B

4.5K 211 15
                                    

  Pernikahan yang seharusnya diadakan dengan megah dan indah itu harus rela batal dan kacau karna pengantin wanita yang berselingkuh dan mengandung anak dari lelaki lain. Mengingat pengantin pria yang tidak pernah menidurinya.

Sungguh menyedihkan...

.

Adam meneguk minuman pekat itu di tengah remang-remang ruangan itu. Pikrannya menjadi kacau, mengetahui bahwa wanita yang akan ia nikahi adakah wanita brengsek. Bagaimana mungkin ia tidak menyadarinya? Ia terlalu dibutakan oleh kesenangan hingga melupakan kebahagiaan yang sebenarnya.

  Pria itu pulang dalam keadaan mengenaskan, harus dibopong menuju kamarnya oleh beberapa pelayan di sana. Ia terlihat begitu berantakan dengan tuxedo pernikahan yang masih melekat pada tubuhnya.

"Ana..." lirihnya tanpa sadar.

.

.

.

.

Adam POV

  Aku terbangun dalam keadaan yang benar-benar buruk. Kepalaku pusing dan tubuhku lemah sekali. Baru kali ini aku merasakan sakit seperti ini setelah beberapa tahun lamanya.

  Keadaan kamarku yang sepi juga baru kurasakan kali ini, dan entah kenapa aku merindukan kehangatan yang kulupakan.

"Kenapa pusing sekali."

  Kuambil ponselku lalu mencoba menghubungi sekretarisku, mengatakan bahwa aku tidak bisa masuk sekarang karna keadaanku.

  "Selamat pagi Tuan. Ini sarapan Anda." salah seorang pelayanku masuk kedalam kamarku dan tidak aku acuhkan. Pikiranku melayang kembali saat terakhir aku sakit.

"Aku ingin sup..." lirihku

"Ya tuan?" tanyanya.

"Sup dengan nasi dan sayuran yang dihaluskan seperti bubur... Aku ingin itu" ucapku entah sadar atau tidak.

***

  "Aku sudah katakan!!! Kalau lelah jangan paksakan bekerja. Kenapa kau keras kepala Adam?" bentak suara halus itu, membuatku terkikik pelan.

  Ia duduk di sampingku yang berbaring dan aku dapat melihat genangan air di pelupuk matanya.
Ia meraih leherku dan menempelkan pipi dinginnya pada dahi panasku. Sungguh menyejukkan.

"Jangan sakit Adam..." ucapnya yang sekarang menjadi isakan.

"Aku hanya sedikit lemah sayang. Aku tidak sakit." bujukku.

"Kau sakit! Kau panas sekali. Jangan sakit lagi. Kau harus sehat!!" pintanya padaku. Air matanya menetes membasahi wajahku.

  Dengan sisa tenagaku kuhapus air matanya yang menetes. Ya Tuhan, ia adalah keajaiban dan kekuatan untukku. Aku bertaruh tidak akan ada seorang istri yang akan menangis hanya karna suami demam biasa seperti dirinya. Dan karna air matanya aku bertekad tidak akan pernah sakit lagi. Janjiku padanya.

"Ayo makan..." bujuknya.

"Aku tidak selera." rengekku.

"Kalau kau tidak makan maka aku akan memakanmu. Buka mulutmu Adam!" perintahnya mengancam, membuatku terpaksa menelan makanan itu.

"Enak Ana. Apa itu?"

"Aku menghaluskan nasi dan sayuran dan mencampurkannya dengan sup. Kau suka?" tanyanya dengan mata berbinar melihatku makan dengan lahap.

TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang