Hello Aubree!

58 5 4
                                    

Sesampai di rumah jantung Aubree masih berdebar kencang. Pikirannya melayang pada kejadian tadi. Demi Tuhan, tatapan pria itu benar-benar tajam, ucapan pria itu juga terdengar meyakinkan.

Aubree merasa takut sekaligus penasaran. Entah apa yang membuatnya begitu yakin bahwa dia akan bertemu pria misterius itu lagi. 

Dengan frustasi Aubree mengusap wajahnya kasar, lalu bangkit dari kasurnya bersiap-siap untuk mandi dan beristirahat. Dan hal terakhir yang dilakukan Aubree malam itu adalah berdoa agar hari esok dia segera menemukan jodohnya. 

. . .

Esoknya Aubree bekerja dengan pikiran tidak fokus. Beberapa kali dia sempat ditegur oleh atasannya karena tidak konsen saat rapat. Banyak yang menganggu pikirannya. Maka dari itu, saat jam makan siang Aubree berencana ingin tidur sejenak di ruangannya.

Ketika memejamkan matanya sejenak, dering telfon dari ponselnya terdengar. Dengan kesal Aubree mengangkatnya.

"Halo?"

"Hei, gadis nakal! Kau sudah mengambil vitamin yang ibu titipkan pada bibimu belum? Sekarang sudah terlalu siang, bibimu akan habis jadwal prakteknya sebentar lagi! Ibu tidak mau tau, jika kau pulang tanpa vitamin itu, semua sepatu mahalmu akan ibu rongsokan!" 

Mata Aubree yang tadinya terpejam seketika terbuka dan dia bangkit dari duduknya. Memikirkan sepatu-sepatu mahalnya akan 'dianiaya' oleh ibunya membuatnya bergidik ngeri.

"AKU BERANGKAT SEKARANG, BU!" Jeritnya lalu segera berangkat ke rumah sakit tempat bibinya berkerja.

Sebenarnya ini rutinitas setiap bulan untuk mengambil vitamin entah apa jenisnya yang selalu dititipkan pada bibinya yang bekerja menjadi dokter kulit di sebuah rumah sakit ternama. Yang Aubree tau, dia harus segera sampai di rumah sakit itu dan segera pulang.

Sesampai di rumah sakit, Aubree segera menuju ruangan bibinya. Jam-jam siang seperti ini rumah sakit terlihat lenggang, hanya terlihat beberapa dokter dan suster berjalan melalui lorong rumah sakit. Entah mengapa, Aubree sejak kecil sangat suka melihat suasana di rumah sakit. Apalagi bau obat yang tercium.

Saat sampai di depan ruangan bibinya, Aubree menghubungi bibinya.

"Bibi, aku sudah sampai. Apa aku boleh langsung masuk?" Kening Aubree bberkerut melihat keadaan lorong dan ruang praktek bibinya terlihat sepi.

"Ah, kau sudah sampai? Maaf bibi sedang ada urusan sebentar. Tunggu 15 menit lagi."

Aubree menggerutu sebal dalam hati. Sebenarnya bibinya ini dokter atau apa sih, pikirnya. Akhirnya Aubree memutuskan untuk duduk di kursi tunggu depan ruangan praktek. Memasang headset di kedua telinganya lalu bersandar di kursi itu. Bibirnya terus bergerak mengikuti irama lagu.

Setelah beberapa menit menunggu, Aubree tiba-tiba merasa ada seseorang yang duduk di sebelahnya, terasa dari lengan kanannya yang hangat. Mata Aubree semakin tertutup rapat, membayangkan rumah sakit yang sangat sepi, dan suara deru napas sosok di sebelahnya membuatnya takut setengah mati. Oke, wajar jika dia berpikir bahwa sosok itu adalah hantu.

Aubree menggerak-gerakkan mulutnya seolah ingin berbicara, "Pergilah, aku tidak mengganggu siapa-siapa. Jangan ganggu aku!"

Suara kekehan terdengar. Aubree semakin ketakutan, lalu memberanikan diri untuk membuka matanya. Aubree hampir saja menjerit jika tidak segera sadar bahwa seseorang yang dihadapannya ini terlalu cantik untuk disebut sebagai hantu.

Seorang gadis terlihat sebaya dengannya tersenyum manis. Wajah pucat dan infus yang terpasang di tangan dan hidungnya tidak mengurangi kecantikannya. Bahkan gadis itu tertawa hingga bahunya terguncang, terlihat berkali-kali lebih cantik. Aubree membalas senyum tidak enak, lalu mulai membenahi posisi duduknya.

"Apa aku membuatmu takut? Maaf, aku hanya ingin mengajak berbicara." Gadis itu memulai percakapan dengan ucapan maaf yang tulus.

Aubree terlihat salah tingkah, "Ah tidak, aku yang terlalu berfantasi buruk."

Gadis itu tersenyum lagi, "Namaku Gina. Siapa namamu?"

"Aubree. Salam kenal!" Aubree membalas dengan senyum tulus. Gina di sampingnya terlihat diam sejenak, terlihat memikirkan sesuatu.

Aubree yang merasa canggung, mencoba untuk mencari topik. "Em, kenapa kau sendirian? di mana keluargamu?"

"Ah itu, kakakku sedang berkerja mungkin nanti sore dia akan datang. Lalu kau?" 

Pertanyaan Gina membuatnya tersadar, kemana bibinya itu. "Aku sedang menunggu bibiku yang menjadi dokter kulit di sini." Bibir Aubree mengerucut sebal. 

"Aubreeee!!! Maafkan bibi, apa kau terlalu lama menunggu? Bibi tadi terjebak macet karena ada truk yang menabrak mobil di depan bibi. Bisa bayangkan betapa mengerikannya? Ah bahkan kepala bibi sempat terbentur setir mobil karena berhenti mendadak." Tiba-tiba bibinya datang dengan bercerita panjang lebar sambil bergerak menggambarkan skenario yang dibuatnya.

Aubree memasang muka datar, Ah benar-benar mirip dengan Ibunya bibinya ini. "Ah benarkah? " Sejujurnya Aubree sudah tidak mood menanggapi bibinya ini. 

"Iya! Apa kau tidak lihat peluh bibimu ini?-

"Bibi mana vitaminnya, aku benar-benar tidak punya waktu sekarang!" Dan boom, bibi Aubree diam lalu masuk mengambil vitamin yang dipesannya. 

Saat menunggu bibinya, Aubree tersadar bahwa Gina melihat semuanya. Aubree melirik Gina yang terlihat menahan tawanya.

"Bibimu sangat lucu." Ungkap Gina masih menahan tawa. Aubree tersenyum kecut. 

Bibi Aubree pun keluar dari ruangan sambil membawa kantung kertas coklat dan memberikannya pada Aubree.

"Titipkan salam pada ibumu. Dan maaf terlalu lama menunggu. Bibi janji akan mentraktirmu kapan-kapan, oke?" Ucap bibinya sambil tersenyum bersalah. Aubree balas mengangguk masih memasang ekspresi datar, lalu berpamitan.

Aubree mendengus pelan melihat jam tangannya, ia sudah telat 20 menit dari jam makan siang berakhir. Sial! Dengan tergesa Aubree mengambil tasnya dan hendak pergi. Lalu diliriknya Gina yang terlihat mengamatinya dalam diam.

"Mau kuantar ke kamarmu?" Tanya Aubree yang dibalas anggukan semangat Gina. Aubree tersenyum lalu mengantar Gina sampai kamarnya.

Saat membuka pintu kamar, televisi terlihat menyala dan ada sepatu hitam di depan pintu. 

"Sepertinya kakakku datang." Kata Gina terlihat senang. Aubree hanya mengangguk-ngangguk sambil membantu Gina menaiki kasurnya. Saat selesai, pintu kamar mandi kamar itu terbuka. Terlihat lelaki dengan perawakan tinggi, oh Aubree sangat hafal lelaki ini. Lelaki itu masih belum sadar bahwa ada Aubree dan adiknya di dalam kamar itu. Terlalu sibuk mengeringkan rambutnya yang basah.

Shit, kenapa dia terlihat sangat tampan sekarang?! Jerit Aubree dalam hati.


Aubree terlihat salah tingkah, dia ingin lari sekencang-kencangnya. Bagaimana bisa dia dipertemukan lagi dengan lelaki ini dengan tidak sengaja lagi? Oh God!

"Kak! Aku membawa teman baruku!" Gina memecahkan kesunyian itu, membuat lelaki tampan itu menoleh dan pandangannya bertemu dengan pandangan Gina.

Bisa bunuh aku sekarang? Aubree hanya diam.

Lelaki itu tersenyum miring, lalu menghampiri Aubree masih dengan senyumnya. Aroma sampo menguar di kamar itu, menambah kesan maskulin.

"Hello Aubree! Tidak perlu mencarimu, kau sendiri yang menghampiriku." Ucapnya pelan sambil terkekeh.

Aubree masih bergeming.

Gina yang melihat memiringkan kepalanya bingung, "Kalian sudah saling mengenal?"

"Tidak."

"Ya."

. . .

TBC

Ada yang masih mau baca?

Oke fix, makin gaje. Langsung aja, kasih vote sama komen xD

xoxo.

Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang