🚫BACA DARI AWAL LAGI.
SAVIAN SANDHYĀ REGANANTA. Vian ia yang menyukai senja, ia yang begitu suka melukis, ia yang selalu ceria dalam hal apapun, ia yang selalu bisa menutupi luka lukanya dengan senyum manisnya itu, si anak tengah yang selalu di pak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Senja selalu mengajarkan kita untuk pulang, tak peduli betapa jauh kita terbang. _
Pagi tiba suara burung kecil bersiul indah, daun daun bergerak lamban sesuai irama angin,matahari juga mulai sepenuhnya muncul ke permukaan, suara langkah kaki pemuda berparas tampan yang sudah lengkap dengan tas dan seragam sekolah yang sudah apik terpasang di tubuhnya mengalihkan beberapa perhatian orang orang yang berada di meja makan.
"Pagi bang" sapa Leo ramah pada Savian yang baru saja turun melewati tangga.
"Pagi Leo...pagi semua" Vian tersenyum ramah meskipun pada akhirnya senyum seindah senja itu memudar di gantikan dengan senyum menyedihkan karena tak ada seorangpun yang membalas sapaannya.
"Bang sini lah sarapan dulu"ajak Leo mengalihkan keadaan agar Abang nya tak bersedih.
Vian hanya diam lalu menatap sang Ayah yang kini sedikit melirik nya dingin sembari menyeruput kopi hangatnya, Vian tau mungkin itu adalah sebuah peringatan agar ia tak bergabung karena Vian masih dalam tahap hukuman yaitu tak ikut bergabung untuk makan di meja makan.
"Abang ada kegiatan pagi pagi banget jadi abang sarapan di sekolah aja" perkataan lembut nan ramah itu membuat raut wajah Leo kecewa padahal ia ingin sekali makan bersama Abang ketiganya itu.
"Yahh... ya udah kalau gitu" Leo kecewa lalu melirik bangku di sebelahnya yang kosong padahal ia sudah meniatkan sedari tadi malam agar bisa makan di sebelah Abang ketiganya namun sepertinya sudah tidak bisa.
"Ya udah Abang pamit ya, ayah,bunda, kak, bang, Ade juga" setelahnya Savian langsung bergegas pergi tanpa mendengar atau sekiranya menunggu jawaban dari keluarga nya.
Kendaraan motor sport hitam berjalan membelah jalan raya menyalip setiap mobil dan motor yang sekiranya lambat berjalan di depannya. Savian memberhentikan motor sport nya di depan warung nasi uduk.
"Ehhh Cil lagi ngapain" suara lembut namun juga tengil membuat bocah penjual tisu yang tengah duduk di trotoar pun mendongak dan tersenyum manis membalas senyuman pemuda tampan di depannya.
"Ehh bang, ini lagi jualan" ah Iyah bodoh memang apa yang di tanyakan oleh Vian, sudah jelas jelas bocah di depannya ini tengah berjualan terbukti sebuah kantong pelastik besar berisi tisu.
"E-ehh Iyah haha ouh sory sory jadi canggung gini ya maksud gue dek ini ish langsung aja lah Lo udah makan belum nih Abang ada nasi Abang tadi beli dua lumayan yuk lah makan bareng" ujar Savian setelah membeli nasi uduk tadi ia tak langsung pergi ke sekolah ia memberhentikan motornya melihat seorang bocah jadi inisiatif untuk berhenti dan menanyakan siapa tau bocah malang itu belum sarapan sama seperti nya.