A

4K 198 8
                                    

    Ana kembali mengeratkan mantel lusuhnya berwarna putih itu. Dengan kaki kecilnya ia terus berjalan menyusuri trotoar di tengah musim dingin saat ini.

  Ia bertekad di dalam hatinya harus bertemu dengan seseorang yang ia rindukan. Pria yang baru kembali 3 minggu lalu dan kembali lagi kekota besar ini karna harus bekerja untuk keluarga kecil mereka. Walaupun di tengah dingin itu, senyum indahnya tidak pudar mengingat ia ingin menyampaikan sesuatu kepada pria yang sudah menjadi suaminya selama 4 tahun itu.

   Dan senyumnya kembali melebar saat menemukan gedung besar yang tinggi menjulang. Ya... Suaminya bekerja di sini, sebagai karyawan biasa. Walaupun begitu ia sangat bersyukur karna usahanya tidak sia-sia dengan suaminya.

"Aku di sini Adam.. Akhirnya..." lirih suara lembutnya.

  Ia mulai memasuki gedung  besar tadi, sesekali matanya menangkap canggung orang-orang yang menatapnya aneh dan berbisik. Mungkin karna mantelnya yang sudah lusuh. Tentu saja suaminya, Adam memintanya membeli baju baru, tetapi diam-diam menyimpan uang itu. Ia berfikir siapa tau uang itu dibutuhkan suatu saat nanti.

   "Ada yang bisa saya bantu nona?"

 

  Tanya salah seorang wanita tinnggi pirang itu padanya. Wanita itu menatapnya penuh cacian melihat penampilan Ana. Tapi Ana tidak menanggapi dan tetap tersenyum.

  "Apa aku bisa bertemu dengan Adam? Adam Philip, dia bekerja sebagai karyawan disini." ucap Ana dengan hati-hati.

"Maksud Anda Direktur Adam?" tanya wanita itu lagi heran. Ana berkerut tidak mengerti, mungkin saja direktur bagian rendah. Dan ia tersentak mengingat sesuatu...

"Ahhh dia menyuruhku memberikan ini jika ingin bertemu."  Ana memberikan sebuah kartu berwarna emas. Kartu yang diberikan suaminya setahun yang lalu, sengaja ia simpan untuk jaga-jaga.

"Anda mengenal Direktur? Silahkan naik ke atas nona. Aku akan menghubungi sekretaris bagian atas. Anda dapat masuk langsung keruang direktur dilantai 26."

  "Baiklah... Terima kasih.." Ana menunduk lalu berjalan menuju lift dengan perasaan berdebar.

.

.

.

.

.

Ana POV

  "Anda dapat langsung masuk nona. Tetapi direktur tengah bersama calon istrinya, mungkin anda dapat menunggu." jelas wanita lain yang lebih ramah dibandingkan wanita pirang tadi.

Aku mengerutkan dahiku mendengarnya. Apakah aku salah orang? Bagaimana mungkin Adam akan menikah sementara ia adalah suamiku?

  "Maafkan aku sebelumnya. Nama direktur itu Adam Philip bukan?" tanyaku hati-hati. Berharap wanita itu mengatakan bahwa ia salah orang.

  "Benar nona. Kenapa memangnya?" ucapnya membuat jantungku melompat-lompat dari tempatnya begitu cepat.

  "Aku rasa Adam sudah menikah. Apa aku boleh memastikannya sebentar? Hanya melihat wajahnya." pintaku.

"Kalu begitu silahkan nona. Anda diberi kebebasan karna kartu itu" ucap wanita tadi lalu meninggalkanku sendiri.

  

  Perlahan aku memegang gagang pintu, meyakinkan hatiku kalau didalam bukanlah suamiku. Dia bilang ia hanya karyawan biasa. Pasti aku salah orang. Lalu kartu siapa yang ia beri padaku?.

Cklek

Pintu itu ku buka perlahan agar tak menimbulkan bunyi. Suara kecipak bunyi ciuman menggema di ruangan besar itu, dan saat kubuka sedikit lebar pintu itu, aku dapat melihat seorang wanita tengah berada di pangkuan seorang pria saling bercumbu mesra. Kukepal kuat tanganku, menunggu wajah pria itu.

TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang