Chapter 1

121 20 1
                                    

"Tidak tahukah jika aku melakukannya untuk grup kita?" Haechan berteriak dengan lantang.

Mark yang duduk di hadapannya berdecak tidak terkesan sama sekali dengan perkataan teman grupnya itu. "Bukankah kita semua melakukannya?" Ujarnya, retoris. "Langkahmu terlalu ceroboh. Ini bukan sesuatuㅡ"

"Ehem," Taeyong berdeham dengan keras diikuti batuk yang dibuat-buat oleh Jhonny.

"Tenanglah kalian, ini bukan medan perang." Doyoung ikut bersuara.

"Kita sedang berdiskusi, sebaiknya simpan semua amarah kalian." Yuta menambahkan.

Winwin mengangguk menyetujui, "kami semua memiliki ide. Dan kita pasti kebagian untuk membagikannya."

Haechan mendengus, "kau dengar itu, Mark?"

Si pemilik nama menaikkan sebelah alisnya, tidak terima dengan apa yang baru saja didengarnya. "Mark?" Ulangnya.

"Hei, tenang kalian." Jhonny yang duduk di sebelah Haechan memegang bahu lelaki itu dan memijatnya. Sejujurnya bagi Jhonny lebih mudah untuk menenangkan Haechan dibanding Mark. 

Jhonnyㅡsebagai hyung tertuaㅡterkadang harus membantu leader grup mereka untuk tetap waras dan membuat grup mereka tetap harmonis dan berjalan sesuai dengan apa yang mereka dan perusahaan harapkan, walaupun itu terdengar sangat sulit.

Taeyong tersenyum tipis. "Terima kasih, Jhon. Kau sangat membantu." Itu terdengar tulus dan satire di saat bersamaan. Karena semua orang di ruangan itu tahu bahwa Jhonny menyayangi Haechan melebihi anggota manapun.

Jhonny terkekeh dan dengan senang hati merangkul bahu Haechan, namun suara batuk di sekitarnya dengan cepat harus mengakhiri candaannya. Para staf, teman grupnya yang lainㅡkecuali Haechanㅡmereka sedang tidak ingin melihat pertunjukkan pria besar itu. Dan rapat ini bukanlah sesuatu yang bisa dijadikan bahan permainan. Suasana panas yang Mark dan Haechan timbulkan sudah cukup untuk membuat anggota lain lelah.

"Oke, lanjutkan." Ujarnya sambil menunduk dengan sopan.

"Lebih baik kita break sebentar dan lanjutkan rapatnya dua puluh menit lagi." Jhonny kembali bersuara, dan menggunakan kartu "hyung tertua" di grup mereka untuk menghentikan diskusiㅡperdebatanㅡyang semakin memanas itu. Ia mendorong kursinya dan bangkit. "Ada baiknya kita mengumpulkan kewarasan masing-masing dan meminum kopi." Lalu pria itu dengan santai membuka pintu ruang rapat dan meninggalkan delapan anggota lainnya tanpa menunggu, dan diikuti beberapa staf.

Sampai di ruangan itu hanya tersisa Mark serta Haechan saja. Haechan yang sejak awal tidak terpengaruh oleh kemarahan leader mereka serta Jhonny sama sekali tetap bergeming di tempatnya dan dengan keras kepala menatap Mark penuh permusuhan.

Sementara Mark merupakan pria muda yang keras kepala. Dan tebak dari siapa ia mempelajarinya?

"Tumbuhlah dewasa, Donghyuck. Kau sangat kekanakan. Rapat ini menentukan mengenai masa depan grup kita, dan semua itu bukan tergantung dari egomu." Mark menjadi yang pertama memutuskan kontak mata mereka.

"Hanya karena semua orang memaklumi dirimu, bukan berarti kau ada di atas angin selamanya." Dengan seringaian terakhirnya, ia kemudian bangkit dan berjalan menuju pintu.

"Oh, dan sebelum itu, mungkin kau masih bisa berdoa pada dewa supaya takdir baik selalu menghampirimu. Kau tahu, bukannya aku mau menyumpahimu, tetapi industri ini begitu kejam." Mark berujar sambil memegang kenop pintu dan membukanya.

Haechan tertawa dengan bengis. Pertama, hampir tidak ada lagi yang memanggilnya dengan nama aslinyaㅡbukan karena alasan buruk, Haechan merasa dihargai jika seseorang memanggil nama panggungnya jika ia sedang bekerja. Kedua, hanya keluarga dan orang terdekatnya saja yang bisa memanggil nama aslinya. Dan ketiga, Mark jelas-jelas memanggil nama aslinya dengan maksud mencemooh Haechan dan mengibarkan bendera perang padanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My First SkandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang