3* Pena & histerisnya

14 5 0
                                    

MALAM ini seperti malam biasa nya. Sejak satu jam tadi hujan sudah turun sampai saat ini belum saja reda. Sekarang aku sedang bermain Ular tangga bersama adik ku. Duduk bersila, berhadapan di lantai ruang tamu. Dari tadi adik ku selalu memenangkannya, nasib nya selalu baik. Sampai akhirnya sekarang aku sudah mulai mengeluh bosan. 

"Udahan yuk de," ujarku tiba-tiba dengan muka lelah. Adik ku menatapku.

"Kakak mah gak asik! Bilang aja kalo takut kalah lagi," sahutnya tajam. Menatapku seolah penuh kesal.

"Bukan gitu dek. Ahhaa!" Bantah ku lalu tiba-tiba aku teringat sesuatu. Adik ku kan sangat suka sekali mendengar cerita kan?

"Apa, aha aha-ehe ehe?" Ujar nya lalu meniru aku yang tadi ber aha!

"Foto dulu foto sini! papah, mamah, wili, pena sini!" 

Itu kak arthur mengajak aku dan adik ku untuk ikut berfoto bareng. Sudah ada mama dan papa yang siap di jepret di depan sofa hadap televisi sana. 

"Udah malem, mana keliatan," sahutku mengerutkan keningnya. 

"Keliatan, ini kamera mahal beli langsung di amerika tau gak. Jelas jernih, ada lampunya!" Selorohnya seraya mengacung-acungkan kameranya. Ekspresi muka nya sangat menyebalkan. Apa lagi mulutnya sampai maju lima centi sambil mengatakannya tadi. 

"E.G.P!" [Emang Gue Pikirin] Respon ku dengan ekspresi masih tenang saja. Ku lihat Kak arthur memajukan muka nya, tanda siap Menyerang. 

"Masbuloh!" Balas nya. Kakak arthur menatap ku seperti penuh dendam seribu dosa.

"Nyebelin banget sih!" Ucap ku penuh tekan. Menatap tajam kak arthur. Kak arthur menggaruk belakang kepalanya.

"Makanya, ayo sini, papa mama uda nungguin. buat kenangan," ajak nya lagi. Namun hatiku sudah terkurung rasa kesal ke kak arthur dan memutuskan untuk tidak ikut foto.

"Kak arthur aku ikut!!" 

Adik ku berseru, langsung berlari ke mama dan papa yang sejak tadi hanya terkekeh. Apakah mama dan papa sudah sekongkol dengan kak arthur? Aku sangat kesaaallll sekali.

"Pah, mah, dek. Pena gak ikutan yah," ucap ku berpamit. Lalu aku mendekat pada kak arthur sebelum aku akan pergi ke dalam kamar.

"Yauda sana!" Usir kakak ku. Tangan nya menunjuk-nunjuk di muka ku. Apalagi, tangannya bekas makan terasi. Lupakan itu! Kakak ku sangat menyebalkan. Aku menatapnya tajam. 

"Masalah ayam goreng belum selesai," bisik ku di telinganya. Setelah mengatakan itu, aku langsung kabur tanpa menoleh ke belakang dengan percaya diri. 

"Meseyeh eyem geyeng belem selesey." Ocehnya di belakang. Apakah kakak ku benar-benar mengusirku? Padahal aku cuma berpura-pura saja, aku juga ingin foto. Masa bodo! Aku sedang dendam padanya. 

"Pena ayo, loh!" 

Mama. Mama memanggilku untuk ikut di foto, sepertinya. Tapi aku sedang marah pada kak arthur, aku tetap menolak untuk–Semoga saja kak arthur meminta maaf padaku.

Aku membalikan badan untuk membalas mama. "sorry mah, aku gak ikut yah," ucap ku. Satu detik kemudian, aku membalikkan badan ku lagi dan melanjutkan melangkahkan kaki untuk menuju ke dalam kamar. 

Bruk! 

Aku membantingkan pintu.

"Ada ada saja kedua Kakak beradik ini."

***

"Hahahahaha!" 

"Kakak gila yah?" 

Adikku tiba-tiba saja sudah berada di sisiku yang sedang duduk di kursi meja belajar. 

"Ngapain kamu, bukan nya tadi sama kak arthur yah?" Sahut ku. Memasang muka datar. Menandakan marah.

"Kakak marah sama wiam. Yaudah aku pergi," ujarnya dengan murung. Menunduk. Akupun berubah pikiran setelah melihatnya begitu. Astaga, aku tidak bisa marah pada adik ku yang sangat gemoy ini. 

"Eh-eh eh, ngambekan banget sih adik kakak." Aku menahan bahu adik ku saat adik ku hendak melangkahkan kakinya.

"Ini kakak lagi baca komik, seru banget tau," lanjut ku. Berseru senyum lebar. 

"Liat kak," seru nya kembali bersemangat. Aku pun menyodorkan buku komik ku dan ku tarik lagi saat adik ku hendak menyentuhnya.

"Nih. Tapi ada syaratnya. asal malam ini sama kakak pena, soalnya kakak takut. nanti dede gak takut apa hihihi! Kamar dede kan belakangnya danau serem itu,,,"

Tanpa berpikir lama-lama adikku langsung bilang, "Oke." Celetuk adik ku.

Gludug!!!

"Aaaaaaa!"

Histeris kami serempak saat mendengar suara kilat itu berbarengan dengan mati nya lampu.

Semuanya menjadi gelap gulita. Tidak bisa melihat apapun. Hujan masih berdecak decak. Kilatan cahaya beserta suara geledeg masih saling menyahut. 

"Kakak takut!!!" Adik ku merengek, memeluk ku. Aku membuka laci di meja belajar ku untuk mencari senter. 

"Nah."

Aku tersenyum lebar saat akhirnya aku menemukan nya. 

Aku pun mulai berdiri. Adik ku merangkul kaki ku. Aku menyalakan senternya dan beranjak ke arah pintu dengan bersamaan. 

Gledeg!!!

"Aaaaaaa!" aku dan adik ku kembali menjerit saat lampu kembali menyala seperti semula. 

Slebessss

Cah cah cah (langkah kaki berlari)

"Kakak tadi di jendela ada orang lewat, hitam semua!" 

Adik ku mengumpat di belakang ku ketakutan. Tunggu, mana mungkin itu hantu. Hm, sepertinya tadi manusia.

***

Hm, siapa ya?

Semuanya Karena Iblis (Hiatus)Where stories live. Discover now