05. One of Them

514 128 114
                                    

"Kok lo diem aja dituduh, sih? Jangan-jangan beneran lo badutnya, ya?" tanya Mark kepada Renjun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kok lo diem aja dituduh, sih? Jangan-jangan beneran lo badutnya, ya?" tanya Mark kepada Renjun.

Renjun tersenyum tipis. "Kalian bisa samain tulisan gue dengan tulisan yang ada di surat itu."

Renjun pergi meninggalkan teman-temannya dan kembali membawa tas miliknya. Ia mengeluarkan salah satu buku dan membuka halamannya.

"Samain tulisan gue dengan tulisan yang ada di surat itu." Renjun melempar bukunya begitu saja.

Haechan meraih buku itu dan mencocokkan tulisan Renjun dengan tulisan di kertas yang dikirim oleh badut itu.

"Tulisannya beda," ujar Haechan tanpa mengalihkan pandangannya.

"Kalian percaya, kan, kalo badut itu bukan gue?" Renjun memastikan.

Namun, pertanyaannya tak dijawab oleh teman-temannya.

Haechan mengangkat pandangannya. Ia tak sengaja melihat tingkah Chenle yang terlihat cukup aneh.

"Le, lo ngapain senyum-senyum sambil pegangin pisau itu? Aneh," seru Haechan.

"Sebentar deh," sela Jeno.

Mereka sontak mengalihkan pandangannya kepada Jeno dan menunggu laki-laki itu melanjutkan bicaranya.

"Apa orang yang tidur sambil berjalan bisa tau letak suatu ruangan?" tanya Jeno serius.

Mereka saling melempar pandang.

"Apa maksud lo?" tanya Chenle sedikit membentak.

"Maksud gue, ini kan rumah Chenle. Apa Jaemin tau letak dapur buat ambil pisau itu walaupun matanya tertutup?" balas Jeno.

"Gimana kalo seandainya Jaemin pura-pura tidur sambil jalan dan diam-diam dia pergi ke dapur buat ambil pisau ini? Terus dia berakting seolah-olah dia tidur sambil berjalan." Chenle mengangkat pisau itu.

"Ah! Kepala gue rasanya mau meledak mikirin ini semua," keluh Haechan memegangi bagian samping kepalanya.

"Gimana kalo kita bahas ini di dalam aja?" tawar Mark.

Mereka pun setuju.

Setibanya di dalam, mereka duduk membuat sebuah lingkaran. Chenle sengaja menyalakan lampu rumahnya, keadaan di dalam rumah sepenuhnya terang.

"Gue mau ke toilet dulu," ucap Chenle.

"Nggak bisa sendirian, harus ada satu orang nemenin." Mark menahan.

"Gue mau sendiri!"

Mendengar tolakan keras dari Chenle, mereka pun membiarkan temannya pergi.

Mereka belum memulai pembahasan apapun, mereka sepakat untuk membahasnya ketika Chenle kembali dari toilet. Bagaimanapun juga, hal ini menyangkut keselamatan diri mereka, tanpa terkecuali.

THE CLOWN (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang