1. Seorang Nathan

20 2 0
                                    

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----

"Waktu yang kita habiskan bersama adalah waktu yang terasa begitu berharga disetiap kenangannya."

- Sharon -

.
.
.
.
.
.
.
.

Pip pip pip-! Tak!

Aku membuka perlahan mataku yang terasa berat ketika mendengar alarm di meja tidurku berdering untuk kesekian kalinya. Pandanganku masih memburam. Sejujurnya aku terlalu malas untuk sekedar bangun dan beranjak ke kamar mandi mengingat bahwa hari ini merupakan hari Jumat. Hari dimana untuk terakhir kalinya dalam seminggu aku pergi bersekolah.

"SHARON, AYOK CEPAT BANGUN SARAPAN! NANTI KAMU BISA TELAT!"

Terdengar panggilan mamaku yang kuyakini tengah berada di dapur, memasak untuk sarapanku seorang. Sebab papaku sudah pasti berangkat terlebih dahulu agar tak ketinggalan kereta. Jarak antara kantornya dengan rumah sangatlah jauh.

"Sebentar ma, lima menit lagi." Mohonku kembali menggelung dibalik selimut hangatku bagai sebuah ulat yang siap menjadi sebuah kepompong. Aku pun memejamkan mataku mencoba berlarut dalam kelanjutan mimpi yang sempat terjeda. Hingga panggil mama berikutnya sukses membuat mataku benar-benar terbuka lebar.

"NATHAN SUDAH MENUNGGU DARITADI INI! NANTI DIA TINGGALIN KAMU BERANGKAT DULUAN LOH!"

Ha? Kak Nathan?

"IYA SEBENTAR MA, AKU MANDI DULU!"

Dengan sekali layangan kaki, kusibakkan segera selimutku dan berlari ngocar-ngacir ke kamar mandi menjinjing handuk. Bisa-bisanya aku melupakan lelaki yang merupakan tetangga, sahabat, sosok kakak sekaligus orang yang kusukai sampai sekarang.

Dia setiap pagi selalu berangkat bersama-sama denganku ke sekolah, meski kelas kami berbeda dikarenakan kami terpaut dua tahun jauhnya. Dia merupakan siswa populer yang sukses dibidang akademik dan non-akademik. Sedangkan aku sebaliknya, aku lemah dibidang apapun kecuali yang berhubungan dengan kesenian.

Kuakui wajahnya sangat tampan, hingga setiap hari valentine tiba selalu mendapatkan bingkisan coklat terbanyak diantara teman-temannya. Namun bukan itu alasan aku menyukainya.

Aku ingat kala aku memiliki anjing kesayangan diusiaku yang masih sepuluh tahun. Dia adalah Hunter, anjing berjenis golden retriever yang sudah berumur lima tahun. Cukup tua memang, tetapi gerak-geriknya terlihat begitu lincah dan gesit untuk usianya.

 Cukup tua memang, tetapi gerak-geriknya terlihat begitu lincah dan gesit untuk usianya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NaunganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang