Satu | bag 3

0 0 0
                                    

Ruangan asrama itu sangat panjang dan sempit, dengan langit-langit rendah dan jendela-jendela kecil. Ranjang-ranjang dan lemari-lemari kecil bersusun di kedua sisi. Di ujung terjauh, ada sebuah pintu yang menuju ke tangga Menara Barat. Seharusnya pintu itu terkunci dari dalam dan luar, tetapi kunci-kunci itu jarang bisa menahan kekuatan Kerajaan Lampau.

Pintunya terbuka. Sesosok bayangan gelap berdiri di sana, seolah-olah seseorang telah memotong sebentuk manusia dari langit malam nan gelap, dengan hati-hati memilih bagian tak berbintang. Sosok itu sama sekali tak berbentuk, tetapi kepalanya bergoyang dari kiri ke kanan, seperti merasakan apa yang bisa ia raih dalam jangkauan sempitnya. Anehnya, sosok itu membawa sebuah kantung lusuh dalam genggaman tangan berjari empat, bahannya yang ditenun kasar sangat kontras dengan daging makhluk itu yang tampak tidak nyata.

Tangan Sabriel membuat sebuah gerakan rumit, menggambar simbol Charter yang melambangkan tidur, ketenangan, dan istirahat. Dengan cepat, dia memeriksa kedua sisi ruangan asrama dan membuat salah satu simbol utama, lalu menggenapinya. Dengan segera, setiap gadis di ruangan itu berhenti menjerit dan perlahan-lahan mundur ke tempat tidur mereka.

Kepala makhluk aneh itu berhenti bergerak dan Sabriel mengetahui bahwa perhatian si makhluk sekarang terpusat ke arahnya. Dengan perlahan, makhluk itu bergerak, mengangkat salah satu kakinya yang canggung dan mengayunkannya ke depan, terdiam sesaat, kemudian mengayunkan kakinya yang lain ke depan. Sebuah gerakan perlahan aneh yang kontinu, membuat suara gesekan ganjil di karpet tipis. Ketika makhluk aneh itu melewati setiap tempat tidur, lampu istrik di atas tempat tidur berkedip sekali, kemudian mati.

Sabriel membiarkan tangannya jatuh ke samping tubuhnya dan memusatkan tatapanya ke bagian tengah tubuh si makhluk, merasakan materi apa yang membentuknya. Dia datang tanpa peralatan atau perlengkapan, tetapi itu hanya mendatangkan sekejap keraguan, sebelum dia membiarkan dirinya menyelinap ke dalam dunia Kematian, dengan mata masih terpaku kepada si penyusup.

Sungai dunia Kematian mengalir di kakinya, seperti biasa terasa dingin. Cahaya kelabu tanpa kehangatan masih bersinar di seluruh rentangan cakrawala. Di kejauhan, dia bisa mendengar geraman di Gerbang Pertama. Saat ini, dia bisa melihat dengan jelas bentuk makhluk itu yang sebenarnya, tanpa terbalut aura kematian yang ia bawa ke dunia makhluk hidup. Makhluk itu adalah penduduk Kerajaan Lampau, berbentuk seperti orang, tetapi lebih mirip kera daripada manusia dan sudah jelas tidak teralu cerdas. Namun, ada yang lebih menarik. Sabriel merasakan sedikit ketakutan saat dia melihat seutas tali yang tersampir di punggung si makhluk dan tergantung hingga menyentuh permukaan sungai. Entah di mana, di balik Gerbang Pertama, atau lebih jauh lagi, tali yang bagaikan tali pusar itu berada di tangan sesorang yang ahli. Selama jalinan tali tersebut masih ada, makhluk itu benar-benar berada di bawah kendali tuannya, yang bisa menggunakan perasaan dan jiwa sang makhluk jika merasa perlu.

Sesuatu membentur tubuh fisik Sabriel sehingga dia tiba-tiba mengembalikan pikirannya ke dunia nyata. Perasaan mual yang samar-samar timbul pada dirinya ketika gelombang kehangatan menerpa tubuhnya yang dingin seperti kematian.

Apakah itu? tanya sebuah suara tenang, dekat telinga Sabriel. Sebuah suara tua dengan kekuatan Sihir Charter—Miss Greenwood, sang Magistrix, pengajar sihir di sekolah.

Itu adalah pelayan Kematian—jiwanya, bukan bentuk fisiknya, jawab Sabriel, perhatiannya kembali ke arah sang makhluk. Makhluk itu sudah berada di tengan ruangan asrama, masih melangkahkan kakinya satu demi satu tanpa sadar. Ia tidak memiliki kendali diri. Sesuatu telah mengirimkannya kembali ke dunia makhluk hidup. Ia dikendalikan dari balik Gerbang Pertama.

Mengapa ia ada di sini? tanya sang Magistrix. Suaranya terdengar tenang, tetapi Sabriel merasakan simbol-simbol Charter berkumpul dalam suaranya, terbentuk di lidahnya—simbol-simbol yang akan melepaskan kilat dan api, kekuatan bumi yang bisa merusak.

Sebetulnya tidak berbahaya, danjuga tidak menyebabkan kerusakan nyata . . . . jawab Sabriel perlahan, benaknya memikirkan segala kemungkinan. Biasanya ia yang menerangkan aspek-aspek magis necromancy murni kepada Miss Greenwood. Sang Magistrix telah mengajarkan Sihir Charter di sekolah, tetapi necromancy tidak terdapat dalam silabus pelajaran itu. Sabriel telah belajar necromancy lebih banyak daripada yang dia inginkan dari ayahnya ...dan dari makhluk-makhluk Kematian sendiri. Jangan lakukan apapun saat ini. Aku akan berusaha berbicara dengan makhluk itu.

Hawa dingin menerpa tubuhnya lagi, terasa menggigit, ketika air sungai mengalir di sekitar kakinya, arusnya menarik kaki Sabriel dengan kuat dan hampir menghanyutkannya. Sabriel mengerahkan tekadnya dan suhu dingin itu menjadi sensasi belaka, tanpa bahaya, dan arus sungai hanya terasa seperti getaran menyenangkan di kakinya.

Makhluk itu sekarang sudah dekat, seperti juga dalam dunia nyata. Sabriel merentangkan kedua tangannya dan bertepuk, suara yang tajam bergema lebih lama daripada gema di tempat mana pun. Sebelum gaung itu berhenti, Sabriel menyiulkan beberapa nada dan terdengar suara gemanya juga, nada-nada manis disela-sela kenyaringan tepukan tangannya.

Makhluk itu mengernyit mendengar suara Sabriel dan melangkah mundur, menempelkan kedua tangannya ke telinga. Ketika melakukannya, ia menjatuhkan kantung di tangannya. Sabriel terkesiap kaget. Sebelumnya, dia tidak menyadari kantung itu, mungkin karena tidak menyangka kantung itu ada di sana. Sedikit sekali benda yang bisa ada dalam dua realitas, di dunia makhuk hidup maupun dunia kematian.

Sabriel bahkan lebih terkejut ketika makhluk itu tiba-tiba membungkuk ke depan dan menceburkan tangannya ke dalam air, mencari-cari kantung tadi. Sang makhluk langsung bisa menemukannya lagi, tetapi posisinya menjadi goyah. Ketika kantungnya mengambang di permukaan air, arus sungai menyeret makhluk itu. Sabriel mendesah lega ketika melihat makhluk itu hanyut, tetapi terkesiap ketika kepala makhluk itu membentur permukaan dan menjerit; Sabriel! Itu pesanku! Ambillah kantung itu! suara yang terdengar adalah suara Abhorsen.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 06 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SABRIELWhere stories live. Discover now