¹⁹ || Kebersamaan

1.8K 173 4
                                    

"Tuan muda!"

"Tuan muda kecil, jangan kesana nanti anda jatuh ke dalam kolam!"

"Tuan, jangan terlalu banyak mengonsumsi makanan manis nanti gigi anda berlubang!"

"Tuan muda!"

"Tuan muda kecil!"

"Jangan kesana!"

Noras memijit pelipisnya, ia merasa pusing dengan tingkah bungsunya dari pagi hari hingga siang hari. Baru sehari saja Lucian berada di mansion keluarga Andronicus, namun anak menggemaskan tersebut sudah berbuat ulah dari pagi hari, dari saat matanya melek.

Entah keusilan apa saja yang dilakukan oleh anak bungsunya itu. Tapi yang pasti, para maid juga bodyguard dari tadi berteriak-teriak memanggil tuan muda kecil mereka. Para maid sibuk membersihkan bekas kekacauan atau keusilan tuan muda kecilnya itu, dan para bodyguard sibuk kesana kemari mengikuti kemana pun bungsu Andronicus tersebut pergi.

Dan saat ini, anak berpipi chubby tersebut sedang duduk di karpet bulu dengan anteng di ruang tengah sambil menonton acara kartun di televisi. Ditemani semangkuk salad buah juga jus mangga sebagai camilan anak berwajah manis itu.

Noras duduk di atas sofa single dengan laptop dalam pangkuannya, ia mengambil cuti kerja selama anaknya menginap di kediamannya dan mengerjakan pekerjaan kantornya dari rumah. Di sofa panjang terdapat dua anak kembarnya yang juga duduk dengan anteng sembari memainkan gadget mereka. Maverick yang sibuk dengan gamenya dan Donovan yang sibuk memotret segala tingkah adiknya. Dan terakhir, di satu sofa tunggal yang berhadapan dengan Noras. Disitu terdapat anak sulungnya yang duduk dengan iPad dalam genggamannya.

Noah Greyson Andronicus- pemuda berusia 20 tahun itu sedang mengecek tugas-tugas kuliahnya lewat iPad. Sesekali ia juga akan melihat adik bungsunya yang baru diketahuinya kemarin malam.

"Daddy, Ian mau buahnya lagi dong~"

Noras tersenyum senang saat lagi-lagi dirinya mendengar kata 'Daddy' keluar dari bilah bibir anak bungsunya. Itupun awalnya dilakuan dengan terpaksa oleh Lucian. Berawal dari Maverick yang tak sengaja mendengar kata 'Om' dari adiknya saat memanggil Daddynya. Ia pun membujuk adik bungsunya untuk memanggil 'Daddy'.

Lucian pun menolaknya, karena ia masih kurang nyaman dengan ayah kandungnya maupun dengan abang-abangnya. Yah, Maverick pun tidak menyerah. Dengan segala bujukan serta rayuan dilakukan olehnya, namun itu semua tidak mempan. Hingga ia tak sengaja berucap....

"Adek, kalo adek panggil Daddy dengan 'Daddy' dan panggil Abang dengan 'Abang'. Abang bakal kasih adek apapun itu, camilan, hewan, apapun pokoknya."

Dan saat mendengar kata 'camilan' Lucian nampak menimbangnya. Memikirkan ucapan Abang kandungnya tersebut, hingga beberapa menit berlalu Lucian menganggukkan kepalanya dan itu membuat Maverick juga Noras yang memang menemani anak itu tersenyum senang. Dan untuk sekian lama berlalu Noras bisa kembali mendengar kata 'Daddy' dari mulut anak bungsunya, walaupun hanya dari Lucian namun ia sudah sangat senang mendengarnya.

Begitupun dengan Maverick, ia benar-benar senang mendengar kembali kata 'Abang' dari mulut adik bungsunya.

"Adik, kau sudah makan banyak sekali salad dari tadi. Apa perutmu ini tidak penuh?" Donovan mengelus perut buncit adiknya itu. Sesekali ia sedikit meremasnya karena merasa gemas. Benar-benar perut karet, pikirnya.

"Ya, ini udah mangkuk ketiga, apa masih belum kenyang juga?" Maverick tidak mau kalah. Ia berpindah duduk ke bawah, duduk di atas karpet bulu bersebelahan dengan adik manisnya. Dan ikut mengunyel-ngunyel pipi adiknya itu.

Lucian menatap Daddynya meminta pertolongan, namun pria paruh baya itu malah memberikan senyuman dan kembali fokus ke laptopnya, tak lupa meminta salah seorang maid mengambilkan salad untuk anaknya. Tak mendapatkan pertolongan dari ayahnya, Lucian beralih meminta pertolongan terhadap Abang sulungnya.

Noah menyadarinya. Ia bersitatap dengan netra dark brown adiknya, terlihat lucu dimatanya. Merasa kasihan dengan adiknya ia pun beranjak mengambil sang adik dari kedua adik kembarnya. Kemudian mendudukkan adik manisnya di pangkuannya.

"Jangan terus mengganggunya," omelnya pada kedua adiknya. Tangannya terangkat mengelus rambut tebal milik adiknya tersebut, "Ini, makanlah lagi." Ia pun menyodorkan semangkuk salad buah yang baru saja diberikan maid.

Lucian pun menerimanya. Sebelum mencicipi makanannya, ia merubah posisi duduknya menghadap depan. Menatap televisi yang menampilkan kartun Mickey Mouse lalu menyuapkan salad ke dalam mulutnya.

Mereka semua terdiam menatap betapa menggemaskannya bungsu dari Andronicus itu. Pipi bulat yang berisi lemak juga buah yang tengah di kunyah secara perlahan, dengan rona merah alami yang kontras dengan kulitnya. Mata indah dengan bulu mata tebal nan lentik menatap binar pada televisi. Tangan dengan jari gemuk nan mungil terus menyuapkan buah yang dilumuri mayonaise. Benar-benar terlihat lucu! Dan mereka menyukainya.

"Apa kau sangat menyukainya?"

Lucian menoleh menatap sang Abang yang tengah memangkunya, menatapnya dengan tatapan bingung saat abangnya tersebut melayangkan pertanyaan yang tidak di mengerti olehnya.

Noah terkekeh melihat tatapan bingung itu, "Buah yang dilumuri mayonaise itu. Apa kau sangat menyukainya?" Pertanyaan ulang pun di ucap kembali.

Bocah itu pun mengangguk lalu kembali mengalihkan pandangannya pada televisi.

Lagi dan lagi mereka kembali terkekeh. Bungsu mereka sangat, sangat, sangat menggemaskan. Membuat tangan mereka gatal agar tidak mencubit pipi chubby juga perut buncit itu. Apakah boleh mengurung Lucian untuk mereka sendiri? Pemikiran tersebut melintas di masing-masing pikiran mereka.

Tapi segera mereka menepis pemikiran seperti itu.

Dalam beberapa jam mereka menghabiskan waktu di ruang tengah. Untuk sekedar mengobrol, menanyakan kabar, dan lainnya. Lucian pun terkadang ikut nimbrung dalan perbincangan yang tak dimengertinya. Lucian terkadang akan dengan semangat menceritakan tentang ayah angkatnya- Adhi. Menceritakan juga tentang Lacion, tentang hobinya berburu, tentang tempat rahasianya juga peliharaan rahasia.

Hingga waktu perlahan berubah menjadi malam.

"Sudah, kita lanjutkan besok lagi berceritanya. Sekarang sudah malam, adik kalian juga mengantuk." Noras berucap saat menyadari waktu sudah malam.

Mereka semua (-Lucian) pun setuju, lagipula Lucian sudah sangat mengantuk. Mata sayunya saat menatap televisi menunjukkan betapa mengantuknya anak itu. Noras segera beranjak mengangkat Lucian yang sudah mulai tertidur di atas karpet bulu berbahan lembut itu. Melangkahkan kedua kakinya menuju lantai 3 menggunakan tangga.

Ketiga anaknya yang lain pun mengikuti dari belakang untuk menuju kamar mereka masing-masing yang juga berada di lantai 3.

Hingga beberapa menit setelahnya. Noras mamasuki kamar anak bungsunya dengan Lucian di gendongan. Meletakkan dengan perlahan tubuh yang sudah mengarungi mimpi itu di atas ranjang lalu menyelimutinya. Setelah mengecup kening anaknya dan mematikan lampu lalu menggantinya dengan lampu tidur ia pun keluar dari kamar, melangkah kembali ke kamarnya yang berada di sebelah kamar Donovan.

Ketiga anaknya yang lain juga sudah memasuki kamar masing-masing setelah melabuhkan kecupan pada pipi juga kening dari adiknya, lalu memasuki kamar mereka.

Menurut Noras, ini adalah hari yang melelahkan juga menyenangkan. Pada pagi hari anaknya sudah mulai berbuat ulah. Siang hari menjelang sore, anaknya sudah lelah dan memilih beristirahat di ruang tengah. Karena itu mereka semua pun berkumpul di ruang tengah demi menemani bungsu dari Andronicus. Dan sisa waktu mereka habiskan dengan berbagi cerita menyenangkan.

Noras bahagia menghabiskan waktu bersama anak-anaknya, melihat keakraban anak-anaknya. Walaupun ia merasa sedih tidak adanya anak bungsunya yang sudah tenang di alam lain, namun ia yakin, istrinya juga Lacion pasti bahagia di atas sana.

***
15 April 2024

Lucian Hartley [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang