8

33.9K 1.1K 1
                                        

"Kevan gue ga dorong dia." Ucap Shiren kepada Kevan.

"Jendra lo percaya gue kan?" Ucap Shiren sambil menatap Jendra.

"Lo ga usah cari perlindungan." Ucap Marchel.

"Jelas jelas lo yang dorong Jiva!" Ucap Marchel lagi.

"Lo kenapa sih jadi cowok emosian banget?" Tanya Ten.

"Lo mau belain dia?" Tanya Marchel.

"Gue ga belain siapa-siapa, cuman gue ngingetin doang, jadi cowok ga usah emosian." Ucap Ten.

Sementara Shiren kini ia memperhatikan Jiva yang diam-diam tersenyum penuh kemenangan.

Ia mengetahui sifat buruk Jiva pada dirinya didepan kelima inti Black Blood itu.

"Udah kak Marchel, gapapa, kalau kak shiren ga mau minta maaf ga usah dipaksa, lagian aku gapapa kok." Ucap Jiva.

"Dek tahan." Ucap Kevan saat melihat Shiren hendak marah kembali.

Jendra menggenggam tangannya, ia berusaha untuk menenangkan Shiren. Ia tidak mau melihat keributan lagi dipagi ini.

"Stop, Jiva gue minta maaf atas nama Shiren dan lo Marchel lo jangan marah marah kayak gitu sama Shiren apalagi didepan gue." Ucap Jendra, lalu menarik tangan Shiren dan pergi dari sana.

"Lo jangan buta Jendra, dia emang jahat." Ucap Marchel kepada Jendra.

"Kamu gapapa kan?" Tanya Marchel sambil menatap Jiva.

"Gapapa kok kak." Jawab Jiva.

Shiren menatap pria yang kini sedang menarik tangannya, terlihat dari tubuh belakang pria itu memiliki pesona yang menawan.

Ia sedikit terpesona oleh ketampanannya saat pria itu merubah penampilannya saat berada di apartemen berdua dengannya.

"Ekhem, masih mau pegang tangan gue?" Ucap Shiren, yang membuat Jendra langsung berhenti.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Jendra langsung memeluk Shiren, yang sontak saja membuat gadis itu terkejut.

"Gue udah biasa dipeluk mami sebelum pergi ke sekolah dan hari ini gue ga dapet pelukan itu." Ucap Jendra.

Shiren terdiam, Ismi kemarin tidak memberitahukan tentang dirinya yang biasa memeluk Jendra.

'Mungkin mami lupa ngasih tau.' Ucap batinnya, lalu membalas pelukan itu, sambil mengusap usap kepala Jendra.

Jendra begitu nyaman berpelukan dengan Shiren, tubuh gadis itu terasa hangat untuknya.

"Jendra, udah gue malu kalau diliat orang." Ucap Shiren sambil berusaha melepaskan pelukannya itu.

Jendra melepaskan pelukannya, lalu menatap Shiren. Shiren tersenyum ia sudah tahu apa yang diinginkan pria itu.

"Gue ga buat." Ucap Shiren, yang langsung membuat Jendra sedih.

"Iya udah, gue ke markas dulu." Ucap Jendra, lalu melangkahkan kakinya pergi dari sana.

"Jendra tunggu." Ucap Shiren, yang langsung saja membuat pria itu menghentikan langkahnya.

"Ini yang lo mau?" Ucap Shiren sambil memberikan botol yang sudah ia siapkan.

"Katanya lo ga buat, kenapa sekarang ada?" Tanya Jendra sambil mengambil botol susunya itu.

"Gue sengaja ngerjain lo." Ucap Shiren sambil tertawa senang, karena berhasil mengerjainya.

"Kalau gitu gue anterin lo ke kelas." Ucap Jendra, yang langsung mendapatkan tolakan dari Shiren.

 Istri Untuk Anak Manja (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang