ucapnya.
Ruka memutar bola matanya malas. "Iya, iya, pasti disuruh mama,"
Jeonghan yang melihat Ruka hanya melewatinya pun langsung naik darah, "Adik tak tau untung. Untung kakak yang baik ini membuatkan sarapan." Pasrahnya dengan tingkah adik satu-satunya itu.
Mendengar omelan dari sang kakak. Ruka hanya menggeleng kepala dan melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi untuk mencuci wajah.
Beberapa menit kemudian keduanya duduk di meja makan dengan makanan yang sudah tersaji di atas meja. Jeonghan berucap, "Makanlah."
Sambil mengambil beberapa daging dan nasi, Ruka bertanya, "Kemana mama dan papa?"
"Biasa. Kantor dan butik." Jawab Jeonghan.
Ruka mengangguk. "Kakak juga mau ke kafe?" Tanyanya pada Jeonghan.
Tanpa menjawab pertanyaan Ruka, Jeonghan kemudian bertanya, "Siapa pemuda tadi malam? Pacar?"
"Siapa?" Ruka terlihat ling-lung.
"Katanya kau tertidur di mobilnya," ucap Jeonghan. "Tidak melakukan aneh-aneh, kan? Kamu tau mama dan papa gimana, Ruka," peringatnya.
Ruka berusaha mengingat kejadian tadi malam. Semalam ia pergi dengan Jay ke pasar kuliner sambil membahas masalah buku Dark Moon, kemudian saat perjalanan pulang ia sangat mengantuk dan tertidur. Seketika wajahnya memerah membayangkan apa yang terjadi.
'Dia menggendongku tidak ya?' pikir Ruka.
"Tentu saja tidak, Jeonghan. Itu hanya teman, bukan pacar." Jawabnya pada kakaknya.
"Bagus. Ingat terus peraturan keluarga kita. Jangan pacaran sebelum lulus SMA!" Ucap Jeonghan tegas.
"Bentar lagi aku lulus," gumam Ruka.
***
Ruka menyalakan televisi berniat menonton drama favoritnya. Namun, malah mendapatkan sebuah berita.
"Berita terbaru dari Hannam-dong. Ditemukan mayat tanpa darah di sebuah apartemen di kompleks perumahan elit. Polisi sedang menyelidiki kasus ini sebagai kemungkinan pembunuhan."
Ruka terkejut mendengar berita tersebut. Ia menatap layar televisi dengan mata terbuka lebar, mencoba mencerna informasi yang baru saja ia dengar. Kejadian mengerikan seperti itu terjadi begitu dekat dengan tempat tinggalnya.
"Eh, itu wilayahku. Kok bisa?" ucapnya dengan nada khawatir.
"Menurut laporan, mayat tanpa darah tersebut adalah seorang wanita muda yang tinggal sendirian di apartemen tersebut. Polisi masih menyelidiki motif di balik pembunuhan ini dan mencari pelaku."
Ruka merasa ngeri membayangkan betapa mengerikannya kejadian tersebut. Ia berharap polisi segera menemukan pelaku dan membawa keadilan bagi korban. Sementara itu, kekhawatiran dan ketegangan terasa dalam udara saat mereka terus mengikuti perkembangan berita tersebut.
Ia mengambil ponselnya dan menelpon seseorang. "Halo,"
"Ya, Eoni, ada apa?" Jawab Ahyeon di seberang.
"Sudah lihat berita?" Tanya Ruka.
"Kematian misterius di kompleks perumahan eoni kan?" Tebak Ahyeon.
"Hm, kita ketemuan ya,"
"Ajak pacar eonni itu. Aku mencurigai nya."
"Dia bukan pacarku, Ahyeon-ah!" Elak Ruka.
Tapi sesaat kemudian telepon di tutup. Ruka bergerak cepat mengambil ponselnya dan kunci motor kakaknya, Jeonghan.
"KAK, AKU PINJAM MOTOR!" Izinnya berteriak.
Ia segera menggas motor dan keluar dari gerbang. Sementara itu, Jeonghan keluar sambil berteriak, "Hei, akan kupakai ke kafe!"
"Ruka-ya!"
***
Tok tok tok
Jay membuka pintu apartemennya. Terlihat seorang gadis dengan pakaian kasualnya berdiri tepat di depan pintu.
"Oh, Ruka, kukira siapa,"
Plak!
Telapak tangan Ruka langsung menempel di pipi pemuda itu membuat wajahnya tertoleh ke samping.
"Ku kira kau orang baik," ujarnya terlihat jelas ia marah tapi matanya terlihat berkaca-kaca.
Jay yang tidak mengerti pun bertanya, "Apa salahku?"
"Apa yang kau lakukan setelah mengantar ku pulang? Mencari mangsa?" Tuduh gadis itu.
"Apa maksudmu?"
"Di kompleks ku, ditemukan mayat tanpa darah. Siapa lagi pelakunya kalau bukan kalian? Kalian vampir!" Ujarnya dengan nada tinggi.
"Sejujurnya Ruka, aku tidak tau apapun. Setelah mengantarmu, aku langsung pulang dan menemukan teman-teman yang lain di apartemen," ucap Jay.
Ruka menatap Jay dengan tatapan penuh selidik. Ia tak tau harus percaya pada siapa. Jika bukan Jay dan teman-temannya, lalu siapa? Apa ada vampir lain?
'Sion?' pikirnya. Kemudian ia menggeleng.
"Jika kau pikir itu Sion, maka kujawab bukan pemuda itu juga." Ujar Jay.
"Ikut aku!" Ruka menarik tangan Jay membawanya ke motor dan memberikan kunci.
"Kau bisa bawa motor kan?"
Sementara itu di tempat lain, seorang pemuda jangkung berdiri menatap kepergian Ruka dan Jay dari atas atap.
Seseorang tiba-tiba muncul di belakangnya kemudian berbicara, "Jenderal Lee, kita ketemu lagi," ujarnya penuh kemenangan.
Pemuda itu menoleh. "Arsen...," ucapnya.
"Masih mencintai gadis itu?" Tanyanya angkuh.
"Jangan bicara sembarangan, Arsen!" Ucapnya tajam kepada sosok bernama Arsen itu.
"Ouh. Tenang, tenang, Lee Heeseung. Ku sarankan jangan gunakan kekuatan mu itu. Itu sia-sia." Ujar Arsen.
"Apa maksudmu?" Tanya Heeseung tenang tapi penuh intimidasi.
"Woah, aura seorang jenderal sangat kuat padamu," pujinya sebelum melanjutkan, "Tapi, kau tidak bisa mengalahkan ku lagi karena dia ada di pihak ku," ujar Arsen angkuh.
"Dia? Siapa?" Tanya Heeseung masih tetap dengan tatapan tajam.
"Raja kegelapan," jawab Arsen dengan tatapan tak kalah tajam dengan cengiran miring.
"Lucifer?"
BERSAMBUNG
Udh pada nonton MV "SHEESH" belum?
![](https://img.wattpad.com/cover/352578807-288-k370187.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNAL NEXUS (EN-BABY)
FantasíaBOOK 01: "Jika ingatanku hilang, kau harus berjanji untuk mengembalikannya." "Aku berjanji!" *** "Dia, pemuda itu, kenapa terasa familiar? Siapa dia?" "Mata itu, apa aku pernah bertemu dengannya?" *** "Sialan! Kenapa harus ingatan kami yang dihapus...