🎶Taeil - Starlight🎶
Satu Minggu sudah berlalu sejak percakapan singkat antara Jimin dan gadis yang disukainya. Sekarang, Jimin sudah menyiapkan beberapa strategi untuk memulai percakapan lagi.
Singkat pun tak apa.
Sebelum bel istirahat berbunyi, Jimin segera keluar dari kelasnya dan pergi menuju ke kantin, dia harus secepat mungkin karena jika tidak; kantin akan di penuhi oleh banyaknya siswa yang kelaparan.
Nanti terlambat ketemu Minjeong nya.
Sungguh aneh, Jimin takut terlambat untuk menemui Minjeong, tetapi dia tidak masalah jika harus terlambat datang ke sekolah.
Setelah membeli satu kotak susu rasa Taro, Jimin pun segera pergi menuju ke kelas Minjeong.
Jadi, rencananya kali ini adalah memberikan minuman favorit Minjeong, jika nanti gadis itu bertanya dalam rangka apa, maka Jimin akan menjawab dengan santai, "karena aku tau, itu minuman kesukaan kamu."
Jimin mengangguk yakin, dia tersenyum lebar dan mengepalkan tangan kanannya ke udara. "Gue pasti bisa!"
Darimana kah Jimin tau minuman kesukaan Minjeong? Jimin bisa mengetahuinya karena dia selalu memperhatikan Minjeong setiap dia melihat gadis itu.
Seperti, Minjeong sangat suka ayam goreng, yang kriuk. Setiap pergi ke kantin saat jam istirahat pertama, Minjeong selalu membeli roti untuk sarapan pagi, dan juga susu kotak rasa Taro.
"Kenapa Minjeong suka sama minuman rasa cat tembok ini ya?" Sebagai pencinta matcha, Jimin tentunya bingung, kenapa bisa ada manusia yang suka sama rasa Taro?
Tapi sekarang itu tidak penting, yang terpenting adalah menenangkan diri untuk memulai interaksi dengan sang pujaan hati. Jimin mengambil nafasnya lalu ia hembuskan perlahan.
Menunggu sampai bel istirahat berbunyi, Jimin duduk di depan kelas 11 Mipa 6.
Kring! Kring!!
Mendengar bel istirahat, tubuh Jimin dengan reflek berdiri tegak, dia menatap pintu kelas yang terbuka dan beberapa siswa keluar sambil berbagi pendapat ingin membeli apa di kantin nanti.
Jimin tidak melihat si pujaan hati, dia pun perlahan masuk ke dalam kelas disaat para murid yang lain sudah berlarian menuju ke kantin.
Dan di bangku paling pojok, matanya menemukan Minjeong sedang menulis sesuatu di buku catatannya. Gadis itu terlihat fokus sekali dan kebingungan.
Jimin tersenyum, dia melangkahkan kakinya mendekat. Disaat itu juga Minjeong menyadari kehadirannya, "Kak Jimin?"
"Oh, ingatan mu bagus juga, kita baru ketemu satu kali loh, dan itu seminggu yang lalu."
"Kakak juga, ternyata masih inget kalo interaksi pertama kita itu satu minggu yang lalu."
Jimin terdiam sejenak. Dia tidak membalas dan hanya menyimpan minuman yang dia bawa di atas meja.
Minjeong menunjuk minuman itu, "buat aku?"
"Iya."
"Hah? Dalam rangka apa ini, kak?"
Gatcha. Jimin tau apa yang akan ditanya kan oleh Minjeong ini, tetapi untungnya dia sudah memikirkan jawabannya sebelum datang.
"Dalam rangkaa....emmm, itu loh, aku cuma mau.."
"Apa?"
Kenapa sulit sekali mengucapkannya???!!!
Jimin mengusap pelipisnya, lalu tertawa pelan, dia duduk di depan Minjeong. "Katanya minuman ini bisa bikin pusing kita ilang. Ya, aku beli, tapi aku ga merasa pusing, terus aku ga sengaja lewat sini dan lihat kamu kelihatan pusing banget. Jadi ya siapa tau minuman ini memang ampuh buat meringankan beban pikiran kamu." Jimin berbicara cepat seperti penyanyi rap.
Minjeong mengedipkan kedua matanya beberapa kali, lalu dia mengangguk dan tertawa. "Makasih ya, kak. Aku terima minumannya, karena emang lagi pusing banget ni."
"Kalau cintaku, kamu terima ga?" Jimin menggeleng, menghilangkan pertanyaan yang menurutnya berbahaya jika terucap.
"Pusing kenapa?"
"Ini loh pelajaran biologi, setelah istirahat ada ujian harian, aku belajar dikit-dikit."
"Mana coba, aku lihat soalnya."
Efek samping apa saja yang akan ditimbulkan bagi seseorang yang melakukan donor sumsum tulang belakang? (25 point)
Jimin mengetuk jarinya di atas meja, ikut memikirkan jawaban dari soal biologi yang sedang Minjeong pelajari.
Walaupun tidak tahu jawabannya, Jimin ingin sekali membantu Minjeong, jadi dia pun menjawab sebisanya.
"Efek sampingnya merasa kehilangan karena sumsum tulang belakang udah di donorin?"
Sungguh, jawaban yang sangat masuk akal wahai Yu Jimin.
Minjeong menutup mulutnya. "Waw, gini ya ternyata akibat terlalu banyak mengonsumsi micin."
"Akibatnya apa emang?"
"Bego."
Keduanya terdiam, lalu beberapa saat kemudian keheningan itu pecah oleh tawa. Minjeong memukul pundak kanan Jimin, "makasih, kak."
"Untuk?"
"Minumannya, sama udah buat aku ketawa hari ini."
Jimin ingin berteriak sekencang mungkin, ingin memberitahu kepada seluruh manusia yang ada di sekolah jika dirinya berhasil membuat Minjeong tertawa dengan caranya sendiri.
Namun, tidak mungkin Jimin melakukan hal itu, maka dari itu dia berdiri lalu menggebrak meja. "Aku, Yu Jimin. Mulai besok, setiap harinya, kamu bakalan nerima susu kotak rasa Taro ini."
"Kenapa setiap hari?"
"Karena aku pengen ketemu kamu tiap hari." Batin Jimin
"Seperti yang aku bilang tadi, minuman ini bisa meringankan beban pikiran kamu, dan juga..." Jimin menunjuk susu rasa Taro, dan melanjutkan perkataannya. "Ini minuman kesukaan kamu."
'~
"LO HARUS DENGERIN CERITA GUE INI SAMPE TAMAT!"
Aeri menghela nafasnya, mempersiapkan diri untuk mendengarkan cerita Jimin yang pastinya akan berlangsung lama.
"Jadi tadi tuh, HAAA!!! Jadi kan pas istirahat tadi AAAAAAAAA, pokoknya tadi tuh gue AAAAAAAAKKKK"
"Stop salting kek tai. Cerita yang bener, njing."
"Hehe, jadi waktu istirahat tuh...."
Aeri dan Jimin pun menghabiskan waktu sepulang sekolah mereka dengan bertukar cerita, sembari memakan mie di balkon kamar.
"Pokoknya, tantangan apapun, gue harus berhasil lewatin itu, dan menikmati hasilnya."
"Yaa, semoga hasilnya seperti yang lo mau. Biar gue bisa makan gratis selama satu bulan."
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayangkan Jika Kita Tidak Menyerah
Romance→_→ Di ujung hari catat nama kita berdua dalam sejarah. Grey, 2024