6; kamu engga sendiri, ada kita

96 17 3
                                    


🎶Nadin Amizah - Di Akhir Perang🎶


🎶Nadin Amizah - Di Akhir Perang🎶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Rumah tak selalu berbentuk bangunan, rumah itu bisa saja manusia yang selalu ada untuk kita. Dan Minjeong merasakan hal itu ketika dia bersama dengan Jimin, rasanya begitu nyaman dan membuatnya aman, di bandingkan dengan rumahnya yang berbentuk bangunan.

Dalam waktu 6 bulan ini, hubungannya dengan Jimin berjalan dengan baik, walaupun keduanya tidak pernah membicarakan tentang label.

Yang satu menunggu dengan sabar dan yang satu lagi tidak punya keberanian untuk mengambil langkah.

Minjeong berpikir jika mereka memiliki label dan jika suatu hari mereka berdua putus, dia tidak mau menjadi asing begitu saja dengan Jimin. Jadi mending begini saja.

"Hey, ngelamun gitu, mikirin apa?" Jimin menyadarkan Minjeong dari lamunannya. Gadis di sampingnya pun tersenyum dan menjawab,

"Mikirin kamu."

"Oh ya???!!! Coba share ke aku apa yang kamu pikirin."

Minjeong mendekat, dia berjinjit untuk mendekatkan bibirnya ke telinga Jimin. "Kamu bau, mandi sana."

Jimin melebarkan kedua matanya, menatap tidak percaya dengan perkataan yang Minjeong katakan. "Aku udah mandi!"

"Tapi masih bau."

"Idung kamu yang rusak tuh."

"Kalau rusak aku mati."

Jawaban Minjeong membuatnya diam seribu bahasa. Jimin menatap wajah Minjeong, namun gadis itu hanya memandang lurus ke depan, ke layar televisi yang menyala.

Jimin menggeser posisi duduknya, lebih mendekat ke arah Minjeong. Dia perlahan mengambil lengan kiri gadis itu, menggulung lengan jaket yang dipakainya, namun dengan segera, Minjeong menarik lengannya dan menurunkan kembali lengan jaketnya.

Minjeong terlihat panik, karena sesuatu yang sering ia lakukan dan sembunyikan ketahuan. Tetapi Jimin memandangnya dengan lembut dan tenang.

"Perih?"

Sebuah anggukan Jimin terima, dia pun segera mengambil lengan Minjeong kembali, mengusapnya perlahan. "Kalau kena air pasti perih banget ini."

"Tapi ga seperih luka yang ada disini." Minjeong meletakkan tangannya di dada. "Susah sembuhnya."

Jimin tersenyum dan mengangguk mengerti, dia membelai lembut pipi Minjeong. "Janji sama aku, jangan di tambah lagi ya? Kalau kamu belum bisa sayang sama diri kamu sendiri, aku bersedia. Aku yang bakal ambil alih tugas itu, sampai kamu tau, sampai kamu merasa bahagia dan lega."

Bayangkan Jika Kita Tidak MenyerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang