Part 1(Ara)

38 2 2
                                    

SMA Tunas Bangsa adalah sekolah ternama yang tiada duanya. Tidak mungkin ada yang mau melewatkan kesempatan mendaftar di sana, hanya orang bodoh yang tidak ingin masuk ke sekolah berlambangkan buku di atas jembatan itu. Namun beda halnya dengan cewek yang satu ini, menurutnya masuk ke sekolah ini menambah beban hidupnya.

Cewek dengan seragam putih abu-abu melangkahkan kakinya mulai menatap sekitar, memasang wajah tidak suka dengan sekolah barunya itu. "Hai" suara yang diringi tepukan bahu membuat cewek itu menoleh ke belakang membalikkan badannya. "hm...hai salam kenal, gue Selvina Ganiya biasa dipanggil Selvi" Selvi menatap cewek dihadapannya dengan tatapan yang agak gugup. "Gue Ara"jawabnya dingin.

"Murid baru ya? Kelas berapa?" tanya Selvi, "Kelas 11" jawabnya pendek. "Wah... sama dungs, gue juga tapi lo jurusan apa?" tanyanya lagi, "IPA, tapi IPA berapanya belum tau".

Arabella Gracelina atau akrab dipanggil Ara itu adalah pribadi yang dingin, cuek, cantik, dan terlebih introvert. Karena sifatnya yang introvert, sejak awal pendaftaran dilaksanakan, orang tidak ada yang berani mendekat sedikitpun. Ia selalu menjalani pendaftaran seorang diri tanpa ada yang mendampingi di sisinya. Alasannya tidak mau mencari teman adalah karena ia pindah ke Sekolah dengan terpaksa karena sesuatu.

****

"Arabella Gracelina, panggilan Li...Ara" cewek itu menggeleng malu. "Oke Ananda semua ini murid baru kelas kita Ara, karena ini hari pertama kamu, silahkan kenali sekolah kita dulu ya Nak, dan yang lain bebas melakukan apapun karena hari ini adalah hari pertama sekolah kembali" Pak Afan balik kanan keluar kelas.

"Eh Ra kebetulan banget ya kita bisa satu kelas" Selvi menghampiri Ara ke tempat duduknya, ia hanya pergi berjalan menuju pintu keluar. "Eh lo mau kemana?" Selvi memasang wajah heran. "keluar, cepat kalo mau ikut" cewek dingin itu memang bicara hanya sedikit, tapi Selvi bahagia bisa berteman dengannya walaupun sedikit membuat sakit hati.

Ara menikmati hari pertamanya dengan berjalan-jalan, tiba di tengah lapangan, "huk..huk...huk" tiba-tiba sekumpulan asap mengepungnya dan Selvi, lama-kelamaan asap menipis dan jelas asap itu berasal dari sekelompok geng yang membawa motor mengepung mereka, para pemuda bermotor itu berhenti menatap keduanya.

Geng bermotor itu bernama RALZ yang terdiri dari empat cowok tampan, yaitu Revan sang ketua geng sekaligus wakil ketua osis, Abian si paling bucin, Langit si cowok ganteng, dan Zain si santuy. Nama geng itu pun mereka susun dari inisial masing-masing sekitar tiga tahun lalu.

"Mmmm... mayan juga nih cewek tapi jelas lebih cantikan cewek gue" Revan menuruni motornya, cowok itu tersenyum sinis ke arah samping. "Lo mau nggak jadi supporter gue? Gue lagi butuh support nih" Abian mulai bersuara. "Gila lo Bi, lo udah punya gebetan bodoh" Zain menjitak kepala cowok bucin itu. "Maksudnya lo minta Ara jadi pacar ke dua lo gitu? Goblok lu" Selvi memalingkan wajahnya.

"Hmm..., tapi lo harus tau ni bocah siapa, dia ini waketos ya bisa lah lo jadiin gebetan" Abian menepuk-nepuk pundak Langit. "Santai aja kali...kita kesini karena Abian yang suruh berhenti, nggak ada alasan lain" Revan berdiri mendekati, Ara yang sejak tadi menatap tajam

PLAKK...

menampar Revan dengan sangat keras, "udah cukup ya lo" ia menggeser Selvi, menggantikan tempatnya berdiri. "Ngapain? Ngancam kita pake bocah ingusan?" Ara menunjuk dahi cowok itu. Revan menggerakkan tangannya ke wajah Ara, tapi cewek itu menangkap tangannya.

"Kenapa? lo mau nampar? tamparr" senyum sinis cowok itu membuat Ara melepaskan genggamannya. "Gue...", "maafin temen gue" Langit yang membeku diatas motor semenjak tadi, menyingkirkan biang kerok Revan dari hadapan Ara, "Ra, gue minta maaf atas tingkah temen-temen bego gue ini". Responnya hanya pergi dari tempat itu, sedangkan Selvi menatap Langit, lalu pergi.

Senyuman yang hilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang