🎶 Lee Mujin - Ordinary Confession🎶
"Hai, Minjeong."
Jimin menggeleng, "apalah kayak orang baru ketemu aja."
"Selamat pagi, Minjeong! Apa kabar?"
Lagi, Jimin menggeleng. "Malah kayak udah lama engga ketemu."
Pagi-pagi sekali, Jimin sudah sampai di sekolah. Dia menunggu kehadiran Minjeong di depan gerbang.
Namun sebelum bertemu, Jimin menyiapkan kata-kata, jadi nanti saat Minjeong datang, dia tidak akan kikuk. Tetapi ternyata rencananya itu tidak berjalan dengan mulus.
Karena sekarang, Minjeong sudah sampai di sekolah, gadis itu terkekeh pelan melihat Jimin yang frustasi hanya karena memikirkan kata-kata untuk menyapanya.
"Yuji?"
"WHAAAAA!!!!" Jimin berteriak karena terkejut, dia menoleh cepat ke belakang. "Minjeong!!!!"
"Apaa?"
Kata-kata yang sudah dia siapkan hilang begitu saja, entah kemana. Jimin menggaruk kepalanya, lalu dia pun tertawa pelan. "Selamat pagi, Minjeong. Udah makan? Minum? Udah ngerjain PR? Mau ke kelas bareng engga? Ayo aku anter."
"Woahh, satu-satu nanya nya."
Minjeong tersenyum melihat Jimin yang merasa canggung, dia pun melangkah mendekat dan menjawab satu persatu pertanyaan dari Jimin.
"Selamat pagi juga. Aku udah sarapan, udah minum juga, udah ngerjain PR, ayo ke kelas bareng."
Keduanya tertawa, walaupun rasanya begitu canggung karena kejadian kemarin. Keduanya mengabaikan itu dan menikmati rasa canggung yang terasa.
Di tengah perjalanan menuju ke kelas, Jimin berdeham. "Ngomong-ngomong..."
Minjeong menoleh ke arah Jimin. "Apaa?"
"Soal kemarin, yang aku bilang kalau aku suka kamu."
Oh tidak, jantungnya kembali berdetak kencang seperti kemarin. Minjeong menghela nafasnya dan mengangguk.
"Engga usah terlalu di pikirin yaa? Aku bakal nunggu sampai kamu punya perasaan yang sama kayak aku."Minjeong kembali mengangguk, karena dia tidak percaya diri untuk mengeluarkan suaranya.
"Udah, sana masuk kelas. Semangat belajarnya yaa, sama ini minuman kesukaan kamu." Jimin pun mengelus kepala Minjeong, dan memberikan satu kotak susu.
Minjeong mengambilnya, dia menunduk lalu berbisik pelan. "Tapi kita kayak gini terus ya?"
"Apaa?" Jimin mendekatkan telinganya agar bisa mendengar suara Minjeong dengan jelas.
"Kita kayak gini terus, sampai aku ngerti sama perasaan aku sendiri."
"HEY! MASIH PAGI UDAH CIUM-CIUM!!" Ning berteriak, memamerkan suara bagusnya. Dia pun segera berada di tengah antara Minjeong dan Jimin.
"Siapa yang cium-cium coba? Lagi bisikin sesuatu juga!" Kata Minjeong dan masuk ke dalam kelas sembari menghentakkan kakinya ke lantai.
Ning mengangkat kedua bahunya, tidak peduli. Dia pun menoleh ke arah Jimin. "Bisikin apaan, kak?"
Jimin tersenyum, lalu menjawab. "Lo ganggu."
"GANGGU APAAN? BERARTI BENERAN YA TADI CIUM-CIUM?!"
Jimin menjulurkan lidahnya, meledek. Segera dia pun pergi ke kelasnya karena bel sudah berbunyi.
Ning masih di depan kelas, dia pun kembali berteriak kepada Jimin. "Gue aduin ke bapa nya Minjeong ya!"
Namun yang membalas bukan Jimin, melainkan Pak Jumar yang sekarang berada di belakangnya.
"Bapak tau suara kamu bagus, tapi tolong jangan teriak-teriak yaaa."
Ning pun segera meminta maaf dan masuk ke dalam kelas. Sesampainya di kelas, Ning pun mengomeli Minjeong.
Namun gadis Kim itu pura-pura tidak dengar, dan fokus ke Pak Jumar yang sedang menjelaskan materi.
'~
Pelajaran pertama telah selesai, kali ini di lanjut dengan pelajaran matematika, pelajaran kesukaan Minjeong.
Bu Ane; Guru matematika, masuk ke dalam kelas, tidak sendirian. Tetapi bersama kelas 12 yang sedang membantunya membawa buku catatan matematika.
Minjeong menahan senyumnya, karena yang membantu Bu Ane adalah Yu Jimin. Minjeong pun keluar dari mejanya, berinisiatif untuk membagikan buku catatan, tapi bukan itu tujuan sebenarnya.
Bersampingan dengan Jimin. Minjeong berbisik, "ngapain ke sini?"
"Gapapa, aku cuma pengen lihat kamu."
Minjeong memutar bola matanya dan mulai membagikan buku catatan pada masing-masing murid. Bu Ane pun mengucapkan terimakasih pada Jimin, setelah itu Jimin pamit pergi.
Saat semua buku catatan sudah di bagikan, Minjeong pun duduk kembali. Gadis itu membuka buku catatannya, dan ternyata disana ada sebuah catatan kecil tertempel.
Senyum di wajah Minjeong muncul dengan sendirinya, hatinya terasa hangat dan penuh. Jika ini yang namanya jatuh cinta, Minjeong menyukainya.
Ning ternyata melihat catatan kecil itu juga, tidak tahan melihat kebucinan kedua orang itu. "GEMES BANGET!!" Tidak sadar dia berteriak, membuatnya menjadi perhatian satu kelas.
"Makasih udah wakilin gue buat teriak." Kata Minjeong.
To be continued...
Kalau kalian gimana? Udah senyum kah hari ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayangkan Jika Kita Tidak Menyerah
Romance→_→ Di ujung hari catat nama kita berdua dalam sejarah. Grey, 2024