"Lebih baik aku lihat besok pagi. Kebetulan besok hari minggu."
Naura mengusap perutnya yang berbunyi keroncongan. "Aku akan ke dapur semoga saja ada makanan."
Naura berjalan ke dapur, membuka tudung saji di meja makan. Di sana ada ikan goreng, sayur asam yang sudah dingin. Melihatnya saja dia tidak berselera. Gadis itu putuskan untuk masak mie instan dicampur sayur bayam.
Tanpa menunggu waktu lama, mie instannya sudah siap untuk dimakan.
"Mama dan papa hampir tiap hari selalu pulang setelah matahari tenggelam. Sangat jarang ada waktu untuk menemani aku." Naura menyuapkan mie instan ke dalam mulut dan mengunyahnya pelan.
"Aku di rumah selalu kesepian."
"Bukankah setiap hari begitu? Mengapa aku sedih?" Naura menyuapkan suapan terakhir ke dalam mulutnya, lalu minum segelas air.
"Aku masih pakai hanfu ini?" Naura baru sadar saat merapikan peralatan makan ke dalam wastafel.
"Sepertinya aku lupa membawa kembali pakaianku. Pasti masih tertinggal di kamar Pangeran Zuyi."
***
Suara ketukan pintu memecahkan keheningan sekaligus membangunkan Naura yang sedang tidur sambil memeluk bantal guling. Dia menutup mulutnya dengan tangan saat menguap. Sudut matanya berair.
"Itu pasti mama dan papa," ujar Naura kemudian bergegas ke ruang depan untuk membuka pintu. Kebetulan kamarnya dekat dengan dengan ruang depan. Di luar kebetulan sedang hujan.
"Sebentar, ma, pa, aku ambil handuk dulu," ujarnya saat melihat kedua orang tuanya yang tampak basah kuyup. Dia juga bisa melihat kedua orang dewasa itu lelah dan capek.
Naura menyerahkan dua handuk berbeda kepada mama dan papanya.
"Tadi mama lupa masukin jas hujannya." Mama Anggi berjalan masuk sambil mengeringkan rambutnya yang basah."Biar aku saja yang rapikan tas dan barang mama dan papa. Mama dan papa langsung mandi saja, takutnya malah demam kalau tidak mandi."
"Papa mandi duluan," ujar papa.
Pria itu langsung menuju ke kamar mandi yang berada di dekat dapur.
"Iya, pa. Mandinya jangan lama-lama!" pesan mama Anggi.
"Siap, Ma. Tenang saja."
Mama Anggi menatap putri satu-satunya itu. "Mau, kau sudah makan malam?" tanyanya perhatian.
Naura mengangguk pelan. "Iya, Ma, sudah makan malam."
Mama Anggi mengangguk. "Mama dan papa yang pulangnya terlalu malam."
"Iya, tidak apa-apa, Ma." Naura masih sempat tersenyum.
Setelah itu Naura membantu membawakan tas kedua orang tuanya di dalam kamar yang ada di sebelah kamarnya.
"Naura kalau mau tidur tidak apa-apa. Ini sudah malam," ujar papa saat melihat anaknya masih duduk di ruang tengah menemani sang istri.
"Ma, pa, aku ke kamar mau istirahat."
"Iya, Naura, selamat istirahat," jawab mama dan papa serempak.
Naura memiliki darah campuran China dan Indonesia. Papanya bernama Sangguan Bei nama chinanya, sedangkan nama indonesianya Ikhsan Sulaiman dan mamanya Anggi Pratiwi. Mamanya orang Palembang, dan papanya orang China. Dia memiliki dua keluarga yang memiliki latar belakang yang berbeda, keluarga dari sebelah papa China dan keluarga dari mama Indonesia.
Naura sendiri sejak kecil diajarkan bahasa Mandarin oleh papa, sedangkan mama mengajari bahasa Indonesia. Dia memahami kedua bahasa itu dengan cukup baik. Oleh karena itulah saat berbicara dengan Pangeran Gong Zuyi, dia tidak merasa kesulitan.
***
Sebagian orang pasti merindukan datangnya hari minggu, sebab di hari minggu orang-orang bisa libur, istirahat, dan jalan-jalan. Namun hal itu tidak berlaku untuk kedua orang tua Naura, hari minggu pun keduanya tetap bekerja.Papa dan mama berangkat ke tempat kerja seperti hari biasa. Dan meninggalkan Naura seorang diri di rumah setelah makan pagi. Naura mengembuskan napas kasar, orang tuanya itu apa tidak lelah, bekerja setiap hari? Naura saja yang hanya sekolah pun, capek dan butuh istirahat.
Di sisi lain Naura juga kasihan dengan kedua orang tuanya yang harus bekerja sepanjang hari, meraih sedikit demi sedikit pundi-pundi uang. Yang katanya uangnya sebagian besar ditabung untuk masa depan Naura nanti. Mama dan papa menginginkan agar putri satu-satunya itu bisa mendapatkan pendidikan di universitas impian.
Sejak kecil Naura ingin kuliah di jurusan kedokteran. Yang kata orang-orang biayanya sangatlah mahal, bahkan ada yang bilang sampai terjual di rumah, tanah, dan mobil. Keluarganya hanya memiliki rumah sederhana satu lantai. Jika menjual rumah ini demi membayar uang kuliah nanti, maka mereka pasti tak punya tempat tinggal lagi.
Naura juga menyisihkan uang saku yang diberikan orang tuanya untuk ditabung. Walaupun tidak banyak setidaknya bisa sedikit membantu.
Dibalik itu semua, Naura sebenarnya ingin menghabiskan waktu bersama kedua orang tuanya di hari libur, tetapi harapannya sebaiknya dikubur dulu. Setelah Naura lulus dari kuliah kedokteran, dan mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang cukup besar. Maka harapannya mungkin saja akan terwujud.
Naura menepuk pelan kepalanya, hampir saja melupakan sesuatu. Gadis itu segera mengecek jam di handphonenya yang menunjukkan pukul 08.15 pagi, langsung berjalan menuju kamar setelah mencuci piring kotor.
"Syukurlah, portalnya kembali lagi." Naura sebelum masuk ke dalam portal mengganti pakaiannya dengan hanfu yang kemarin.
Naura diam-diam berjalan di dalam kamar Gong Zuyi yang sedang menikmati makan paginya dalam keadaan hening. Hanfu biru tua kehitaman membalut tubuh pria itu.
"Pangeran!" Naura mengejutkan Zuyi sampai makanan yang disumpitnya jatuh ke mangkuk lagi.
Zuyi segera melihat siapa pelakunya. "Qian? Kau kembali lagi?" ujarnya terdengar senang.
"Tentu saja aku akan kembali lagi. Sedang apa Pangeran?" Tanpa diperintah, Naura duduk di depan Zuyi.
"Aku juga telah siapkan kue persik kesukaanmu." Pangeran mendorong piring berisi beberapa potong kue merah muda ke arah Naura.
Naura mengambil dan memakan kue persik. "Terima kasih!"
"Oh, ya, ada daging juga. Aku yakin kau pasti akan menyukainya. Dagingnya lembut dan bumbunya meresap sampai ke dalam. Makanlah." Zuyi mempersilakan tamunya itu. Dia sendiri lanjut makan.
"Sepertinya lezat." Naura mengambil sepasang sumpit dan ikut makan juga. Di rumahnya tadi hanya makan sedikit karena tak terlalu berselera.
"Pangeran, sepertinya pakaianku ketinggalan di kamarmu?" Naura berkata di sela-sela makan.
"Tenang saja, aku telah menyimpannya di tempat aman." Zuyi memasukkan potongan terakhir daging sapi ke dalam mulutnya. Dituangkannya secangkir air untuk dirinya sendiri dan menyesapnya.
"Aku tahu itu," jawab Naura, kemudian tersenyum.
Keduanya cepat sekali menjadi teman baik. Padahal di awal pertemuan sempat terjadi kecurigaan.
"Malam ini ada acara festival awal musim semi. Kau mau ikut?" tanya Pangeran Zuyi. Berharap dalam hati agar Qian setuju.
Naura tak langsung menjawab, dia tampak berpikir. Di satu sisi dia sedikit takut orang tuanya akan pulang lebih cepat, dan di sisi yang lain dia penasaran bagaimana acara festival tersebut. "Aku akan ikut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adventure Beautiful Girl
FantasyHai guys, ini cerita terbaruku. Semoga suka. Naura atau Qian memiliki kemampuan ajaib bisa membuka portal ke dunia. Di dunia tersebut dia memiliki banyak petualangan baru.