*For best experience, read it with dark mode***
Itu terjadi dalam hitungan detik.
Ah tidak, itu lebih dari hitungan detik. Rasanya hal tersebut terjadi begitu saja kala Rei mengedipkan matanya. Dalam satu kedipan mata, dirinya terbelalak dengan pemandangan berdarah yang terjadi tepat di sampingnya.
"Aduh maaf," ujar seorang bocah perempuan menarik kembali jemarinya yang membentuk pistol, "padahal aku berniat melubangi sedikit kepalanya. Tapi aku lupa menahan kekuatanku sehingga kepala kekasihmu meledak."
Selama beberapa detik, Rei masih terpaku. Rasanya ia tak percaya dengan apa yang dialaminya barusan. Karena belum sampai satu menit, Albedo masih berdiri di sampingnya dengan utuh. Tidak seperti sekarang yang telah kehilangan kepalanya seutuhnya.
"Bocah ...," Rei berbisik lirih, "... bajingan."
Rei mengangkat salah satu tangannya. Berniat meraih leher pendek dari bocah perempuan berambut putih panjang di hadapannya, yang entah baru melakukan trik apa kepada Albedo. Namun, baru selangkah ia bergerak, tubuhnya terasa kaku tiba-tiba. Tidak, ini lebih dari sekedar tubuh kaku.
Tubuhnya ... tidak bisa bergerak!
"Aduhh, jangan galak begitu donk, Kak," ujar bocah itu dengan nada bicara takut yang dibuat-buat, "aku, 'kan sudah minta maaf,"
"Apa ... yang kau lakukan padaku ...?! Tidak. Apa ... apa yang kau lakukan pada Albedo?!" Rei mempertanyakan. Di sekitaran kedua matanya tampak menunjukkan urat-urat kemarahan.
"Apa yang kulakukan? Hmmm ...," Bocah yang entah siapa itu pura-pura berpikir. Mata peraknya memandang ke arah lain, sebelum kembali ia memandang Rei. "Membunuh kekasihmu?"
Mendengar jawaban polos tersebut, amarah Rei semakin meluap. Memang apa salahnya dengan bocah itu? Rei bahkan tak mengenalnya. Sungguh. Jangankan mengenalnya, melihatnya saja tidak pernah.
"Kau marah padaku, Kak?" Bocah itu bertanya dengan polos. Membulatkan matanya seolah ia benar-benar tidak bersalah.
"Tidak, tidak, aku tidak marah padamu," jawab Rei menggeleng. Tapi keningnya jelas menunjukkan urat-urat kemarahan. "Aku hanya ingin menjadikanmu bahan eksperimenku dan Albedo ...!"
Bocah itu tersenyum.
"Ketimbang kakak menjadikanku sebagai bahan eksperimen, bagaimana jika kakak menggunakan yang lain saja?" tawar sang bocah masih dengan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Search & Kiss
FanfictionMencari untuk menemukan jawaban adalah hal biasa. Namun dalam kasus Rei kali ini, selain harus mencari tahu soal suatu hal, ia juga harus mencari orang dan mendapatkan ciuman dari orang tersebut. Aneh? Tentu saja. Tapi itulah syarat gila yang Rei te...