O1

326 32 3
                                    

'Aku tak sudi membesarkan anak ini.'

'apa maksudmu? tak ada pilihan lain selain membiarkan anak ini hidup laura, gadis ini adalah penantian kita selama bertahun - tahun.'

'Dia.. tak memiliki sihir, mustahil juga untuk membiarkannya hidup. lagipula tak ada gunanya kita membesarkannya. ia pasti nantinya juga menjadi bahan rundungan masyarakat, menyerah saja, elion.'

'Maaf, namun aku akan tetap merawatnya, jika kau tak menginginkan anak yang tak berdosa ini, lebih baik enyah saja.'

.....

"(NAME)! (NAME)! CEPAT TURUN, SARAPAN SUDAH AYAH SIAPKAN!"

Si cantik perlahan membuka matanya dan berusaha melawan rasa kantuk yang membuat matanya tak bisa dibuka, "mnnhh.. iya.." ia berjalan lalu memasuki kamar mandi untuk membasuh wajahnya dan menyikat giginya. tak lupa menata rambut lalu mengganti pakaian agar terlihat segar. (Name) Demestria, seorang gadis remaja yang berusia 16 tahun yang hanya hidup dengan ayahnya. ia tak memiliki sihir, oleh karena itulah ibunya menyerahkan hak asuhnya ke ayahnya. sang gadis hidup di tengah hutan, ia hanya keluar rumah untuk mencari beberapa bahan makanan dan kayu bakar. Selain itu ia tak punya minat untuk keluar rumah.

"Sudah siap!"

(Name) berlari kecil menuruni setiap amak tangga dengan senyuman khas yang dimilikinya she has a gummy smile. "Sarapan apa hari ini?" ia bertanya. Sang ayahpun menoleh, tampaknya gummy smile yang dimiliki oleh putrinya diwariskan oleh sang ayah. "Tentu saja daging dan brokoli!" jawabnya dengan gembira, namun pandangan sang gadis yang semula ceria mendadak datar, apa apaan? ia sudah makan daging dan brokoli yang terkadang terasa asin sekali itu 5 bulan belakangan ini. jujur saja ia khawatir akan terkena penyakit kolestrol.

"..lagi?"

"Eh memangnya kenapa? enak kok.."
Tamatlah sudah riwayat sang gadis, hari ini ia akan mukbang daging dan brokoli yang sepertinya sudah direndam oleh 1 karung garam oleh sang ayah. namun karena (name) adalah anak yang berbakti, ia tetap menghabiskan makanan yang dibuat oleh Aeneas atau yang lebih dikenal sebagai ayah tersayangnya (name) dengan susah payah.

"Bagaimana? enak kan?" tanya sang ayah. "ah.. enak.. ha.. ha.." benar saja, kepala (name) saat ini nyut nyutan. tubuhnya sedang bekerja keras mengolah garam - garam yang masuk kedalam tubuhnya secara berlebihan

'sial hari ini sepertinya ayah menambahkan lebih banyak garam. tuhan aku ingin umur yang panjang!' batin sang gadis.

"??(name) kau tak apa?"

"..aku tak apa.."

"Syukurlah, oh ya ayah hari ini akan keluar ke kota untuk membeli beberapa bahan makanan disana."

"Aku mau ikut."

"Tidak."

"Kenapa? ayah tak khawatir padaku yang kemarin hampir diserang oleh singa saat ayah sedang keluar?" Ucapnya dengan wajah memelas.

"...itu, ah baiklah tapi tunggu sebentar. aku akan menggambar garis diwajahmu terlebih dahulu."

"Memangnya kenapa sih kalau tidak menggambar garis terlebih dahulu? repot sekali jika untuk keluar rumah saja harus menggunakan garis, dunia memang tak pernah adil."

"Maaf ya nak, ini hanya satu - satunya cara agar kau tetap selamat dari mereka yang beruntung." dengan lembut sang ayah mengelus surai (h/c) sang putri sembari tersenyum dengan lembut. namun jauh di lubuk hatinya ia sangat sedih dengan kondisi putrinya yang 'berbeda' dengan orang - orang pada umumnya.

☆★

"Paman, aku mau beli kue susnya." seorang pria yang memiliki rambut mangkok dengan tatapan datar dan tinggi senada oleh sang gadis berhasil menarik perhatiannya. karena ia punya banyak nyali berjalan di tengah kota tanpa ada tanda di wajahnya. (name) senang, karena ternyata ada yang juga tidak mempunyai sihir sepertinya. 'wah dia pemberani ya. harus di ajak kenalan nih!' namun sayangnya ia terlibat masalah dimana ia harus berurusan dengan polisi sihir(?) sehingga ia dibawa lari oleh kakek tua, yang sepertinya adalah ayahnya. 'gawat! kalau begini aku nggak akan bisa kenal dia! apa aku buntuti saja ya?'

"(Name), jangan melamun. bantu ayahmu ini yang sedang kesusaha-"

"HEY MAU PERGI KEMANA?!?!"

"MAAF AYAH, AKU ADA URUSAN, NANTI AKU AKAN KEMBALI KE RUMAH. JANGAN MENUNGGUKU DAH!"

"apakah aku ini memasuki fase dimana anak sudah mulai memberontak lalu pergi dari rumah?" ucap sang ayah dramatis.

☆★

"Hey pak tua, melindungi orang yang tidak punya sihir itu termasuk kejahatan besar, kau tau kan? bantulah dirimu sendiri dan serahkan bocah itu kepada kami."

"Aku menolak." naasnya, setelah berkata begitu ia dihantam oleh sihir oleh Brad coleman. ia seorang polisi sihir atau apalah itu, yang sedang mencari Mash burnedead untuk segera di eksekusi. namun bagaimana pun si pak tua tak akan menyerahkan mash dengan mudah, ia justru berteriak menyuruh mash untuk segera lari. (name) yang bersembunyi dibalik pohon tercengang saat pria yang disebut mash burnedead itu merusak pintu untuk menyerang anggota kepolisian sihir, 'gila dia keren banget!' batin (name) kagum dengan kekuatan mash. dan terjadilah adegan baku hantam antara mash dengan kepolisian sihir. ia mengalahkan mereka tanpa menggunakan sihir sekalipun. kekuatan ototnya memang tak diragukan lagi, dan setelah baku hantam brad coleman menyarankan mash masuk ke akademi sihir dengan syarat, jika ia menjadi visioner suci maka ia dan ayahnya akan hidup dengan tentram namun jika sebaliknya mash akan terus diburu. '.. memangnya bisa masuk sekolah sihir tapi tidak punya sihir?! tawaran tak masuk akal apa lagi itu?! ..tapi aku juga ingin masuk ke sana juga sih..' batin (name)

"Aku setuju." Ucap mash. (name) yang mendengarnya membelalakan matanya ia benar benar adalah tipe orang yang sayang keluarga ya. namun itu sedikit mengganggu pikirannya, memangnya ia akan kembali dengan selamat disana? namun mash tidak punya pilihan lain selain masuk ke sekolah sihir demi hidup tenang dengan ayahnya. sungguh anak yang berbakti.

Setelah kepolisian sihir pergi, (name) pelan pelan mengetuk dinding rumah mash, "permisi.." sontak pemilik rumah menoleh ke asal suara, "siapa kau?" tanya mash. "aku (name) Demestria. senang bertemu denganmu, sebenarnya anu.. aku juga sama sepertimu. aku tak memiliki sihir.." Ucapnya.

"Tapi kau masih hidup? apakah ada orang lain yang merawatmu nak?" tanya ayah mash.

"Aku tinggal bersama ayahku, ia memilih untuk tetap merawatku, dan sebenarnya aku kesini untuk mengajak anak paman untuk berteman.. karena aku tak punya teman yang sama sepertiku dirumah."

"Mash burnedead. senang bertemu denganmu, jadi ibumu sudah mati ya? kau hanya tinggal berdua dengan ayahmu, sama sepertiku."

Bisa dirasakan ada petir yang menyambar (name), 'bocah tengik kalau bicara kau tidak pernah mengontrolnya ya?!' namun (name) tetap mempertahankan senyumannya sembari menjelaskan masalalunya yang ia ketahui dari ayahnya. kedua orang tersebut paham dan menjamu (name) untuk mengobrol sejenak. tak disangka, (name) dan mash bisa menjadi teman akrab dengan sangat cepat. entah mereka berdua yang menyukai makanan manis, olahraga dan sebagainya. 'orang ini tak buruk juga.'

"Oh iya mash, aku mau ikut masuk ke sekolah sihir bersamamu."

"(NAME) CHAN, TAK USAH IKUTI MASH AKU KHAWATIR KAU KENAPA KENAPA DISANA." Ucap ayah mash khawatir.

"Hahaha. tak apa paman, tenang saja, aku akan ijin ke ayahku terlebih dahulu, lagi pula ada mash jadi aku sedikit tenang."

"Ya, ada aku. aku akan melindungimu disana (name)." Kenapa tiba tiba ada bunga yang muncul di sekeliling mereka, dan kenapa kedua insan itu terlihat terang sekali sampai sang ayah harus menutupi kedua matanya agar tidak silau, 'sudah lama ya, aku tidak melihat orang bermesraan. bocah sial.' umpatnya.

- Fin

☆ ; Hai, aku bikin ff mashle nih, mff kalau cringe dan typo hehe harap dimaklumi. semoga suka ya guys, makasih dah baca. have a nice day! :3

𝗘𝗨𝗗𝗔𝗘𝗠𝗢𝗡𝗜𝗔 , @MASHLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang