Prolog

266 23 10
                                    

Suara dentuman musik keras yang memekakakan telinga terdengar, bau alkohol yang tajam menusuk hidung pun menambah pusing, banyak pasangan tak kenal malu berbuat tak senonoh di sudut-sudut ruangan gelap, wanita-wantita berpakaian kurang bahan memenuhi tempat itu berjalan penuh percaya diri dan menggoda.Ya ini adalah club malam.

Jika bukan sahabatnya yang memaksanya dan menjanjikan voucher belanja di butik kesukaannya Aubree tidak akan sudi masuk ke tempat ini. 

Hari ini adalah perayaan kenaikan jabatan bagi Megan, sahabat Aubree setelah bertahun-tahun bekerja di perusahaan besar yang bergerak dibidang fashion. Dan tentu saja Megan ingin Aubree datang ikut merayakan kesuksesannya.

Yang dihindari Aubree adalah teman-teman Megan. Mereka memang satu kantor, namun Aubree ada di bagian desain sedangkan Megan di bagian pemasaran. Orang-orang yang bekerja di bagian pemasaran terkenal di perusahaan mereka sebagai orang yang banyak omong dan banyak tak disukai. Aubree sering mendengar pembicaraan miring tentangnya dari mereka dan itu cukup menganggunya.

Sedari tadi yang dilakukan Aubree hanya duduk terpisah jauh dari teman-teman Megan, memainkan ponselnya dan menatap sekeliling. Dia sangat bosan. Beberapa pria berhidung belang juga menatapnya jahil membuatnya risih. 

Beberapa kali Aubree mengumpat saat beberapa pria dengan sengaja menubrukan badan mereka.

Tepukan keras di pundak Aubree membuatnya menoleh kesal, "Kenapa kau berada di sini? Ayo ke sana! Gadis nakal!" Megan berteriak kesal sambil menyeret tubuh Aubree tak sabar.

Aubree mendelik sebal dan memaksa Megan menghentikan langkahnya, "Aku tidak mau! Kau saja yang di sana. Aku lebih baik tidak mendapat voucher itu daripada bergabung bersama teman-temanmu yang bermulut besar!"

"Oh Tuhan, Aubree. Ku mohon, sebentar saja. Aku ingin merayakan kesuksesanku denganmu. Aku berjanji 15 menit saja dan setelah itu kau bebas. Bagaimana?" Megan memandang penuh harap pada Aubree yang terlihat berpikir.

"Baiklah." Aubree mengalah.

Dengan puas Megan tersenyum, "Good girl." Lalu kembali menarik Aubree.

Dari kejauhan gerombolan teman Megan memandang tertarik ke arah Aubree. Seorang secantik Aubree yang berbakat itu mau bergabung pada mereka itu sebuah keajaiban. Biasanya karyawan di bidang desain akan terlihat sombong untuk sekedar memandang ke arah mereka. 

"Woho... Sepertinya akan ada yang bergabung dengan kita!" Teriakan yang berasal dari Anthony (Lelaki paling brengsek) membuat tawa teman-teman Megan pecah.

Aubree memandang sengit lalu duduk di samping Megan yang memndang tak enak padanya.

Anthony berjalan ke arah Aubree lalu memandang Aubree dari atas hingga bawah dengan senyum mesumnya. Mati-matian Aubree menahan tangannya untuk tidak meninju wajah yang menurutnya sangat menyebalkan itu.

"Apa yang membuat seorang Aubree mau bergabung dengan orang-orang bagian pemasaran?" Ucap Anthony dengan kekehan di akhir kalimatnya.

Aubree balas memandang sinis, "Apa masalahmu? Tidak ada peraturan untuk tidak boleh duduk di sini, bukan? Sebaiknya kau tutup mulut besarmu!" Kata-kata penuh amarah keluar dari mulut Aubree.

Anthony tergelak dan tertawa kencang menambah emosi Aubree, "Santai saja nona! Aku hanya penasaran."

Megan yang sedari tadi hanya diam pun ikut angkat bicara, "Anthony, diamlah! Jangan merusak suasana. Ini pestaku. Kumohon."

"Ohya kalau tidak salah umurmu sudah 25 tahun, ya? Aku belum pernah melihat atau mendengar bahwa kau pernah berkencan. Atau berita bahwa kau seorang lesbian benar?"ini bukan Anthony namun Valeria gadis seksi berambut merah menyala. Beberapa orang mulai memandang tertarik ke arah Aubree.

Aubree membelakkan matanya marah. Valeria memang terlihat paling membencinya dari yang lain karena pacarnya pernah memutuskannya dan lebih memilih mengejar Aubree yang sudah jelas ditolak mentah-mentah oleh Aubree. Gadis berambut merah itu masih dendam dengannya.

Kurang ajar! Dasar titisan Medusa!

Dengan berani Aubree membalas tatapan Valeria tak kalah sengit, "Apa maksudmu?"

"Ku kira kau memang lugu ternyata tidak. Selain lesbian kau juga suka menggoda kekasih orang lain, ya?" Rasanya kepala Aubree sudah mendidih dan mengeluarkan asap.

"Menggoda? Kau harusnya berpikir apa yang kurang dari dirimu hingga kekasihmu yang tidak tampan itu melirik gadis lain!" Di dalam hati Aubree tertawa keras melihat Valeria yang terlihat sudah sangat emosi.

Byur.

Dengan tak terduga air berwarna biru membasahi wajah Aubree. Valeria benar-benar mencari masalah dengannya! Aubree membeku, terlalu terkejut. Tawa orang-orang di sana dan teriakan Megan membuatnya tersadar dan menemukan wajah Valeria tepat di depannya dengan wajah meremehkan.

"Sadarlah! Dan cepat cari kekasih agar tak mengganggu hubungan orang lain!" Teriakan penuh mengejek dan tawa yang ditujukan pada Aubree membuat kemarahan Aubree meledak.

Dengan kekuatan penuh emosi kaki Aubree yang berhiaskan sepatu hak tinggi lancip setinggi 10 cm menginjak kaki Valeria hingga menimbulkan teriakan kesakitan. Dengan puas dan emosi yang masih berkobar Aubree keluar dari club malam itu meninggalkan keributan kecil. Dia terlalu baik hati hanya menginjak kaki gadis gila itu, dalam hati Aubree berjanji akan membalasnya lain kali karena sudah meremehkan dan memalukannya di depan umum. 

Saat berada di luar club malam itu, Aubree melepaskan sepatu hak tingginya dan meleparnya sembarangan.

"Lihat saja kalian! Aku akan mecari suami yang sempurna dan kalian tidak akan pernah bisa meremehkanku lagi!" Teriaknya lantang dengan frustasi lalu pergi dari tempat itu.

Aubree tidak menyadari bahwa ada sekelompok pria yang mengamatinya dari dalam club malam ity dengan tatapan tajamn mereka. Beberapa di antara mereka terkekeh sinis dan menelpon seseorang di sebrang sana.

"Kami sudah mengamatinya, Tuan. Semua sudah kami laporkan detailnya di email anda."

"Bagus, awasi dia dan keluarganya."

"Baik, Tuan. Kapan kami melaksanakan tugas kami yang sesungguhnya?"

"Hahaha, jangan terlalu terburu-buru. Aku masih memikirkan rencana hebat lainnya. Sedikit bermain-main mungkin akan menyenangkan."

. . .

TBC



Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang