"Rajen, Papa percayain kantor pusat ke kamu selama Papa Mama pergi liburan. Kamu sanggup handle semua?" tanya Papa ke anak kesayangannya itu
"Sanggup Pa, lagian kalo bukan Rajen emangnya siapa yang mau Papa suruh handle huh?" kekeh Rajendral
Papa ikut terkekeh, "Memang gk ada yang sekompeten kamu, Rajen. Rachel pinternya di bidang lain sedangkan adik bodoh kamu yang gila perempuan itu mana mampu megang perusahaan"
"Berharap apa Papa sama Rajav? Bocah tolol itu taunya cuma minta uang, foya-foya dan bucinin pacarnya yang cuma cewe jelata itu. Papa juga tau sendiri kan dia sekarang lontang-lantung di jalanan" Rajendral ketawa kecil
"Gk lama lagi anak itu pasti pulang dan sujud minta diterima lagi di keluarga Wijaya Pohan. Dari kecil dia hidup bergelimang harta, mana mungkin sanggup bertahan hidup susah kayak gelandangan gitu" saut Mama yang jalan ke arah mereka bareng Rachel
"Tapi lumayan juga si Rajav, dia kerja di 3 tempat kan kata orang-orang suruhan Papa? Rachel gk nyangka anak itu bisa kerja" kata Rachel
"Kerja kasar jadi babu supermarket, tukang bengkel sama pelayan cafe apa hebatnya? Malu-maluin yang ada. Dia itu keturunan Wijaya Pohan yang udah bergelut di bidang bisnis besar sejak generasi pertama, tapi dia malah ambil kerjaan rakyat jelata? Perkerjaan rendahan yang gajinya bahkan cuma secuil dari pendapatan perusahaan yang bisa hasilin puluhan juta perdetiknya" saut Rajendral sinis
Rachel ketawa, "Emangnya abang mau berekspektasi apa sama Rajavar hah? Otak aja pas-pasan, memangnya mampu kerja di perusahaan mana? Ya cuma kerja kasar kayak gitu kan yang bisa dia lakuin"
"Padahal beberapa kali Papa udah kasih projek ke Rajav biar dia mulai belajar bisnis di perusahaan, tapi hasilnya selalu nol besar. Dan ujung-ujungnya Rajen yang selesaikan semua" sambung Papa geleng-geleng kepala
Diam-diam Rajendral tersenyum miring, "Ya kan, Pa? Dasarnya bocah itu sama sekali gk mampu masuk ke dunia bisnis. Rajen padahal selalu berusaha ajarin si tolol itu, tapi semua projek yang Rajen kasih ke dia sesuai arahan Papa gk pernah ada yang berhasil"
"Rajavar sama sekali gk mampu masuk ke perusahaan, kalau Papa ngeyel narik dia masuk ke perusahaan yang ada perusahaan keluarga kita bisa hancur" lanjut Rajendral
"Biarlah. Sekarang kita cukup lepas tangan, biar anak itu lakukan apapun yang dia mau. Papa cuma akan kasih kesempatan kalau anak itu pulang dan bersujud di kaki Papa Mama. Papa akan kirim anak itu kuliah di luar negeri, setelah itu baru Papa berani tarik anak itu masuk ke perusahaan. Tapi dengan catatan anak itu harus tinggalin perempuan itu di detik pertama dia nginjakin kaki lagi ke rumah ini" tegas Papanya
Mama ngangguk setuju, "Perempuan itu bawa pengaruh buruk buat Rajav"
"Namanya juga cewe jelata. Pinter dia cuci otak Rajav dan manfaatin Rajav sampe bisa bikin Rajav ngelawan keluarganya sendiri" saut Rachel berdecih
"Sekarang gk usah lagi pikirin Rajavar. Mending kamu Rachel, dan kamu juga Rajen, cepet usahain anak kalian secepatnya! Kalian gk lupa kan sama wasiat eyang? Rumah utama yang nilainya triliunan dan 5% saham perusahaan pusat akan jadi hak milik cicit pertama. Lebih baik kalian amanin aset itu, terlebih kalian berdua anak tertua dari seluruh anggota keluarga Wijaya Pohan. Jangan sampe aset itu jatuh ke tangan cucu dari adik-adiknya Papa kalian. Mereka semua juga ngincar itu, makanya semua anak dari adik-adik Papa kalian berlomba-lomba ikut perjodohan supaya bisa cepat menikah" tekan Mama memperingati
"Rachel juga lagi berusaha Ma, tapi Mama tau sendiri kan rahim Rachel kering. Jadi agak susah hamil, sekarang Rachel sama suami Rachel lagi usahain bayi tabung" jelas Rachel ngehela nafas
"Rajen janji taun ini Irish akan hamil lagi dan anak Rajen pasti lahir" tegas Rajendral
"Rachel kamu terus berusaha, oke? Kalo perlu sewa rahim wanita lain untuk tempat berkembangnya bayi tabung kamu, daripada pakai rahim kamu tapi beresiko gagal" kata Mama
KAMU SEDANG MEMBACA
Melarat Boyfriend (Short Story)
Teen FictionRajavar Putra Wijaya Pohan namanya... Dia itu Putra bungsu dari keluarga terpandang, yang sayangnya rela keluar dari rumah cuma demi perempuan.