Akabane Karma, seorang berandal tapi juga begitu pintar. Berakhir di kelas buangan karena suatu kesalahan. Padahal dia adalah genius yang mampu melampaui sosok yang selalu menduduki peringkat pertama di SMP Kunugigaoka.
Karma berakhir di kelas buangan karena melakukan bullying. Sering kali dia mendapat peringatan dari sekolah, tapi tetap saja anak itu tidak peduli. Kini dia berada di kelas 3-E, kelas terendah yang di isi oleh anak - anak bermasalah dan tentunya memiliki nilai kurang.
Karma tidak terlalu peduli tentang itu semua. Dia hanya mau hidup bebas dan menikmati kehidupan yang tenang. Beruntungnya, kelas 3-E terletak di gedung tersendiri. Walau terkesan di asingkan, tapi hal itu malah membuat Karma senang. Karena disana tidak ada gangguan dari murid kelas lain. Jika mereka berada di gedung yang sama, tentu kelas 3-E akan menjadi bahan bullying setiap harinya.
Hari ini SMP Kunugigaoka kedatangan tamu. Mereka melakukan kunjungan untuk menilai sekolah yang katanya elite tersebut. Dengan itu, para murid kelas 3-E terpaksa di pindahkan ke gedung yang sama dengan para murid lainnya.
"Ahh, bajingan. Gue males ketemu ma dia," lirih Karma tatkala melihat Asano berdiri di depan pintu aula.
Asano Gakushuu, anak dari kepala sekolah SMP Kunugigaoka. Sekaligus ketua OSIS yang selalu menduduki peringkat pertama di sekolahnya. Bersaing dengan Karma membuat Asano beberapa kali kesulitan untuk tetap mempertahankan peringkatnya.
Karma terus berjalan, memilih untuk membuang jauh jauh pikiran tentang si lipan sialan itu. Namun, tanpa sadar hadirnya telah menarik perhatian si ketua OSIS. Sepasang mata violet itu menatap Karma. Bukan dengan tatapan tajam nan mengintimidasi, melainkan sebuah tatapan sendu nan penuh arti.
Jauh di dalam hati kecil Gakushuu, dia sedang mengumpat pada dirinya sendiri. Mengucapkan ribuan kata kasar yang tak pernah ia ucapkan menggunakan mulutnya. Dia memarahi dan menyalahkan dirinya sendiri atas perasaan yang selalu dia anggap sebuah kesalahan. Gakushuu selalu berusaha menyangkal perasaan itu, tapi pada akhirnya dia malah jatuh semakin dalam.
Gakushuu menunduk, menampar dirinya sendiri dengan kata kata yang tidak selayaknya di ucapkan. Untuk kesekian kalinya dia menyakiti dirinya sendiri. Bahkan di balik lengan panjang seragamnya itu terdapat banyak luka sayat, entah yang lama atau pun yang baru.
Langkah Karma berhenti di depan kantin. Posisi kantin yang bersebrangan dengan aula membuatnya bisa melihat Gakushuu yang masih terus menunduk. Dia tau, di balik rambut yang menutupi wajah Gakushuu itu ada sepasang mata violet yang begitu sayu. Binarnya hilang, kosong bak orang tak punya kehidupan. Karma paham, dan dia tetap menolak sadar.
Flashback on
Saat itu, setelah jam pulang sekolah, Karma berjalan menuju gerbang yang sudah setengahnya tertutup. Sekolah sudah begitu sepi, karena para murid telah pulang. Lantas mengapa Karma baru akan pulang? Anak satu itu memang tidak punya rasa jera, Karma tertidur nyenyak di tengah - tengah pelajaran terakhir. Benar - benar definisi menikmati hidup versi Akabane Karma.
Karma menghentikan langkah kakinya tatkala mendengar suara kepala sekolahnya, Asano Gakuhou. Atau lebih tepatnya ayah dari Asano Gakushuu.
"Kenapa nilaimu turun, Shuu?!" bentak Gakuhou.
"Maaf..." lirih Gakushuu.
Plak!
Suara tamparan itu begitu keras, hingga Karma yang berdiri di balik gerbang sana mampu merasakan rasa sakitnya. Dia diam mematung, terkejut dengan apa yang di dengarnya. Bukankah Gakushuu terlihat seperti seseorang yang sangat bahagia? Mengapa begini? Pertanyaan yang sama terulang berkali - kali dalam benak Karma, mencoba untuk tidak percaya dengan apa yang dia dengar.