Sering kali aku membayangkan bagaimana jika aku dan dia tidak sengaja berpapasan di suatu tempat. Aku sangat penasaran dengan reaksi yang akan kuberikan terhadapnya. Apakah aku akan menyapa selaknya teman seperti yang ia inginkan ketika menyudahi hubungan ini? Atau bahkan acuh tak acuh seolah-olah aku tak pernah mengenalnya?
Ternyata aku kerap kali bertemu dengannya tanpa sengaja. Di pertemuan pertama dan kedua aku sangat penuh semangat ketika menjumpai dirinya duduk sendiri di tengah-tengah meja kantin. Mana mungkin aku melewatkan sosoknya begitu saja tanpa menyapa.
Di pertemuan pertama dan kedua itu aku masih menyapanya dengan penuh semangat. Menyapanya seolah-olah aku sangat bahagia ketika berjumpa dengannya setelah lama tak berjumpa. Tapi memang benar, aku memang bahagia kala itu.
Di pertemuan berikutnya aku berhenti menyapanya. Walaupun rasanya suaraku memberontak ingin menyapanya tapi aku menahan dengan sekuat tenaga. Aku berhenti menyapanya di pertemuan tidak sengaja antara aku dan dia yang ketiga karena ternyata selama ini hanya aku saja yang bahagia berjumpa dengannya.
Nyatanya, dia tidak pernah senang berjumpa denganku walaupun hanya sekadar tidak sengaja. Kamu tau hal yang paling menyakitkan dari pertemuan ketiga itu? Hari itu kami berdua benar-benar berpapasan dan kami seolah tidak saling mengenal. Seolah cerita lalu ku dan dia hanya sekadar omong kosong. Dari sini aku paham, hanya aku yang masih berharap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Langit (Mark Lee)
FanfictionCerita tentang Langit yang berusaha bangkit selepas putus.