1

160 4 2
                                    

Pagi itu, seorang gadis bernama Lea baru saja selesai melaksanakan studi S1 nya untuk melanjutkan bisnis perusahaan keluarganya. Wajah dirias secantik mungkin, pakaiannya juga nampak rapi beserta topi yang terpasang di kepalanya.

Dering ponsel sang papa berbunyi, membuat empunya menjawab panggilan tersebut. Setelah beberapa saat, ayahnya berkata,"Mah, mobilnya udah sampai. Kita tinggal masuk aja."

Mamanya hanya mengangguk sambil tersenyum, Lea paham dengan rumitnya hubungan kedua orang tuanya itu, setidaknya ia bersyukur mereka masih bisa datang ke acara wisudanya.

Sudah setengah jam perjalanan, terjadi kemacetan di depan mereka. Sopirnya hanya memandangi pemandangan yang tidak nyaman sesekali memencet klakson.

Papanya menoleh,"Itu ada apa ya macet-macet begitu?"

"Ada perbaikan jalan, pak. Makanya macet."

"Kira-kira kenapa ya?" kali ini Mama yang bertanya.

"Kalo saya lihat lagi, jalannya mau dilebarin. Bisa-bisa kita disuruh lewat jalan lain."

Benar dugaan sopir mobil keluarga tersebut, mereka harus lewat jalan lain agar sampai ke aula kampus. Beruntung mereka sampai tepat waktu, disana terlihat sahabat dekat Lea yaitu Zayn dan Miles.

"Akhirnya datang juga rupanya, peri kaku kesayangan kita." sahut Miles.

Lea termanyun,"Apasih, Miles? Aku kan habis kejebak macet."

Zayn tertawa,"Bercanda kok. Kan kita udah tau kamu orangnya perfeksionis dan ga suka datang terlambat."

Mereka tertawa,"Eh kayaknya ada yang kurang. Tapi siapa ya? Alex kan?" celetuk Lea.

Pria berkepala plontos itupun melihat-lihat sekitar,"Ah... Gak biasanya dia ngaret segini lamanya. Kemana coba dia?"

Alex menyelinap ke belakang, bersiap mengagetkan teman-temannya,"Dor!"

"Anjir, koncet memang kau, Lex! Dari tadi dicariin kemana-mana malah ngagetin."

"Emang bangke calon tentara satu ini." tambah Zayn.

Lea hanya tertawa kecil melihat tingkah teman-temannya yang sudah dianggapnya sebagai abangnya sendiri.

Tibalah saatnya acara yang dinanti, senyum merekah terpatri di wajahnya. Ia berhasil mendapatkan cumlaude, membuat kedua orang tuanya bangga atas pencapaiannya. Begitu juga dengan ketiga lelaki yang sedari dulu selalu bersahabat dengannya meskipun kadang sering jail padanya.

"Lea, bangga kali aku jadi abangmu. Meskipun kita beda pabrik, tapi abang senang bisa punya adek secantik dan sepintar kau." ucap Alex.

"Walau kadang otakmu kosong macam abang Zayn, abang senaaaang banget bisa berkawan sama kamu."

Zayn membalas,"Muji sih muji, tapi tak usah bawa-bawa aku lah, bang."

Mama menghampirinya,"Nak, kami mau pulang dulu. Ayo pulang sama mama."

"Ehm... Nanti aja deh, ma. Aku masih mau keluar bentar buat ngerayain."

Mamanya mengerti dan sudah menaruh kepercayaan kepada ketiga abangnya Lea yang senantiasa menjaga putri kecilnya. "Ya sudah kalo begitu hati-hati ya." ucap sang Mama sambil pergi meninggalkan mereka.

Miles berlutut di hadapan gadis itu, "Karena hari ini hari bahagiamu, aku turuti segala permintaanmu kali ini."

"Betulan nih?"

"Iya, apapun itu." jawab Alex.

"Tapi jangan juga kau suruh aku cium kakimu bekas injak tai ayam."

Sontak mereka tertawa kencang mendengar perkataan Miles tersebut.

Save Your TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang