1 - Kagum.

13 2 2
                                    

"Mengagumi seseorang hanya dari sebuah cerita adalah hal yang paling konyol dalam hidupku."
-Neyzia-

Saat di kelas, seorang gadis duduk di bangku paling pojok. Mengetik sebuah kisah masa lalu, tentang dia dan seseorang yang pernah dekatnya.

Neyzia Rezita Fatiha, sebuah nama indah pemberian sang nenek.
Gadis berusia 18 tahun yang masih duduk dibangku SMA. Anak Bungsu dari dua bersaudara, dia memiliki kakak laki-laki yang kini telah bekerja di salah satu perusahaan ternama di Kota Semarang.

Sosok yang terbilang sangat anti dengan kata cinta. Namun semua itu berubah ketika sebuah cerita datang mengusik relung hatinya.

Rekha Azikri As syafi, lelaki yang berhasil membuat sosok pecinta sastra menyimpan namanya dalam sebuah ruang di hatinya.

Jantungmya selalu bedetak kencang ketika indra pendengarannya menangkap nama 'Zikri'.

Lelaki yang kini sedang diperjuangkan dalam sujud terakhir yang gadis itu lakukan setiap panggilan sang Illahi menyeru.

Semuanya berawal sejak Neyzia, si gadis berhati lembut itu selalu mendengar cerita tentang
Azikri.

flashback on

Seorang wanita bercerita tentang pemuda yang katanya tampan, rajin, shaleh, dan berbakti.

Hari itu adalah jadwal Bu Hikam mengajar di kelas. Beliau yang seharusnya mengajar PAI malah bercerita tentang anak semata wayangnya yang tak pernah sekalipun Neyzia tahu bagaimana rupanya, siapa namanya, dan seperti apa dia.

"Anak ibu si Azikri itu tinggal di pondok, dan besok kuliah di Madinah Insya Allah. Dia anak yang rajin nabung, seperti jam tangan yang ada di pergelangan tangan ibu ini adalah hasil tabungannya di pondok. Meskipun dia di pondok tapi Anak ibu gak pernah boros, kenapa karena dia dari kecil ibu didik untuk mandiri."

Perkataannya terjeda, Neyzia masih menunggu kelanjutan cerita tentang anak semata wayangnya.

Tanpa sadar kedua sudut bibir Neyzia berkedut, menahan senyum. Entah perasaan apa yang muncul saat itu tapi yang jelas  dia kagum dengan pria yang suka berhemat.

"Dulu waktu ibu sama Azikri pergi ke pasar, dia bilang 'Mi aku pengin ini' dia bilang gitu sambil nunjuk ke arah mainan yang harganya lumayan, dan ibu bilang ke Azikri 'Mas kamu kalo mau beli, tahu kan apa yang ibu bilang di rumah tadi?' 'iya bu' dia mengangguk patuh."

Denting bel pergantian pelajaran terdengar. Beliau mengakhiri ceritanya dengan candaan yang mampu membuat dadanya sesak.

"Tapi kalo kalian mau sama anak ibu kalian harus hafal minimal 15 juz baru ibu kasih restu. Asal kalian tahu Azikri anak ibu itu yang suka banyak loh. Bahkan sampai ada ibu ibu yang bilang 'Bu anaknya saya jadiin menantu ya?' saya pernah bilang ke anak saya klo kamu suka sama orang jangan pacaran, suka boleh tapi pacaran enggak, kamu masih kecil sekolah aja dulu yang rajin."

Neyzia tersenyum tipis, entah hal apa yang ada di pikirannya sampai sampai membuatnya tersenyum seperti itu.

Apakah Neyzia mengagumi sosok yang bahkan dia tak tau seperti apa sosok pria itu. Seorang anak dari guru nya sendiri.

Dengan cepat Neyzia menepis pikiran yang cukup mengganggu itu. Lagi pula tidak mungkin kan kagum pada seseorang hanya dengan mendengar cerita? Konyol sekali jika itu terjadi.

Sang guru masih membereskan barang-barangnya yang ada di meja dengan sedikit ocehannya.

"Kan, gara gara kalian sih saya malah jadi cerita bukan pelajaran. Enak ya di dongeng in, gak pelajaran?" Bu Hikam mendumel, menyalahkan murid sang audiens.

"Enakkk." Seruan semua siswa menggema di seluruh sudut kelas.

"Kalian sih enak. Tapi saya yang enggak, capek mulut saya ini." ujar Bu Hikam seraya tertawa kecil. "Ya sudah ibu pamit, Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam, Bu." jawab murid-murid.

Tangan Neyzia bergerak sibuk membereskan buku yang berserakan di atas meja.

Atensinya teralihkan kala melihat sosok lelaki yang tengah berjalan menghampiri Bu Hikam lalu menuju ruang guru bersamaan.

Sebelum itu Neyzia melihat lelaki itu mencium tangan Bu Hikam, kira kira siapa dia? Apakah dia adalah lelaki bernama Azikri? Anak tunggal Bu Hikam?

Sebuah senggolan kecil dari samping kanan, Neyzia menoleh padanya.
"Apa?" Dahinya mengerut kala pertanyaan tak kunjung dijawab.

Neyzia hanya menggerakkan bola matanya ke arah depan. Dia mengikuti netra coklatnya itu.

"Kamu habis liat apa? Pindah depan sekarang juga! Ada guru bukannya memperhatikan tapi malah melamun liat jendela. Lihat apa sih kamu?"

Aduh... Mampus kamu Ziaa!!

To be continued

•••••••

Assalamualaikum.
Hai semuanya.
Ini adalah tulisan pertamaku. Mohon saran dan bimbingannya ya.


Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan komen.
Terima kasih. 🌻

Neyzia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang