Jo hanya tak ingin kehilangan kakaknya. Namun Jo tak bisa menolak apa lagi membalik takdir. Hingga akhirnya, ia memilih untuk melupakan sang kakak dari semua yang telah mereka lewatkan dan semua kenangan yang telah terukir jelas dalam ingatan.
Perl...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ジャズのように
Rrek!
Seorang pemuda membuka tirai putih membuat cahaya matahari mulai masuk menyinari piano tua yang sudah lama tak terpakai itu.
Mendudukkan diri dan membuka tutup alat musik besar tersebut dengan perlahan lalu tersenyum serta menghela nafas sebelum mulai menekan piano tersebut sesuai dengan irama.
↻ ◁ || ▷ ↺
Hujan yang deras mengguyur tubuh basah seorang siswa yang sedang duduk di tengah tangga sambil meringkuk tertunduk dengan isak tangis yang terdengar.
Tak lama, seorang lelaki berpakaian serba hitam dengan kacamata yang ia gunakan menyodorkan payung kepada siswa yang terisak itu.
"Hey" Panggil lelaki itu membuat sang siswa menengok ke atas. "Kenapa kau duduk di sini?" Tanyanya dengan baju yang basah kuyup karena sebagian payung yang ia gunakan di sodorkan untuk menghalangi air hujan yang membasahi orang di depannya.
"Nanti kau akan demam" Lanjutnya yang malah membuat siswa tersebut kembali tertunduk. Hal ini membuat lelaki berkacamata itu memiringkan kepalanya untuk melihat raut wajah orang yang duduk tertunduk itu.
"Apa ini? Apakah kau menangis?" Kagetnya yang baru sadar jika orang yang ia sodorkan payung itu tengah menitikkan air mata.
"Selain tempat ini... "
"... Aku tidak punya tempat lain untuk pergi" Ucapnya sendu.
Lelaki berpakaian serba hitam, hanya dapat terdiam.
♪
Dengan langkah yang pelan, pemuda berpakaian hitam itu menuntun pemuda berseragam sekolah dengan hati-hati. Melingkarkan tangan kanannya ke pinggang sang siswa dan tangan kiri yang ia gunakan untuk memegang payung.
Ketika yang lebih pendek kehilangan keseimbangannya saat berjalan, lelaki berbaju hitam mempererat rangkulannya di pingga orang yang lebih pendek.
Tanpa perduli bajunya yang basah, lelaki itu tetap menuntun pemuda yang basah akibat kehujanan.
Mereka menghentikan langkah, berdiri berhadapan dan saling bertatapan.
'Aku pikir, aku tidak akan seperti ini'
Mereka terdiam. Masih saling bertatapan tanpa arti yang tersirat.
'Sejak awal kau tidak bisa mengaturnya,'
'Rasanya, sekarang aku juga tidak bisa mengendalikannya'