Prolog | end

0 0 0
                                    

Abhorsen mendekati sosok itu perlahan, mengamati si bayi yang tergolek di lekukan lengan sosok misterius itu. Si bayi tertidur, tetapi gelisah, dia menggeliat-geliat ke arah makhluk itu, mencari air susu ibunya. Namun, makhluk itu menjauhkan si bayi dari tubuhnya, seolah-olah si bayi terasa panas atau berbahaya.

Perlahan-lahan, Abhorsen menarik sebuah lonceng perak kecil dari sabuk lebar yang tersampir di dadanya, kemudian mengangkat tangan untuk membunyikan lonceng itu. Namun, makhluk misterius itu mengangkat si bayi tinggi-tinggi dan berbicara dengan suara licin yang mendesis, seperti seekor ular yang meliuk-liuk di atas kerikil.

Ini inti dari jiwamu, Abhorsen. Kau tidak bisa memantraiku saat aku sedang menyentuhnya. Dan munngkin, seharusnya aku membawanya melewati gerbang, karena ibunya sudah tewas.

Abhorsen mengerutkan kening, setelah mengenali makhluk itu, kemudian menyimpan kembali loncengnya. Kau mendapatkan bentuk baru, Kerrigor. Dan sekarang, kau berada di sisi luar Gerbang Pertama. Siapa yang cukup bodoh untuk membantumu bergerak begitu jauh?

Kerrigor tersenyum lebar dan Abhorsen melihat sekilas api yang berkobar jauh di dalam mulutnya.

Salah satu pembantuku yang biasa, dia menggumam serak. Tapi tidak terampil. Dia tidak sadar bahwa akan ada ganjaran yang setimpal. Sial, kehidupannya tidak cukup bagiku untuk melewati gerbang terakhir. Tapi saat ini, kau telah datang untuk membantuku.

Aku, yang merantaimu di sisi lain Gerbang Ketujuh?

Ya, bisik Kerrigor. Ironi ini, kupikir, tidak seharusnya kualami. Tap, jika kau menginginkan bayi ini ....

Dia bergerak seperti akan melemparkan si bayi ke arus sungai yang deras, dan gerakan itu membangunkan si bayi. Dengan segera, si bayi menangis dan kepalan mungilnya mulai terangkat untuk meraih sosok bayangan Kerrigor, seolah-olah ingin menyingkapkan jubahnya. Kerrigor memekik, mencoba melepaskan si bayi, tetapi tangan mungil itu menggenggamnya erat. Dia mencoba mengerahkan seluruh kekuatannya, dan melemparkan si bayi jauh-jauh. Si bayi mendarat, menjerit keras, dan nyaris terjatuh ke dalam sungai, tetapi Abhorsen menyerbu ke depan, menyambar si bayi dari sungai itu maupun dari tangan Kerrigor yang mencoba meraihnya.

Sambil melangkah ke belakang, dengan sebelah tangan Abhorsen menarik sebuah lonceng perak dan menggoyangkannya, sehingga suaranya terdengar dua kali. Suara itu teredam, tetapi nyata, dan dentingan itu bergema di udara, jelas dan menusuk, terasa hidup. Kerrigor mengernyit mendengar suara itu dan terjatuh ke belakang, ke arah kegelapan yang merupakan gerbang.

Sesosok makhluk bodoh akan segera membawaku kembali, kemudian ... dia mengernyit, ketika sungai menelannya. Air sungai berputar dan berbuih, kemudian kembali mengalir seperti semula.

Abhorsen menatap gerbang itu sesaat, kemudian mendesah dan menyimpan kembali lonceng itu ke sabuk lebarnya. Dia menatap bayi di dalam pelukannya. Si bayi membalas tatapannya, dengan mata gelap yang sama dengan miliknya. Saat ini, warna kulit si bayi sudah memudar. Dengan gugup, Abhorsen meletakkan sebelah tangannya di atas tanda di dahi si bayi, dan merasakan kecerlangan jiwa di dalamnya. Simbol Charter menjaga kehidupan si bayi, ketika sungai ini bisa saja merenggutnya. Jiwa kehidupan si bayilah yang membakar Kerrigor.

Si bayi tersenyum kepada Abhorsen dan berdeguk lembut, dan Abhorsen merasakan seulas senyuman muncul di sudut mulutnya sendiri. Masih terseyum, dia berbalik dan meneruskan perjalanan panjang menelusuri sungai, ke arah gerbang yang akan mengembalikan mereka berdua ke tubuh mereka yang hidup.

Si bayi melolong sesaat sebelum Abhorsen membuka mata. Sang bidan yang sudah bergerak setengah jalan melingkari api yang meredup, siap mengangkatnya. Butiran-butiran salju berjatuhan ke tanah dan keping-keping es tergantung dari hidung Abhorsen. Dia menghapusnya dengan lengan baju dan membungkuk di atas si bayi, seperti layaknya seorang ayah yang mengkhawatirkan bayinya setelah kelahiran.

Bagaimana keadaan bayinya? dia bertanya dan bidan itu menatapnya sambil bertanya-tanya, karena si bayi yang tadinya dikira meninggal sekarang benar-benar hidup dan pucat pasi seperti Abhorsen.

Seperti yang anda dengar, Tuan, dia menjawab. Keadaannya sangat baik. Mungkin sedikit terlalu dingin baginya—

Abhorsen menggerakkan tangan ke arah perapian dan mengucapkan sepatah kata. Perapian berkobar kembali, butir-butir salju langsung meleleh, dan kubanngan air hujan mendesis dan menguap.

Ini cukup hingga pagi, kata Abhorsen. Lalu, aku harus membawanya ke rumahku. Aku akan membutuhkan seorang pengasuh bayi. Maukah kau ikut?

Sang bidan ragu-ragu dan menatap ke arah Mage Charter, yang masih terdiam jauh dari perapian. Sang Mage Charter tidak mau membalas tatapannya, dan menunduk kembali untuk menatap bayi perempuan kecil yang menjerit-jerit di lengannya.

Kau ... kau adalah .... bisik sang bidan.

Necromancer? kata Abhorsen. Hanya semacam itu. Aku mencintai perempuan yang terbaring di sini. Dia pasti masih tetap hidup jika dia mencintai orang lain, tetapi tidak. Sabriel adalah anak kami. Bisakah kau melihat kemiripan kami?

Sang bidan menatapnya ketika Abhorsen membungkuk dan mengambil Sabriel dari gendongannya, kemudian membuai si bayi di dadanya. Si bayi menjadi tenang, dan beberapa detik kemudian, dia tertidur.

Ya, sahut sang bidan. Aku akan pergi bersamamu dan menjaga Sabriel. Tapi, anda harus menemukan seorang ibu susuan ....

Dan aku tidak bisa mengusulkan hal lain, sahut Abhorsen setelah berpikir. Tapi, rumahku bukan sebuah tempat untuk—

Sang Mage Charter berdeham dan bergerak mendekati perapian.

Jika anda mencari seseorang yang mengetahui sedikit tentang Charter, dia berkata ragu-ragu, aku harap bisa melayani Anda, karena aku telah bisa melihat kekuatan Charter pada diri Anda, Tuan, meskipun aku benci jika harus meninggalkan teman-teman pengembaraku.

Mungkin kau tidak perlu melakukannya, jawab Abhorsen, dan tersenyum karena ada sesuatu yang terlintas di benaknya. Aku bertanya-tanya, apakah pemimpin kalian akan keberatan jika ada tambahan dua anggota yang bergabung dalam kelompoknya. Pekerjaanku mengharuskan aku bepergian dan tidak ada bagian dari Kerajaan yang belum pernah tersapu jejak kakiku.

Pekerjaan Anda? tanya sang Charter Mage, sedikit gemetaran, meskipun hawa sudah tidak lagi dingin.

Ya, sahut Abhorsen. Aku adalah seorang necromancer, tapi bukan seperti yang biasa. Jika neromancer lain menguasai seni membangkitkan mayat, aku mengembalikan mereka ke alam kubur. Dan aku akan memburu mereka yang tidak bersedia kembali—atau berusaha bangkit. Aku adalah Abhorsen ....

Dia menatap si bayi lagi dan menambahkan, hampir dengan nada terkejut, Ayah Sabriel.

SABRIELWhere stories live. Discover now