Mentari pagi bersinar menyirami rumah Alfarezel, bahkan pagi-pagi begini, Bi Siti asisten rumah tangga Ara sudah membuka seluruh jendela rumah.
"huhhuhuhhhhh" Ara terbangun dengan napas terengah-engah, bahkan rambut dan wajahnya tidak terawat. Walaupun dalam kondisi badan yang masih lemas, ia tetap bangun meraih handuknya, memasuki kamar mandi. Cewek itu menghadap ke cermin, menatap bagian wajah yang lebam dengan matanya yang lemas. Ia melanjutkan kegiatannya seperti biasa dan keluar kamarnya.
Keluar kamar dengan seragam rapi pagi-pagi, harusnya menjadi satu kesempatan untuk seorang anak berkumpul dengan keluarganya. Namun bukannya menyapa keluarganya yang sedang asyik bersenda gurau sambil sarapan, Ara langsung masuk ke dapur menyiapkan roti isi untuk sendiri.
Tiba-tiba..."non biar saya saja yang buatkan" Bi Siti menepuk bahu gadis itu. "Gak usah, saya bisa buat sendiri " gadis itu memang pribadi sangat dingin. Setelah selesai melakukan kegiatannya di dapur, Ara membawa roti isi itu ke kamarnya tanpa banyak bicara.
****
Di saat Ara dan Selvi berjalan menuju kelasnya, mereka tidak sengaja lewat di dekat Revan yang dihukum membersihkan kaca kelas. Cowok itu tidak melepaskan pandangannya kepada dua cewek itu, namun mereka tidak melihatnya.
"Lo beruntung karena bokap gue masih ada rasa simpati sama lo" cowok itu tersenyum berharap ada respon dari mereka. Walaupun Selvi sempat memutar kepalanya ke belakang, tetapi bukan Selvi yang dia harapkan.
Revan merasa geram dengan cewek itu hingga dia menendang kaleng ke arah Ara, namun ia salah sasaran, kaleng itu mengenai cowok yang lewat dibelakang Ara. Revan langsung menghampiri cowok itu, "sorry bro, salah sasaran" cowok yang dulunya menunduk itu menatap Revan dengan penuh kemarahan.
"Brr...bryan?" raut wajah Revan berubah seketika. "Hmm... trus sasaran lo siapa? Adik gue?" Bryan bertambah marah dengan cowok itu. "gu...gue minta maaf...gue..." belum habis kalimat Revan, cowok disampingnya sudah terkekeh geli memotong ucapan maaf Revan. "lo takut? prtttt...santai aja kali...it's okay..." Bryan terkekeh menepuk pundak Revan. "Btw... sejak kapan lo benci sama tuh cewek?" pertanyaan itu jelas sangat membuat Revan bungkam, Revan hanya menunjuk sesuatu di belakang Bryan untuk menghindari pertanyaan itu.
Bryan memutar badannya dan melihat Ara yang sudah dihadapannnya, "eh...ngapain lo liat gue kayak gitu, naksir lo ama gue" Bryan mengacak-acak rambutnya. "ikut gue"cewek yang bernama Ara itu menarik tangan Bryan ke tempat yang agak jauh. "Lo terobsesi sama gue? Ngikutin gue terus"Ara menatap tajam kearah Bryan. "gila lo... ini sekolah gue juga bego" Bryan menunjuk dahi Ara. "pindah lo?" Ara tersenyum sinis. "lo gak usah ikut campur ya"raut wajah cowok itu berubah masih santai.
Bryan Rafqi Alfarezel atau yang biasa disebut Bryan, memang orang yang kasar, sok asik, omongannya melontar, jadi wajar kalau dia berkata kasar pada adiknya sendiri. Selain sok asik, dia tipikal cowok yang sering bolos, malas belajar, dan suka dipindahkan dari sekolah karena karakternya yang seperti itu. Tapi dia tetap cowok yang diidamkan kaum hawa, karena ia memiliki wajah tampan, apalagi dia ketua tim basket sekolahnya dahulu, bagaimana bisa kaum hawa tidak banyak yang naksir padanya.
"Ra, jadi ngantin?" Selvi memotong pertengkaran adik kakak itu. "Ini temen lo ya? Cakep juga" Cowok itu menaik-naikkan alisnya. "Ra, gue duluan"mood Selvi langsung berubah, ia tidak mendengarkan cowok itu. "Jangan buat malu gue di sini"Ara langsung menyusul Selvi yang berjalan cepat.
***
Seharian dihabiskan Ara untuk membaca buku di kelasnya, sedangkan Selvi dengan menonton K-Pop Korea di benda pipih bernama handphone. "Siang murid-murid pintar!!!" Bryan dan geng RALZ memasuki kelas murid pintar itu. "Duit lo masih nyisa nggak?" menghampiri Ara ke mejanya. "Pergi dari sini atau mau gue bantu?" Ara berdiri menatap tajam saudara laki-lakinya itu. "Bagi cuan dulu...habis itu gue pergi dehh". Ara memberikan selembar uang lalu menunjuk pintu keluar kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyuman yang hilang
Tiểu Thuyết Chung"Tadi lo mau ngapain? ngeluarin kita dari sini? Coba aja gue nggak takut"Ara menyentil kepala cowok itu. Revan menggerakkan tangannya ke wajah Ara, tapi cewek itu menangkap tangannya. "Kenapa? lo mau nampar gue? tampar ajaa" cowok itu tersenyum sini...