Twenty

15 1 0
                                    

Srek!

Srek!

Suara gunting yang bergesekan dengan rambut terdengar memenuhi sebuah kamar yang sunyi.

Di kamar itu, seorang wanita tampak sedang duduk di depan cermin. Ia memotong helai demi helai rambut gelapnya yang awalnya sebatas bahu.

Setelah dirasa cukup, wanita itu pun menghentikan aktifitasnya. Ia kemudian menatap tampilan barunya di cermin tanpa mengatakan apapun, iris abunya hanya memancarkan kesenduan.

.....

Hembusan napas berat terdengar dari seorang pria bersurai brunette, ia kemudian memantik sebuah korek api untuk menyalakan sebatang rokok.

"Kau mau?" Tanyanya, menawarkan bungkus rokok di tangannya pada seorang pria di sebelahnya.

"Kau tau sendiri aku tidak merokok, Eren."

Eren, pria yang sedang merokok itu seketika meringis kecil.

"Maaf, Jean. Aku lupa."

Jean hanya menghela napas pelan.

"Jadi, Mikasa sudah menceritakan semuanya padamu?"

Jean menyenderkan punggung tegapnya di kursi yang ia duduki, lalu mengangguk pelan.

Eren hanya terdiam, sembari menghembuskan asap rokoknya dengan tatapan menerawang ke arah jalanan dengan kendaraan yang berlalu lalang di luar sana.

Kedua pria itu tampak bersantai di mini resto Jean yang kebetulan sedang sepi, lagi. Jean menyuruh Eren datang ke mini resto miliknya itu untuk membicarakan tentang Mikasa.

"Tempo hari, aku pulang sebentar dari sini ke apartemen karena ada barang yang ketinggalan. Sesampainya disana, aku tak sengaja bertemu dengan Mikasa. Dia akhirnya menceritakannya padaku, tentang keluarganya. Ia juga bilang bahwa kau sepupunya, Eren. Kau menyuruhnya untuk menemui ayahnya."

"Itu benar, Jean. Ayahnya adalah pamanku, dia meminta tolong padaku untuk mencari Mikasa."

"Sejak kapan?"

"Setahun belakangan. Saat itu, aku dan ibu memutuskan untuk menjenguknya di penjara tapi ternyata dia sudah dirawat di rumah sakit karena sedang sakit. Dan sampai sekarang dia masih dirawat disana karena penyakitnya, pada akhirnya aku memutuskan untuk tinggal disini karena ingin menjaganya sekaligus mencari keberadaan Mikasa untuknya, Jean."

Jean tertegun. Ia tak menyangka jika ternyata itulah alasan Eren kembali menetap di Shiganshina. Ia ingat betul bahwa sewaktu kecil Eren pindah ke kota Trost mengikuti orangtuanya yang membangun usaha disana, dan mereka kembali bertemu setahun yang lalu. Jean begitu kaget saat mendapati teman masa kecilnya itu tiba-tiba muncul di bar tempat mereka berkumpul biasanya. Lain halnya dengan Marco yang berbeda sekolah, Jean dulu satu sekolah bahkan pernah sekelas dengan Eren sewaktu masih duduk di bangku sekolah dasar.

"Aku tahu, Mikasa sangat kecewa dengan ayahnya. Itu wajar, karena kesalahan yang sudah ayahnya perbuat memang besar. Tapi di satu sisi aku juga ingin mereka bertemu, aku ingin paman sendirilah yang menyampaikan maafnya pada Mikasa. Aku tau, dia juga pasti sangat ingin bertemu dengan putrinya. Sejak perpisahannya dengan bibi, dia tak pernah bertemu lagi dengan Mikasa. Terlebih, dia sekarang sakit-sakitan. Aku tidak tau sampai kapan dia akan bertahan."

Jean tak mampu mengatakan apapun saat menyadari raut sendu di wajah temannya.

"Aku bingung harus bagaimana, Jean. Dia berlari meninggalkanku begitu saja ketika aku mengajaknya untuk bertemu dengan ayahnya.." Ucap Eren lirih.

Finally.. I Found You (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang