PART 3

30.9K 62 2
                                    

"Hah Lu jadian sama si Raka?" Mata Luna terbelalak tak percaya.

"He embh." Karin mengangguk, mengiyakan pertanyaan dari Luna barusan.

"Hati-hati loh, Raka itu terkenal agak gimana gitu kalo urusan sama cewek." Karin mengubah posisi duduknya, apa yang diucapkan oleh Luna barusan menggelitik rasa penasarannya.

"Gimana apanya nih?" Selidik Karin.

"Hmmm... Lu tau anak kelas 11 IPA yang dua bulan lalu meninggal bunuh diri?"

"Santi ?" 

"Iya, Santi, cewek cantik yang sepanjang semester jadi rebutan banyak cowok karena cantiknya overdosis."

"Trus apa hubungannya dengan Raka?" Karin semakin penasaran dengan arah pembicaraan Luna.

"Denger-denger, Santi itu bunuh diri karena malu."

"Malu kenapa?"

"Hamil di luar nikah, dan diduga yang menghamilinya adalah Raka." Ucap Luna datar, ia tak mau membuat Karin menjadi shock akibat cerita ini.

"Ah itu mah cuma gosip aja kali. Lagipula kalo memang bener Santi bunuh diri karena hamil dan itu yang melakukan adalah Raka kenapa nggak ada Polisi yang menyelidiki hal ini ? Adem ayem aja tuh." Komentar Karin tak percaya.

"Yaelah Rinnn, Lu tau sendiri siapa bokapnya Raka. Bupati cuy! Mana ada Polisi yang berani nyentuh anak Bupati ?"

"Terserah Lu deh, Gue nggak percaya sama cerita Lu tadi !"

"Nah kan ngambek, Gue nggak minta Lu buat percaya dengan cerita Gue barusan Rin, Gue cuma minta Lu buat lebih hati-hati sama Raka."

"Iya makasih. " Karin mengalihkan pandangannya ke luar jendela kamarnya, ada keraguan yang menyeruak di dalam dadanya.

***

"Kamu kenapa ?" Tanya Herman saat melihat istrinya Marcella melamun melihat lalu lalang kendaraan bermotor yang berjalan beriringan dengan mobil yang mereka kendarai.

"Karin Mas, Aku kok makin sulit ngertiin kemauan anak itu." Jawab Marcella tak bersemangat.

"Sabar, semua butuh waktu, Karin butuh waktu untuk bisa menerimaku." Ucap Herman tenang.

"Aku tau, tapi Aku merasa sekarang Karin sudah berubah, Aku nyaris tidak bisa mengenalnya lagi."

"Apa maksudmu ?"

"Dia tak hanya membencimu Mas, tapi juga membenciku."

"Kita berdua harus bisa lebih sabar menghadapi Karin Mah, Aku yakin setelah nanti usianya bertambah, setelah dia menginjak bangku kuliah, berangsur dia akan bisa menerima kenyataan ini. Menerimaku sebagai Ayahnya, Aku yakin kita bisa  Mah." Herman menggenggam jemari Marcella, memberi dukungan atas kegundahan yang tengah dirasakan oleh istrinya yang cantik itu.

"Trus rencananya Karin akan kuliah di mana? Jadi ke Australia?" Tanya Herman.

"Entahlah Mas, dulu sih iya, sekarang Aku belum tau lagi kemauannya."

"Kita harus support dia untuk meraih cita-citanya Mah, kalau dia berhasil dan sukses jadi orang kita berdua juga yang akan bangga."

"Hmmm, andaikan saja dia tau kalo Kamu sebaik ini Mas..." 

"Suatu saat dia akan mengerti Mah, tenang saja." Kata Herman sambil tersenyum ringan.

***

3 HARI KEMUDIAN

TOK..

TOK..

TOK..

CINTA TERLARANG (PAPA HERMAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang