⚾: 9. Pulang bersama.

12.1K 690 470
                                    

Tandain typo 📌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tandain typo 📌.

9. Pulang bersama.

Pukul 13 kurang 25 menit. Siang hari.

Kedua manusia berbeda gender itu, telah keluar dari ruang UKS. Dan kini mulai melangkah menuju kearah parkiran.

Azel dengan pegangan eratnya pada tas ransel, mengikuti jejak lelaki jangkung yang ada di hadapannya, dirinya lebih memilih menjaga jarak dengan mengikuti langkah pemuda itu dari belakang saja. Mungkin dengan jarak tiga langkah kaki saja.

Menoleh ke kiri dan kanan, sekolah SMA Antariksa ternyata hampir sunyi. Hanya ada beberapa siswa-siswi yang bisa di hitung jari, yang sepertinya tengah melakukan piket. Azel menoleh lagi ke arah depan, memerhatikan pundak lebar pemuda itu. Fokusnya tiba-tiba terarah kan kearah sana.

"Kita naik motor aja, nggak pa-pa 'kan?"

"Eh ...!"

Akibat fokus yang digunakan ketempat yang salah, Azel malah jadi menabrak dada yang cukup terbilang bidang itu. Benar-benar tak menyadari jika Sagara telah berbalik menghadap ke arahnya.

"Ma-maaf kak, aku nggak lihat-lihat jalan tadi." Mencoba mengambil kesadarannya secepat mungkin, Azel kembali melangkah mundur menjaga jarak. Dirinya benar-benar merasa sial sekarang ini.

Sagara melihat kearah Azel, dirinya sadar. Sedari tadi gadis itu selalu saja menjaga jarak setelah mereka berdua keluar dari ruang UKS. Terus memerhatikan Azel, dirinya malah jadi ingin tertawa. Bagaimana tidak? Lihatlah gadis ini, terlalu memegang erat tas ranselnya, memeluknya dengan begitu kuat, seakan dirinya ingin meminta tas itu dengan paksa. Ditambah lagi ekspresi wajah Azel, benar-benar terlihat ketakutan.

"Oke, tapi lo nggak pa-pa?" bertanya, Sagara juga mengambil langkah maju dan merunduk sedikit untuk memposisikan wajahnya agar setara dengan wajah Azel. Dan tak lupa pula, memegangi tas ransel gadis itu, agar tak menjaga jarak lagi dengannya.

Kelimpungan! Azel benar-benar kelimpungan dengan posisi yang seperti ini. Tak bisa menjawab, dirinya hanya bisa menggeleng saja.

"Bener-bener nggak pa-pa 'kan?" Mencoba bertanya lagi, dan kini tangan kirinya yang bebas dari sesuatu mulai terangkat demi menempelkan punggung tangannya kearah dahi gadis itu.

Dan jawaban yang Sagara dapat, tetaplah sebuah gelengan kaku. Sagara tersenyum, sehingga kedua matanya ikut merta menyipit. Lucu.

Menegakkan badannya, tangan kanan yang awalnya memegang tas ransel Azel, kini berpindah untuk mengusap kepala Azel. "Gue nggak bakalan apa-apain lo, tenang, nggak usah tegang gitu," katanya, lantas berbalik untuk menuju kearah motor BeAT Street. Yang tinggal satu-satunya berada di parkiran itu.

Sambil memerhatikan Sagara yang mulai mengeluarkan motor BeAT Street yang telah ter-modif itu, Azel meremas tasnya sembari menggigit bibir bawahnya. Berapa lama dirinya melamun? Dan, apa-apaan interaksi itu? Rasanya, kaki Azel jadi melemas tak sanggup lagi untuk berpijak, lantaran dirinya yang dibuat linglung oleh keadaan barusan.

𝐁𝐚𝐬𝐞 𝐎𝐛𝐬𝐞𝐬𝐬!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang