7

26 0 0
                                    

"APA?!" ucap mereka bersamaan.

"Kemungkinan untuk bisa berjalan kurang dari 20%. Yang bisa kami lakukan adalah fisioterapi ketika kondisinya memungkinkan." jelas sang Dokter.

Setelah dokter itu pergi, mama Lea semakin terpukul mendengar kabar memilukan itu. Lea terduduk lemas, menangisi raganya, "Ya Tuhan, nengapa aku harus seperti ini?" isaknya.

Ia menutup wajahnya, berharap tiada satupun orang atau arwah lain yang mengetahui kelemahannya,"Aku tak tahu harus bagaimana lagi jika aku bangun nanti..."

Sebuah tangan menepuk pelan pundaknya,"Kak Amar?"

Amar memerhatikan kedua mata Lea yang sembab,"Gapapa kalo kamu ngerasa sedih, perasaanmu itu valid dan kamu butuh teman cerita. Mungkin kamu bisa membuat Paige berteman dengan orang-orang sekitarmu, sekalian cari-cari info biar air matanya bisa kamu kumpulin."

Mendengar ide Amar membuatnya sedikit bersemangat,"Kedengarannya bagus. Tapi mulai dari mana?"

"Cobalah bersikap manis dan ramah kepada rekan kerja satu divisimu, mungkin mulai dengan membawakan mereka kopi hangat di pagi hari."

Kembali ke kamar tempatnya dirawat, mamanya mengelus tangan putrinya yang dingin. "Nak, mama akan selalu berada di sisimu. Meskipun papa sudah gak sayang lagi sama kita, meski mama sering berantem sama papa. Mama bakal jagain kamu sampai kamu bangun."

Menyadari sang mama memberikannya kata-kata manis dan menenangkan membuatnya sadar bahwa ia harus bangkit, ia harus bisa bangun, sambil memegangi liontin kalungnya ia berjanji,"Baik, ma. Aku akan berusaha sebisa mungkin untuk bisa bangun."

Paginya, Lea mulai terbiasa dengan tubuh barunya membawakan banyak sekali kopi. Meskipun awalnya ia dicibir beberapa rekan setimnya, ia tetap melakukan hal yang sama dan semakin rajin.

Sebulan kemudian, ia mendapat gaji pertamanya. Gaji yang cukup banyak untuk membayar beberapa hutang yang ditinggalkan ayahnya, jiwa Paige baru tersadar bahwa ada yang menempati tubuhnya ketika ia memandangi dirinya di depan cermin panjang dimana ia memakai pakaian yang cerah.

"Sejak kapan aku punya baju ini?" pikirnya.

Paige masih kebingungan, "Ini kan bajunya mahal... Darimana aku dapetinnya?"

Ia memastikan bahwa ini mimpi. Ternyata dugaannya salah saat ia mencubit tangannya tapi yang membuatnya tambah kaget adalah luka bekas goresan yang ia toreh kini memudar.

"What the..."

Di cermin nampak sesosok wajah asing yang tidak dikenalnya. Benar, dia adalah Lea. "Kamu bisa liat aku?" tanyanya.

"Nggak, nggak. Aku cuman mimpi, kan? Ini boongan kan?"

Lea menggeleng sambil tersenyum lalu keluar dari cermin membuat Paige terperanjat. Lea membuka pembicaraan,"Kita belum pernah ketemu sebelumnya. Kenalin, namaku Lea."

Paige menatapnya ngeri ketika Lea menyodorkan tangannya,"Gapapa, aku gak bakal makan kamu kok."

Ia memberanikan diri untuk menjabat tangan gadis di hadapannya itu. Paige merasakan dinginnya tangan itu,"Paige. Ada urusan apa kamu kesini?" tanya Paige.

"Sebelumnya aku minta maaf karena udah diam-diam masuk ke tubuhmu. Dan... Aku juga membuat dirimu kelelahan hingga seperti ini."

Paige menghembuskan napasnya,"Oke kalo gitu kamu bisa jelasin apa yang terjadi sama aku? Jelasin sejelas-jelasnya."

"Aku kesini untuk mencari orang yang bisa kupercaya sebagai perantara dalam tugasku ini. Ini tugas yang sangat penting, karena menyangkut hidupku."

Keningnya mengerut, belum memahami penjelasan roh cantik tersebut. "Aku harus ngumpulin air mata dari orang-orang yang menangisiku dengan tulus, tapi aku nggak bisa mengambilnya tanpa meminjam tubuh seseorang."

"Makanya kamu pinjam badanku untuk itu kan?"

"Benar."

Lea berjalan mondar-mandir dan Paige mengikutinya,"Lalu kenapa harus aku?"

"Entahlah, naluriku mengatakan bahwa kamu orang terpilih."

"Apa istimewanya diriku? Aku gak punya harapan untuk hidup, aku masih merasa bahwa aku membawa pengaruh buruk bagi seseorang."

Lea menghentikan langkahnya,"Tunggu, kamu pernah bunuh orang?"

"Bukan begitu."

Lea menggaruk kepalanya,"Lantas?"

Ekspresi wajah Paige berubah seolah menekankan sesuatu,"Kau jawab dulu pertanyaanku."

"Jawab pertanyaan yang mana?"

Paige menepuk jidatnya karena gadis satu ini terlalu polos,"Hah... Kenapa aku harus bertemu denganmu?"

"Mungkin... Karena sudah ditakdirkan."

Lagi-lagi Paige mengeluh,"Oh astaga Tuhan. Kenapa aku harus punya kemampuan ini? Aku gak mau denger suara-suara itu!"

"Kak, ayo makan dulu." Suara Cassie terdengar sampai ke kamarnya.

"Sssttt jangan berisik!" bisik Paige.

Cassie mengetuk pintu kamarnya, disana ia melihat kakaknya sedang berganti pakaian,"Tadi kakak ngomong sama siapa?"

"Eummm... Nggak ada. Aku cuman latihan ngomong aja."

Cassie tampak memahami kakaknya, "Kak, kalo mau makan ada nasi goreng di bawah." sahut Cassie yang hanya dibalas dengan anggukan.

Sepeninggal Cassie, Paige memberi isyarat seperti mengusirnya keluar, Lea terkejut namun ia pasrah, ia rela diusir dari rumah tersebut.

"Yaudah, kalo kamu keberatan, mending aku pergi mencari orang baru yang lebih peduli dan menyadari kehadiranku." Lea berjalan tertatih hendak menembus tembok kamar Paige, namun...

"Siapa bilang aku mengusirmu? Aku cuman suruh kamu duduk."

Lea berbalik lalu mendatangi gadis kurus itu,"Apa kau sungguh-sungguh ingin membantuku?"

Paige menggenggam tangan Lea,"Iya... tapi kamu harus bantuin aku. Bantu aku kembali ke jalan yang benar, dan... bantu aku menjadi orang yang lebih kuat."

Lea mengeratkan genggamannya,"Akan aku usahain, lagipula kita sama-sama berjuang, kan?"

Dering ponsel Alex berbunyi, lelaki tampan itu mengecek nomor penelpon tersebut. "Siapa ini?" gumamnya.

"Halo, apa benar ini saudara Alex Thompson Laurent?"

"B... Benar, pak."

"Kami akan membawa anda ke kepolisian untuk diinterogasi lebih lanjut."

Setelah beberapa saat, Miles bertanya, "Kenapa bang?"

Alex berpesan,"Besok aku bakal di interogasi, tolong kelen jagain Lea ya."

"Iya bang."

-TBC-

Halo semua! Maaf menunggu lama karena kesibukan di rl. Semoga kalian suka dan terima kasih sudah vomment disini.

P

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

P.S.

Dapat salam dari Lea dan Paige.

Save Your TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang