04 ; Bakar-bakar

1.1K 114 21
                                    

Selepas sambutan dari ibu tadi, (Name) dituntun ke dalam rumah mewah keluarga Itoshi.

Ini merupakan kumpul keluarga pertama baginya, jadi lumayan sedikit canggung.

Di depan ruang tivi ada Sae, istrinya dan Kichi. Bayi itu terlihat anteng di pangkuan sang ayah.

Istri Sae sae menoleh ke belakang, "ah! (Name) sudah datang!!" Dirinya berlari ke arah (Name).

(Name) tersenyum manis, "hallo kakak!!" Sapa nya pada istri Sae.

Sang ibu melepaskan genggaman tangan nya, "(Name) duduk dulu saja ya, kau kan baru sampai. Ayo!" Ajaknya.

(Name) hanya menurut, pada akhirnya (Name) dan Rin duduk di sofa yang bersebelahan dengan Sae juga anaknya.

Istri Sae terlihat mengunyel-nguyel pipi bayi nya sendiri, dengan senyuman manis.

"(Name) kapan menyusulku?" Tanyanya dengan senyuman manis, tatapannya menatap ke arah (Name).

Mulut (Name) terbuka untuk menjawab, namun sayang nya itu semua terpotong oleh suami nya sendiri.

"Secepatnya." Jawabnya, yang membuat (Name) melotot.

"A-apa? T-tunggu-"

"Awhh (Name), ku tunggu ya! Pastikan dalam jangka waktu dua bulan kedepan perutmu sudah berisi!" Ujarnya jail.

"Tak lebih dalam waktu dua bulan juga perut itu akan terisi, tenang saja."

Lagi, Rin menjawab dengan muka datarnya. Membuat (Name) memerah, bahkan tangan nya sudah mencubit tangan Rin.

Namun ternyata itu tak ada efek sama sekali, wajah pria yang menyandang sebagai suami nya itu tetap datar.

"Jangan terlalu nafsu, Rin." Akhirnya Kakak Rin, Sae. Membuka suara.

"Terserah ku, dia istriku." Ujarnya, (Name) semakin memerah. Tadi pagi saja sudah, masa nanti malam juga lagi sih?! Haduhh.

Bahkan kaki nya masih terasa lemas dan sedikit bergetar jika di pakai berdiri.

"Ahaha, siap-siap saja ya (Name). Aku mendoakan keselamatan mu." Ujaran istri Sae dengan cekikikan.

"Akhh! Hentikan!! Kenapa kalian malah membicarakan hal itu?!!" Ujar (name) sambil menutup muka nya dengan bantal sofa.

Mendengar penuturan iparnya, istri Sae tergelak abis-abisan, dirinya memang gencar menggodai orang.

Sedangkan suaminya sendiri menatap maklum pada istrinya yang sekarang bahkan memukul pundaknya saat tertawa.

Berbeda dengan Rin yang menatap intens bayi yang ada di pangkuan Sae.

"Kenapa kau menatap anakku sebegitunya?" Tanya Sae saat merasakan sang adik yang menatap anaknya.

"Tidak." Rin menegakan posisi tubuh, "aku penasaran apakah anakku akan mewarisi bulu mata sialan ini atau tidak" ujarnya.

(Name) memiringkan kepala menoleh ke arah Rin, "kenapa? Padahal bulu matamu bagus, aku menyukainya." Ujarnya.

Memang bulu mata keluarga Itoshi itu sangat bagus, bahkan anak Sae juga mendapatkannya.

"Kau akan mengerti jika jadi aku, lelaki mungkin tak terlalu suka dengan bulu mata panjang."

"Yakin sekali kalau anakmu itu akan laki-laki." Istri Sae menyahut.

"Yakin saja, bahkan aku berkeinginan ingin membuat kembar."

"RINN!! HENTIKAN!!" Seru sang istri sambil memukul tangan Rin.

Sedangkan Rin hanya tersenyum tipis, beda dengan Sae yang menghela nafas.

❆ Nikah! - I𝐭𝐨𝐬𝐡𝐢 𝐑𝐢𝐧 [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang