6. Sebuah Taruhan

8 2 0
                                    

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----

"Tanpa taruhan pun seharusnya kau sadar akan perasaannya."

- Hansen -

.
.
.
.
.
.
.
.

Nathan POV

"Bro, melamun?"

Aku melirik sekilas Gavin yang tersenyum penuh tanya. Memutar bola mataku malas dan menghempaskan begitu saja tangannya yang melingkar di pundakku, "Diamlah."

"Sepertinya kau sedang ada masalah?" Tanya Hansen padaku.

Aku hanya bisa menghela napas berat, memikirkan hubunganku dengan Sharon saat ini sedang renggang-renggangnya. Aku masih tidak habis pikir kenapa dia jadi bersikap seperti itu padaku? Apa salahku?

"Dari perspektifku, sebenarnya kau memang salah."

Aku menoleh pada Gavin yang kini tengah duduk di sofa mengemil keripik kentang hasil rampasan kulkas di rumahku. "Kau ini kelaparan atau bagaimana?" Tanyaku menggelengkan kepala terheran-heran.

Pasalnya kami baru saja makan bakso yang aku beli dari tempat langgananku tak jauh dari rumah. Baru beberapa menit setelahnya, dia sudah merampas jatah bungkusan keripik kentang yang seharusnya itu dibelikan untukku.

"Keripiknya enak, sayang kalau tidak makan. Eh iya, kalau kataku lebih baik kau tidak usah berhubungan lagi dengan Giselle."

Aku mengernyitkan dahiku, "Kenapa?"

Lama aku terdiam menunggu Gavin mengunyah lebih dulu makanannya baru menjelaskan jawabannya.

"Itu hanya akan membuat hubunganmu dan Sharon jadi rumit. Aku perhatikan, cara pandangnya padamu saat itu bukan cara pandang melihat sahabat seperti kita. Aku tahu tatapan itu, karena aku juga pernah mengalaminya."

Aku spontan menoleh pada Hansen yang masih tetap fokus menatap layar ponselnya sedang bermain. Namun yang menjelaskan barusan adalah dia.

Aku termenung dengan ucapannya tadi. Benarkah Sharon memandangku bukan sebagai sahabat? Lantas dia memandangku sebagai apa? Seorang kakak?

"Nathan."

"Hm? Apa?"

Dia secara tiba-tiba menoleh padaku dengan ponsel yang masih setia ia pegangi. Memasang raut wajah serius yang biasanya tak ia lakukan kecuali jika memang sedang ingin membahas hal penting.

NaunganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang