Prolog

2 2 0
                                    

Typo Bertebaran!

.

.

.

Aku duduk di kursi pesawat dengan riang gembira, menatap jendela yang memperlihatkan langit biru yang tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku duduk di kursi pesawat dengan riang gembira, menatap jendela yang memperlihatkan langit biru yang tenang. Udara di dalam pesawat terasa nyaman, meskipun sedikit berisik karena mesin-mesin yang berputar di bawah sayap. Di Sebelahku, Mbak Sari sang pengasuh, tersenyum ramah, matanya penuh perhatian saat menatapku.

Aku merasa berdebar-debar saat naik pesawat menuju Paris bersama pengasuhku, Mbak Sari. Meskipun ini bukan penerbangan pertamaku, tetapi sensasi mengudara selalu membuat hatiku berbunga. Sambil duduk di kursi jendela, aku melihat ke luar dengan penuh kagum, menatap awan putih yang lembut seperti kapas.

"Buat Izu, pasti seneng banget ya bisa ke Paris?" tanya Mbak Sari, sambil tersenyum ramah ke arahku.

Aku mengangguk riang. "Iya, Mbak! Aku udah gak sabar pengen jelajahin Eiffel Tower sama nyoba croissant yang terkenal!"

Kami berdua tertawa kecil, lalu pramugari datang untuk memberikan kami minuman dan camilan. Aku memesan jus apel kesukaanku, sementara Mbak Sari memilih teh hangat. Kami bertukar pandangan penuh kegembiraan saat pesawat mulai mengudara, menyusuri langit biru.

Namun, tiba-tiba suasana riang itu berubah menjadi kepanikan saat pilot tiba-tiba memberi peringatan melalui pengeras suara.

"MAYDAY!! MAYDAY!! PESAWAT AIR *** JATUH!! BERSIAP UNTUK BENTURAN!!" teriaknya dengan suara gemetar.

Aku merasakan jantungku berdegup kencang, dan Mbak Sari segera merangkulku erat, mencoba menenangkan.

"Jangan khawatir, Izu sayang. Semuanya akan baik-baik saja. Mbak di sini," ucapnya dengan suara lembut, tetapi penuh keyakinan.

Namun, sebelum aku sempat merespon, suasana berubah menjadi kacau balau. Para penumpang mulai berteriak histeris, mencoba mencari pegangan dalam kepanikan yang melanda. Pesawat terasa bergoyang hebat, menambah kecemasan yang memenuhi ruang kabin.

Aku merasa Mbak Sari memelukku lebih erat lagi, mencoba melindungi.

"Apa yang--"

Lalu, tanpa peringatan lebih lanjut, terjadi benturan yang mengerikan. Tubuhku terhempas ke depan, kegelapan menyelimuti kesadaranku saat pesawat terombang-ambing dalam kekacauan.

BRUKK!!

CRAASHH...!!!

DUAARRR!!!

Bunyi keras itu memenuhi kabin saat pesawat menabrak sesuatu dengan kekuatan yang menghancurkan.

Pandanganku kabur, seluruh tubuhku mati rasa dan tidak bertenaga. Saat melirik ke samping aku dapat melihat Mbak Sari yang masih memelukku dengan kondisi tidak sadarkan diri. Tubuhnya penuh luka parah, tidak jauh berbeda denganku.

This Just A Fantasy WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang