"Selamat pagi, Hinata-san. Perkenalkan saya Uchiha Sasuke, saya akan menjadi tutor les private anda."
Sasuke yang berusia 19 tahun membungkuk tanda hormat kepada satu-satunya anak perempuan Hyuga Hiashi. Gadis muda yang berdiri di samping meja belajar itu menunduk malu.
"S.. Salam kenal, S.. Sasuke sensei."
Anak itu membungkuk hormat pada Sasuke.
"Disini adalah tempat untuk kalian belajar. Anda akan mengajar setiap hari jumat dan hari minggu. Untuk hari Jum'at anda akan mengajar selama 3 jam dan untuk hari minggu, anda akan mengajar selama 6 jam. Tapi ada istirahat setiap 1 jam. Apa ada masalah, Sasuke-san?"
"Saya mungkin perlu mempelajari cara belajar dan daya tangkap Hinata-san terlebih dahulu sebelum menentukan teknik belajar yang efektif untuknya. Jadi, mungkin saja akan ada penyesuaian jam belajar. "
Wanita yang mengaku sebagai asisten pribadi dirumah itu tersenyum puas. Guru tutor hasil seleksi Hiashi memang tidak perlu diragukan lagi.
"Baik. Anda bisa mulai sekarang."
Wanita itu undur diri dan meninggalkan Sasuke dan Hinata di dalam ruang perpustakaan pribadi di rumah itu. Sasuke berdecak kagum memperhatikan ruangan itu, kemungkinan ini ada perpustakaan pribadi milik Hinata dilihat dari warna ruangan yang dibuat sangat feminim.
"Jadi Hinata-san. Bagaimana kabarmu hari ini?"
"Papa ayo berangkat."
"Sarapan dulu, Hana."
"Aku mau makan dirumah baa-chan."
Hanami telah siap dengan dua tas sekolahnya yang berisi keperluan belajar dan baju-bajunya. Setelah kejadian kemarin, Hanami memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah. Ia masih enggan menghadapi teman-teman nya yang histeris saat melihat darah di rok sekolahnya.
"Kau mau baa-chan mengira aku tidak memberimu makan?"
"Tapi masakan baa-chan lebih enak."
Tidak ada yang mempersiapkan Sasuke bahwa memiliki anak remaja akan sesulit ini, jadi Sasuke juga tidak memiliki persiapan apapun. Lagipula, di usianya yang baru 32 tahun, tentu saja teman-teman seangkatannya belum memiliki anak remaja. Kebanyakn mereka bahkan masih menyandang status lajang.
"Tck! Makan sarapan mu atau papa antar ke sekolah sekarang juga."
"Ihhh.." Hanami merengek. Ia tidak berani menatap wajah ayahnya. Jika pria itu sudah berdecak, maka tatapan matanya akan berubah seolah setajam katana.
Hanami meletakkan dua tas itu di kursi. Ia langsung menyendok nasi dan di rice cooker dan mengambil beberapa potong ikan dan cumi-cumi dari sop seafood. Ia menggeser kursi kasar dan duduk di kursi didepan ayahnya. Kursi yang digeser kasar itu menghasilkan derit yang cukup nyaring, membuat onyx hitam di seberang meja menaruh perhatian padanya.
"Simpan baju mu. Kita ke sekolah sekarang."
"Ahh jangan Papa!"
Dua pasang mata yang berbeda warna itu kini saling menatap. Onyx hitam yang mendominasi, dan mata bulan yang penuh penyesalan. Sasuke yakin, anak ini lahir seolah menjadi karma untuknya yang selalu melawan ibunya semasa remaja dulu. Hanami benar-benar mewarisi sifat pemberontak Sasuke.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impotent
Fanfiction-SasuHina- Pepatah mengatakan anak muda cenderung melakukan kesalahan. Tentu saja pepatah tidak muncul begitu saja, pepatah muncul berdasarkan apa yang sering terjadi dalam kehidupan manusia. Ya, benar adanya, hal tersebut juga dialami oleh Sasuke...