Chapter 5: End of Beginning

2 0 0
                                    

Tania merasa jantungnya berdebar kencang. Ken, preman yang selama ini dikenal sebagai sosok yang kasar dan dingin, tiba-tiba memperlakukannya dengan lembut. Tania tidak tahu harus berbuat apa. Dia hanya bisa memandang Ken dengan mata terbelalak.

Keisya dan Laurent, teman-teman Tania, juga terkejut. Mereka tahu betapa berbahayanya Ken, dan melihatnya menyapa Tania dengan senyuman manis membuat mereka khawatir. Apalagi, orang-orang di kantin juga memperhatikan situasi ini. Tania merasa malu karena menjadi pusat perhatian.

Ken tidak menunggu jawaban Tania. Dia langsung menarik tangan Tania dan membawanya ke meja kosong di sudut kantin. Tania hanya bisa mengikutinya dengan langkah gugup. Ken duduk di sampingnya, dan Tania merasa dadanya sesak. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Ken, kenapa kamu tiba-tiba begini?" Tania akhirnya bertanya dengan suara gemetar.

Ken tersenyum. "Tidak ada yang tiba-tiba, Tania. Aku hanya ingin mengenalmu lebih baik."

Tania masih bingung. Kenapa Ken, preman yang selalu menakutkan, ingin mengenalnya? Apa motif di balik semua ini? Tapi dia tidak bisa menolak. Ken sudah memesan makanan untuk mereka berdua, dan Tania hanya bisa mengikuti alurnya.

Tania pun mulai menceritakan tentang dirinya. Tentang keluarganya, tentang mimpinya, dan tentang bagaimana dia selalu berusaha keras untuk meraih apa yang diinginkannya. Ken mendengarkan dengan seksama, dan Tania merasa nyaman berbicara dengannya.

Waktu berlalu begitu cepat. Tania dan Ken semakin akrab. Mereka tertawa bersama, berbicara tentang segala hal, dan Tania merasa seperti dia sedang berada di dunia yang berbeda. Ken bukan lagi preman yang menakutkan, tapi seseorang yang peduli dan mengerti.

Tania merasa hatinya berdebar-debar ketika Ken menatapnya dengan tulus. Dia tidak pernah membayangkan bahwa preman yang selalu menakutkan itu bisa memiliki sisi lembut seperti ini. Tania mencoba mengabaikan keraguan dan ketakutannya. Mungkin, hanya mungkin, ada alasan di balik semua ini.
K

en tersenyum, wajahnya yang kasar dan berkulit gelap tiba-tiba terlihat lebih manusiawi. "Tania," katanya, "aku tahu aku tidak terlihat seperti pria yang bisa dipercaya. Tapi aku punya alasan untuk mengenalmu."

Tania menatap Ken dengan mata yang penuh pertanyaan. "Alasan apa?"

Ken mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Aku dulunya adalah bagian dari geng jalanan. Aku melakukan banyak hal yang salah, dan aku membayar harga atas kesalahan-kesalahan itu. Tapi aku ingin berubah, Tania. Aku ingin hidup yang lebih baik."

Tania terdiam. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakan. Ken melanjutkan, "Ketika aku melihatmu, aku melihat seseorang yang berjuang dengan keras untuk meraih impian dan mengubah hidupnya. Aku ingin belajar darimu, Tania. Aku ingin tahu bagaimana caranya berubah."

Tania merasa hatinya meleleh. Dia tidak pernah berpikir bahwa preman yang menakutkan ini bisa memiliki perasaan seperti itu. "Ken," katanya pelan, "aku juga punya masa lalu yang tidak selalu baik. Tapi aku berusaha untuk menjadi lebih baik. Kita bisa saling belajar, Ken."

Ken mengangguk. "Kita bisa saling mendukung, Tania. Kita bisa menjadi alasan satu sama lain untuk berubah."

Mereka berdua terdiam sejenak, menatap satu sama lain. Tania merasa seperti dia sedang berada di dunia yang berbeda. Ken bukan lagi preman yang menakutkan, tapi seseorang yang peduli dan mengerti.

                           Bersambung..

Aku & Anak Mafia TajirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang